'55

552 120 46
                                    

"Om pelan pelan pijet nya!"
"Pantat aku sakit tau, nanti nggak bisa kentut lagi aku nya ih."

"Aww!"
"Om!"

"Iya sayangku, ini aku udah pelan - pelan pijetnya."

"Om pinggang aku jangan ditekan! Ih Om mah nggak bisa pijet nya!" Kesal Jeci.

"Ini aku udah pelan - pelan cintaku, kamu bawel banget sih."

"Ih udahlah." Jeci menepis tangan Targa yang ada di pinggangnya.

Jeci kemudian merubah posisi baringnya jadi menghadap ke atas. Dengan wajah kesal ia berkata, "Om mau bunuh aku ya!"

Targa langsung menyentil mulut berisik Istrinya. "Sembarangan banget kalo ngomong."

"Habisnya Om pijetnya sakit banget."

"Aku udah pelan itu, serius."
"Aku usap usap aja ya, biar nggak sakit lagi."

"Nggak mau!"
"Udah jangan pegang pegang lagi!"

Targa terkekeh, "kalo aku bisa juga palingan udah buka usaha pijet Je." Targa kemudian ikut baring di samping Istrinya sambil memeluk tubuh Istrinya.

"Kamu laper nggak? aku pesan in makan ya." Tawar Targa.

Jeci mengangguk, "aku mau makan ayam!" Serunya dengan semangat.

"Aku pesan in ayam geprek level 100 ya, biar kalo makan mulut kamu langsung keluar api." Canda Targa.

"Pasti seru itu!"
"Om tau nggak? Cita-cita aku dulu mau jadi Naga." Ungkap Jeci.

"Udah nggak heran aku sama kamu yang." Tukas Targa.

Targa melepaskan pelukannya, lalu mengambil ponsel miliknya untuk membuka aplikasi Gojek. Setelah aplikasi terpampang di layar ponselnya, Targa langsung membuka Gofood, tanpa berlama lama ia langsung memesan ayam lalapan 2 porsi untuk dirinya dan Jeci.

Targa menaruh ponselnya kembali, lalu memeluk Jeci lagi.

"Sayang." Panggil Targa.

"Apa Om sayang?" Sahut Jeci.

Targa terkekeh, "lucunya." Karena gemes Targa langsung mencubit keras pipi Istrinya, sampai membuat Jeci kesakitan.

"Om beneran mau bunuh aku ya?!" Tuduh Jeci.
Dia langsung menjauhkan tangan Targa dari pipinya yang sudah memerah.

Targa hanya bisa ketawa melihat wajah Jeci yang cemberut.

"Besok habis kamu pulang terapi, kita singgah ke Cafe lagi ya." Ucap Targa.

"Buat apa?"

"Buat interview Karyawan baru, aku baru aja buka lowongan."

"Ouh yang kaya pernah Papi lakuin."

"Ya ya semacam itu lah." Sahut Targa.

Targa menjadi gelendotan sama Jeci, habisnya badan Jeci itu kenyal, mana dingin lagi, enak banget buat di peluk.

"Sayang, masa banyak yang ngira aku Ayah atau Om kamu, padahal kan aku Suami kamu." Adu Targa ke Jeci pada apa yang selama ini ia alami.

Ya wajar sih Targa, Jeci terlalu imut untuk kamu.

"Nggak papa Om, kan lucu itu." Jeci terkikik.

"Lucu apanya." Kesal Targa.
"Gimana kalo sekarang kamu ubah panggilan kamu ke aku? Tapi kalo di luaran aja, kalo lagi berdua sama aku, panggil Om aja." Usul Targa.

"Aku panggil Targa?" Ucap Jeci memberi saran.

"Janganlah, nggak romantis itu." Tolak Targa langsung.

Targa melepaskan pelukannya. Tidurnya menjadi terlentang, Targa memandang ke atas sambil berpikir apa enaknya panggilan Jeci ke dia.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang