Dering alarm mulai mengusik pendengaran Zeandre. Tubuh berotot cowok itu terasa sakit, sebab waktu tertidur posisinya tidak benar. Ia menundukkan kepala untuk melihat Raizel, deruan napasnya terdengar sangat teratur dan juga tenang. Seminggu penuh gadisnya telah berusaha, Zeandre terus terang aja merasa sedikit heran dengannya yang terlihat sangat ambisius.
Pandangan matanya terpaku pada bibir pink alami milik Raizel. "Sorry, aku udah ambil kesucian bibir kamu."
First kiss Zeandre tidak dengan Raizel. Ada seseorang yang lebih dulu mendapatkannya.
Zeandre menepuk kepalanya sendiri. Ah! Dia lupa sekali untuk mengantarkan Raizel pulang. Sekarang jam menunjukkan pukul enam lewat lima menit, hatinya terbalut tidak tega untuk membangunkan Raizel. Kini secara hati-hati Zeandre memindahkan Raizel ke dalam kamarnya.
Sepuluh menit telah berlalu dan detik ini juga Raizel terbangun dari tidurnya yang pulas. Ia menelan air liurnya dengan susah payah, melihat kehadiran Zeandre yang ada di sampingnya membuat Raizel terkejut setengah mati.
"Ck! Aku ketiduran? Parahnya sampai pagi?" tanya Raizel bertubi-tubi.
Zeandre mengangguk. "Iya, aku juga sama."
Diam-diam Raizel waspada dengan keadaan dirinya. Ia merasa begitu lega ketika melihat pakaiannya masih terpakai lengkap.
"Di pikiran aku sama sekali enggak terlitas untuk merusak kamu. Tenang aja ya, kamu masih tetap terjaga sayang."
"Mau pulang," Raizel merengek pelan.
"Iya, ayo. Tapi kita sarapan dulu, oke?"
Raizel menggelengkan kepalanya, ia merasa sudah berbuat kesalahan dengan tidak pulang ke rumah. Sangat menakutkan jika Ayahnya akan marah besar. "Enggak perlu, Zean. A--aku mau pulang sekarang."
Melihat raut wajah Raizel yang ketakutan, Zeandre paham tanpa harus bertanya. "Aku tidak akan membiarkan kamu jadi kurus. Soal kamu telat pulang, aku siap untuk bertanggung jawab menjelaskan ke orang tua kamu."
"Kamu bisa baca pikiran aku? Hmm, enggak pe--"
"Sttt! Kata enggak di larang mulai sekarang. Udah ayo, kita sarapan bubur di Mas Parjo."
"Iya udah, aku mau ke kamar mandi dulu buat cuci muka."
Zeandre tersenyum menggoda, lalu mengedipkan sebelah matanya. "Mau aku temani enggak sayang?"
Dengan cepat Raizel melempar bantal ke arah wajah Zeandre. Kemudian kakinya mulai menapak di lantai menuju kamar mandi. "Sorry banget, aku ini cewek mandiri."
Zeandre terkekeh geli. "Lebih tepatnya kamu pura-pura mandiri."
"Kamu enggak mau mandi dulu?" tanya Raizel yang telah selesai.
"Iya mau, tunggu bentar ya?"
"Oke, aku tunggu di sofa. Jangan terlalu lama Zean."
"Mandi sendiri mana mungkin lama, kecuali berdua," gumam Zeandre yang sedang menuju kamar mandi.
Suara Zeandre terdengar seperti suara semut di pendengarannya. "Hah? Bicara apa dia?" Raizel bertanya ke diri sendiri. Selama menunggu Zeandre mandi, ia menonton kartun kesukaannya di ponsel. Selang beberapa menit Zeandre telah rapi. Tanpa lama lagi keduanya bergegas pergi dari apartemen menuju tempat bubur gerobak Mas Parjo. Saat ini Zeandre menggunakan mobil putihnya.
"Mas Parjo, buburnya dua ya." Raizel langsung pesan ketika sudah sampai.
"Siap Dek, sekarang ada ususnya. Mau enggak?"
Raizel menoleh ke arah samping, lalu sebelah alisnya naik. "Kamu mau?"
"Boleh, saya pesan dua lagi. Tapi di bungkus aja ya Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANDRE
Teen FictionKapten futsal SMK Bangsa menyembunyikan keyakinan agamanya dari seorang gadis bernama Raizel Anataqila. Dia melakukan hal ini karna mempunyai alasan tersembunyi. Secara perlahan Zeandre menjebaknya dengan rasa nyaman, sehingga membuat Raizel tak mam...