Arfan menginjak sisa puntung rokok menggunakan sepatu futsalnya. Malam ini Arfan ada di lapangan untuk latihan bersama dengan Zeandre. Anggota tim yang lain masih berada di dalam basecamp. Mereka sedang mengisi perutnya terlebih dahulu, agar bisa lebih semangat.
Ia menepuk pundak Zeandre, cowok itu sedang shirtless sekarang. Jersey Zeandre basah karena keringatnya sendiri yang mengalir begitu deras. Arfan lantas meletakan telapak tangan di perut buncitnya, ia cukup merasa iri saat melihat roti sobek milik Zeandre yang begitu menggoda.
"Kenapa?"
"Lo berhasil enggak?" tanya Arfan dengan takut.
"Hmm, tentu aja."
Arfan tersenyum sangat lebar, hampir saja kembar seperti joker. Entah mengapa ia merasa bangga ketika semua sarannya berjalan dengan mulus. "Gue ikut senang, Zean. Jangan lupa lo harus kasih pajak jadian!"
Pada waktu jam pelajaran kedua, Arfan menyusul Zeandre menuju rooftop sekolah. "Enggak biasanya lo bolos."
Zeandre melirik sekilas ke arah Arfan yang baru saja mendudukkan bokongnya di bangku. "Gue lagi bosen," ungkap Zeandre.
"Lo ada perasaan sama Raizel?"
Sebenarnya sejak saat Zeandre mencium Raizel, perasaannya mulai muncul. Namun sering kali Zeandre menepis rasa itu. Masalahnya ini sangat rumit, Raizel berbeda keyakinan dengannya. Zeandre menjawab dengan menggelengkan kepala, ia memilih untuk berbohong.
"Yakin nih? Terus kenapa harus menyembunyikan kalung salib lo?" Arfan sering kali memperhatikan Zeandre, cowok itu selalu melepas kalungnya ketika sedang bersama dengan Raizel.
"Ck, iya ada. Tapi mana mungkin gelap dan terang bisa bersatu, Fan."
"Cowok kan? Masa enggak berjuang," serang Arfan sambil menatap dinding yang telah rapuh. "Kalau lo enggak mau, Raizel buat gue aja mendingan."
Dari yang Arfan ucapkan tentu membuat Zeandre merasa tertantang. Sialan! Kenapa perasaannya harus bertumbuh di tempat yang salah seperti ini sih. Mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur.
"Lo mau gue bunuh?"
Arfan terkekeh geli, sepertinya dia berhasil membangunkan macan yang ada pada jiwa Zeandre. "Pakai nanya lagi! Jelas enggak mau lah."
Zeandre menatap Arfan dengan pandangan yang menusuk, hatinya begitu merasa tidak suka. "Lo akan gue pantau."
"Sumpah ya Zean, gue bercanda!"
Nah, kejadian itu lah yang membuat Zeandre bergerak untuk menyatakan perasaannya kepada Raizel. Kepalanya mengangguk, lalu berkata. "Aman, nanti di kasih."
Kilat petir mulai bergemuruh, ini pertanda bahwa hujan akan segera membasahi bumi. "Ck, udah mau hujan. Terus kita latihannya gimana?"
"Sekarang ke basecamp aja, nanti kalau udah enggak mendung baru latihan," jelas Zeandre. Pendapatnya kesehatan itu lebih berharga dari apa pun, Zeandre tidak ingin anggota tim Rockers ada yang jatuh sakit.
Ketika sudah sampai di basecamp, keduanya langsung bergabung dengan yang lain.
"Zean, ponsel lo tadi bunyi." Gerio yang sehabis menyeruput kuah pop mienya itu, langsung memberitahu saat melihat kedatangan Zeandre.
Zeandre mengambil ponselnya, dalam hitungan detik senyum di bibirnya terlihat tanpa sadar. Kedua ibu jarinya bergerak cepat mengetik pesan.
Bocil maung
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANDRE
Teen FictionKapten futsal SMK Bangsa menyembunyikan keyakinan agamanya dari seorang gadis bernama Raizel Anataqila. Dia melakukan hal ini karna mempunyai alasan tersembunyi. Secara perlahan Zeandre menjebaknya dengan rasa nyaman, sehingga membuat Raizel tak mam...