'43

877 132 24
                                    

"Parah lo Targa parah parah."

Padahal udah di dalam mobil, masih aja nyerang Targa dengan pertanyaan.

"Apaan coba." Rasanya Targa udah nyerah banget ngadepin temannya. Di mata temannya, dia kaya penjahat jadinya.

Julian sih santai aja, soalnya dia udah tau.

"Lo pada kenapa sih? Lagian wajar juga Jeci hamil, orang mereka suami istri." Heran Jidan. Dia kaget awalnya, tapi ya sudahlah, "btw selamat ya Ga, Ci." Sambungnya.

Yuda mengusap wajahnya frustasi. Iya sih Suami Istri, umur Jeci juga udah dewasa. Tapi kan di mata mereka Jeci itu masih kaya anak kecilll!

Arsen jadi bergedik ngeri, ngebayangin orang kaya Jeci mau punya bayi. Kaya, Anjirlah?!

"Kenapa sih?!" Tanya Jeci dengan nada kesal.
Temannya Targa pada berisik, dia kan jadi terganggu.

"Tuh kan." Gumam Arsen dan Yuda barengan.
Jeci aja tontonannya masih animasi bebek buat anak kecil, masa mau punya bayi.

"Udah jangan di dengerin, besarin aja volume Youtubenya." Suruh Targa.

"Pupus sudah harapan lo berdua." Bisik Arsen di tengah-tengah antara Enzy dan Yadi.

"Bacot tua!" Maki keduanya kompak.

"A, masih jauh ya?" Tanya Julian.
Rasanya sedari tadi mereka ngelewatin rerumputan dan pohon-pohon besar, rumah warga belum ada yang keliatan lagi.

"Masih, tidur aja udah. Kenapa mau muntah ya?" Tebaknya.

"Kagak."

"Ya udah tidur aja." Suruh Targa lagi, kemudian ia melirik sebentar ke Jeci yang fokus nonton YouTube. "Tidur sana Je, malam tadi gadang kan."

"Idihhh bocil sok-sok an gadang." Celutuk Julian.

Jeci menoleh kebelakang, "stop deh panggil aku bocil!" Kesalnya, ia pun melanjutkan tontonan bebeknya.

"Bocil panggil bocil." Sembur Enzy.

"Ga, kalau ada Indomaret atau Alfamart singgah ya, mau belanja gue, nggak enak banget nggak ada yang di makan." Ucap Arsen.

"Sip." Jawab Targa singkat.

"Nggak sewa villa kah Ga? Prediksi gue kayanya kita sampai jam 11 an dah." Ujar Jidan.

"Betul tu, air pantai juga biasanya pasang pas sorean gitu kan?" Timpal Enzy.

"Emang ada Villa didekat sana?" Tanya Targa.

"Ada Ga, nggak terlalu dekat sama pantainya tapi." Sahut Jidan. "Mau kagak sewa nya? kebetulan ada teman gue kerja disana." Sambungnya.

"Buset, koneksi lo luas juga ya." Kagum Yuda.

Si Jidan orangnya emang nggak bisa di tebak.

"Se─‌─‌Eh plastik hitam tadi mana!" Seru Targa dengan panik. Satu tangannya menepuk nepuk kursi belakangnya.

"Tahan dulu Je, bentar." Targa menepikan mobilnya di pinggir jalan.

Targa mengambil plastik hitamnya di tangan Julian. "Nih muntah disini."

Untung aja Targa sempat beli plastik hitam 1 bungkus ke Ibu penjual nasi kuning tadi.

"Nggak mau muntah disini, mau di luar aja Om." Jeci menutupi mulutnya dengan kedua tangannya, menahan muntahan yang ingin keluar.

Targa langsung bergegas keluar dari mobil, lalu membukakan pintunya untuk Jeci.

"Gila gue baru sadar Jeci pakai baju sependek itu." Soalnya Jidan kan duduk paling belakang, jadi dia nggak tau baju yang di pakai Jeci. Terus pas Jeci keluar juga pakai hoodie, makanya dia kaget pas liat baju Jeci.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang