'42

1.1K 152 41
                                    

"Sayang banget pada banyak yang nggak ikut, padahal gue mau nyewa bis."

"Dadakan bener si." Sahut Yuda.

"Eh Yud, lo masih gamon?" Targa menoleh sebentar ke belakang, lalu fokus kembali ke depan.

"Ka─‌─‌"

"Bang, lo tau kagak!" Dengan cepat Enzy langsung memotong ucapan Targa.

"Apaan?"

"Nah kan Si Yuda ikut kerja juga di tempat lo bantuin Yadi, dia nyanyi sedangkan Yadi yang gitarin. Terus Naya sama pacarnya datang, tau kagak pacar Naya bilang apa ke Yuda?"

"Bilang apa emang?" Targa melirik Enzy dari kaca depan.

"Katanya gini, 'oh jadi lu ngamen disini'." Enzy ngomong sambil memperagakan juga, "GITU BANGG, GILA KAN?" Pekiknya semangat.

"Serius Yud lo di bilang ngamen?" Tanya Targa memastikan.

"Iya tai."
"Mana sengaja banget mereka datang tiap hari ke Cafe lo Ga." Geram Yuda.

"Dendam dia ma lo Yud, gara-gara nembak Naya di depannya." Timpal Arsen.

"Gue sengaja nembak Naya di depan pacarnya langsung tu biar si cowoknya sadar kalau ada orang yang mencintai Naya selain dia. Kalau dia berani nyakitin Naya lagi, siap-siap si Naya bakal di rebut."

Omongan Yuda langsung mendapat sorakan dari 5 orang yang ada di mobil, kecuali Targa dan Jeci. Targa sih hanya tertawa pelan juga.

"Biar pacarnya nggak main-main lagi ya sama si Naya." Sahut Jidan terkekeh.

"Nah iya. Naya kan balikan ama pacarnya yang nyakitin dia tu, kalau sekali lagi dia nyakitin Naya, siap-siap bakal gue rebut. Istilahnya peringatan lah." Sambung Yuda.

"Mantap Bang." Julian memberi jempol pada Yuda.

"Ini beneran emang si Naya ama pacarnya setiap hari ke cafe?" Tanya Targa.

"Beneran Bang. Gue baristanya yang tiap hari ngelayanin mereka, ampe hapal gue pesanan keduanya apa aja." Jawab Enzy sambil menggelengkan kepalanya.

"Gapapalah, lumayan kita punya pelanggan setia berkat Yuda." Kekeh Targa.

"Om, Naya itu siapa?" Tanya Jeci berbisik.

"Sstt diam, urusan orang dewasa ini." Ucap Targa.

Jeci mengerucutkan bibirnya. Kesal dia, nggak di ajakin ngomong.

"Gue liat penghasilan cafe baru baru ini meningkat drastis ya." Imbuh Targa.

"YA IYA LAH, SAPA DULU BARISTANYA." Seru Enzy berdiri sebentar, kemudian duduk lagi.

"Iya Bang, Cafe akhir akhir ini kebanyakan cewek yang datang." Sahut Yadi. Dia sedari tadi nggak banyak gerak supaya nggak mual, maklum anaknya nggak bisaan kalau naik mobil.

"Pada mau ketemu Enzy mereka." Timpal Arsen.

"Lah lo kerja juga di tempat gue Sen?" Tanya Targa, setau Targa dia cuma nambahin Yuda sama Enzy sebagai karyawannya.

"Kagak." Jawab Arsen.

"Si Arsen tiap hari nongkrong di Cafe Ga." Sahut Jidan.

"Lo juga ya Jidan, numpang duduk doang mesan kagak." Cibir Enzy.

"Mantau lo pada kerja kami mah, ya nggak Sen?" Seru Jidan pada Arsen.

Arsen memberi jempolnya pada Jidan, "Kemarin aja si Yuda mau nyanyi lagu dangdut." Ujarnya.

"Anjirlah jangan sampai Cafe gue nggak jadi aesthetic lagi." Sembur Targa.

"Anjirlah." Gumam Jeci mengikuti omongan Targa.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang