44

219 10 2
                                    

Syarla langsung memeluk Raizel ketika dia baru saja masuk ke dalam kelas, ia sudah tau tentang kejadian dua hari yang lalu sebab dapat kabar dari Alfery. "Rai, lo hebat banget bisa bertahan sampai detik ini."

Bibir Raizel tersenyum tipis, entah mengapa ia ingin jadi lebih banyak diam.

"Tante Ella jahat banget ternyata," lirih Syarla. Tidak tega rasanya melihat keadaan Raizel saat ini, dia seperti tidak punya semangat hidup.

Suara pengumuman membuat kelas menjadi tenang. "UNTUK SELURUH MURID SMK BANGSA, AYO CEPAT BERKUMPUL KE LAPANGAN SEKARANG!"

"Tumben banget, ada apa ya?"

Raizel menggelengkan kepalanya, lalu berucap. "Ayo, ke lapangan Sya."

Lapangan sekolah penuh dengan pelajar yang berjumlah lebih dari dua ribu orang. Semuanya bertanya-tanya penasaran, tentang apa yang ingin di sampaikan oleh kepala sekolah di depan.

"Selamat pagi semuanya, maaf saya minta waktunya sebentar. Di sekolah ini di tegaskan untuk tidak menerima kecurangan dalam bentuk hal apa pun." Ibu Rani melambaikan tangannya kepada salah satu guru. "Bawa ke tiganya di samping saya."

"Ibu Fera menerima uang dari anak perhotelan, jumlahnya puluhan juta. Liora Aultaqila memberikan uang untuk membeli nilai agar bisa bagus di ujian praktik sebelumnya. Dengan kesadaran penuh, saya sebagai kepala sekolah mengeluarkan keduanya dengan tidak hormat!"

"Siswi bernama Helen jurusan TKJ juga akan di keluarkan, karena telah hamil di luar nikah. Saya ingin kalian tidak mencontoh perbuatan buruk ketiganya ini."

Heboh, suasananya menjadi sangat ramai dan berantakan. Perkataan tidak baik banyak sekali terlontar.

"Akhirnya, si Helen tukang bully itu di keluarkan juga! Seneng banget deh gue!"

"Tuh anak yang beli nilai, besar juga mentalnya."

"Ih, Ibu Fera! Enggak menyangka banget, guru pendiam itu kelakuannya bikin satu kelas rugi!"

Syarla mengangguk setuju saat mendengar ucapan teman sekelasnya. "Mampus, tuh nenek lampir di keluarkan. Lo akan hidup dengan tenang, Rai!"

Raizel tidak berhenti menatap Liora yang juga menatapnya.

"SILAKAN KEMBALI KE DALAM KELAS. INGAT, PERBUATAN INI JANGAN SAMPAI TERULANG!" Siswa-siswi mulai membubarkan diri dan masuk ke dalam kelas masing-masing sambil membicarakan berita yang ada.

Raizel menoleh ketika merasakan tangannya ada yang menyentuh.

"Gue mau bicara empat mata sama lo."

"Enggak bisa, gue harus ikut! Nanti lo berbuat sesuatu sama Raizel!" Syarla menahan tubuh Raizel yang ingin di bawa pergi oleh Liora.

"Udah, Sya. Kasih Liora kesempatan buat bicara, lo tenang aja gue bisa jaga diri."

Kini keduanya sedang duduk di sebuah taman kecil sekolah, suasananya sangat tidak enak karna saling diam. Pada akhirnya Liora berani untuk membuka suara lebih dulu. "Gue melakukan ini demi terlihat unggul di mata Ayah. Lo sebenarnya bisa dapat nilai bagus waktu ujian praktik kemarin, tapi gue malah berencana jahat buat komputer lo eror."

Raizel yang menundukkan kepala kini menoleh ke arah Liora. Sorotan matanya penuh kecewa, mengapa jahat sekali melakukan hal ini kepadanya. "Gue mati-matian belajar, sedangkan lo dengan mudahnya membeli nilai!"

"Maaf untuk semuanya, Rai. Gue juga terpukul dengan kenyataan yang ada. Pasti lo sekarang benci banget sama gue."

Liora menangis penuh penyesalan, hal ini membuat hati Raizel tergerak untuk memeluknya. "Iya, yang sudah berlalu enggak perlu lagi di bahas, cukup jadikan sebuah pelajaran. Karna lo juga enggak tau apa-apa."

ZEANDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang