'20

1.7K 203 65
                                    

komen dan vote nya jangan lupa ya🥰💖
selama membaca ~

────

Targa keluar dari kamar mandi, ia baru aja selesai membersihkan dirinya sendiri, setelah ngurusin Jeci ini itu. Dari mulai gantiin baju dia, mana sebelumnya Jeci muntah beberapa kali. Akhirnya baju yang baru, di ganti lagi, mana semuanya baju punya Targa. Jadi sekarang di mesin cuci banyak cucian baju bekas muntahannya Jeci.

Targa mengeringkan rambutnya dengan handuk. Targa sudah memakai pakaian santai dari dalam, jadi ia tinggal menyisir rambutnya aja.

"Abang tukang bakso, mari mari sini, Jeci mau beli~"

Targa yang asik menyisir rambutnya di depan kaca, langsung menoleh kebelakang melihat Jeci yang tengah berbaring sambil bernyanyi. Kedua tangannya dia naikkan sambil memegang botol minyak kayu putih sebagai mainan.

"Abang tukang bakso cepatlah kemari, Jeci tak tahan lagi~" Nyanyinya lagi.

Targa terkekeh, lalu kembali melanjutkan menatap dirinya di depan kaca.

"Siapa yang cinta pada Nabinya, pasti bahagia dalam hidupnya~" Loh kok nyanyiannya langsung berubah?

"Siapa yang cinta pada Nabinya, pasti bahagia dalam hidupnya~"

Targa menyudahi aktifitas menyisirnya. Ia berjalan menghampiri Jeci yang berbaring di kasur.

"Siapa yang cinta pada Nabinya, pasti bahagia dalam hidupnya~"

Targa melompat untuk naik ke atas kasur, ia langsung memeluk pinggang Jeci.
"Gemesss bangetttt hahahahahahaha." Greget Targa sambil tertawa.

Karena disini nggak ada sama sekali baju Jeci, jadi Jeci makai baju punya Targa. Mana Targa ngasihnya yang full panjang lagi. Celana panjang, baju panjang, jadi karena Jeci badannya kecil, keliatan gemes gitu dia makainya.

"Lutcuuuu bangett ciiiiiii." Targa terus mendusel ndusel di lengan Jeci.

"Om ini kenapa sih? Kaya kesurupan banteng." Kesal Jeci menarik tangannya dari gigitan Targa.

Jeci yang mulanya baring, jadi duduk dengan wajah kesalnya. Pasalnya sekarang si Targa malah menelungkupkan kepalanya di perut Jeci.

"Tikus basah ini kenapa sihh??!!!" Marahnya sambil mendorong kepala Targa agar menjauh dari perutnya.

Targa mendongak, kaget dengan ucapan Jeci. "Tikus basah?"

Jeci mengangguk tersenyum, menampilkan giginya yang rapi. "Iya, rambut om basah. Terus kepala om juga bergerak cepat kaya tikus." Jeci menggetarkan kepalanya, menirukan gerakan Targa tadi.

Targa mengulum bibirnya sendiri melihat Jeci yang menggetarkan kepalanya, malah sekarang Jeci yang keliatan kaya tikus.
"Kalo ngatain orang nomer 1 lo ya." Tukasnya menatap Jeci tajam.

Tapi emang benar sih, biarpun kelakuan sama mukanya Jeci seperti anak kecil dan polos. Tapi kalo sekali ngomong, bah bisa bikin Targa kalah telak sama ucapannya.

"Tapi beneran mirip tikus basah." Gumam Jeci cemberut. Jeci kembali merebahkan dirinya di kasur.

Sekarang Targa membenarkan posisi duduknya di samping Jeci, ia juga memencet mencet pipi Jeci yang gembul.

Entah kenapa sekarang Targa gemesan kalo sama Jeci. Bahkan saking gregetnya ia sama Jeci, Jecinya pengen dia smackdown.

"Masih pusing?" Tanya Targa.
Targa berhenti memencet pipi Jeci, sekarang malah menarik narik hidung Jeci ke atas. Katanya kulit Jeci itu lembut dan dingin, jadi nyaman kalo di pegang.

"Om cemilan Jeci yang banyak tadi mana?"

"Jawab dulu pertanyaan gue. Masih pusing nggak? Atau mau muntah lagi?" Targa mengambil minyak kayu putih yang terjatuh di lantai, setelah itu ia oleskan ke perut, dan paha Jeci.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang