Bab 16

2.8K 139 2
                                    

Marhaban Yaa Ramadhan🌙🙏🏻

Happy reading besbiy💕

💮

Kemarin lusa Ayasha menemani Amira pergi ke Pengadilan Agama,  Hakim akan mendamaikan Amira dengan Syarif. Dan hari ini adalah persidangan perceraian Syarif dan Amira. Ayasha duduk di belakang Amira, ia meremas gamisnya kuat-kuat. Hatinya berkecamuk, ia menahan air matanya agar tidak luruh. Kini ia membutuhkan pelukan, dengan pelukan dirinya merasakan ketenangan.

Ayasha menunduk, menggenggam tangannya dengan erat. Mungkin dengan begini ia sedikit merasa lega. Seseorang berhenti di sebelahnya, lalu duduk di sana, "menangislah, Ayasha. Jangan kamu pendam semuanya" ucap orang tersebut seraya memberikan sapu tangan miliknya. Ayasha menatap tak percaya, melihat siapa yang kini di hadapannya.

"Ust-ustadz Alzam? Kok ada di sini?"  tanya Ayasha heran. Alzam tersenyum hangat ke arahnya, ia menyodorkan masih sapu tangan miliknya, "ambil" ucapnya. Ayasha mengambil sapu tangan tersebut, ia hanya menggenggamnya saja. "Menangislah, Ayasha" titah Alzam, Ayasha hanya menggeleng lalu menundukkan kepalanya kembali.

"Kamu tidak ingin menangis?" tanya Alzam "saya tahu Ayasha, kamu sedang menahan tangis" sambung Alzam.

"Saya sangat ingin menangis ust, tapi saya gak mau bunda tahu. Saya gak mau bunda semakin sedih" ujarnya seraya memainkan jari-jari lentiknya.

"Pergilah ke toilet sebentar, dan menangislah di sana. Saya tetap di sini, menemani bundamu" titah Alzam dengan lembut.  Ayasha bangkit  dari duduknya, lalu ia bergegas pergi ke toilet. Ia meluapkan isaknya disana. Ia berteriak sekeras mungkin di sana, meluapkan semua emosi yang ada di dirinya.

Bugh... Bugh... Bugh...

Ayasha menonjok dinding dengan keras, di rasa tangannya sudah lemas. Barulah ia menghentikan aksinya. Ayasha keluar dari toilet, ia mencuci wajahnya di wastafel. Dan kembali ke ruang persidangan, "sudah lega sekarang?" tanya Alzam seraya berbisik. Ayasha hanya mengangguk dan kembali mendengarkan  persidangan.

Syarif berdiri dari duduknya, lalu membacakan ikrar talak disana. Ayasha berpindah posisi, ia duduk di sebelah Amira. Ayasha menggenggam erat tangan sang bunda, seolah menguatkannya.

Tuk... Tuk ... Tuk
"Saudara Syarif Khalid bin Razi Khalid dan Saudari Amira Jauza Ghaniyya binti Yusuf Baihaqqi. Kini  resmi BERCERAI" keputusan seorang Hakim.

Ayasha memeluk erat tubuh Amira. Air mata yang ia tahan agar tidak luruh dihadapan Amira, akhirnya luruh juga. Ayasha menaruh kepalanya di ceruk leher Amira, lalu mengusap punggung Amira. Amira mengecup pucuk kepala Ayasha.

Alzam memandang sebuah keharuan di hadapannya. Hatinya terenyuh. Dengan seperti ini, iya semakin menjanjikan dirinya. Untuk selalu membuat Ayasha bahagia. Syarif melihat Ayasha dan Amira dengan tatapan sendu. Syarif berjalan menghampiri Ayasha lalu memanggilnya. Ayasha menoleh terdapat Syarif yang tengah meregangkan kedua tangannya seolah ingin memeluk Ayasha. Ia berdiri lalu menghadap ke arah Ayahnya, Syarif memeluk erat tubuh Ayasha.

"Maafkan ayah, Sha" hanya itu yang bisa Syarif ucapkan. Ayasha menangis di pelukannya. "Ayah, pelukan ini yang selalu Asha butuhkan. Tapi pelukan ini Asha baru rasakan sekarang. Asha harap, ini bukan pelukan perpisahan kita, ya? Asha selalu sayang Ayah, Asha harap setelah ini Ayah menjaga diri dengan baik" ucap Ayasha di sela isaknya.

"Pelukan ini juga yang Ayah ingin lakukan setiap saat, Sha. Tapi Ayah tidak bisa, Ayah tidak bisa melakukan hal yang biasa seorang Ayah lakukan pada putrinya. Ayah tidak ingin kamu lebih celaka lagi. Maafkan ayah, Sha. Maaf Ayah tidak bisa menjadi cinta pertama yang baik untuk kamu. Maaf Ayah banyak mematahkan harapanmu, maaf atas kepedihan yang selalu Ayah kasih. Ayah sadar, kalau perlakuan ayah tidak bisa di maafkan" ujar Syarif yang kini juga terisak.

I'm Here, AyashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang