'39

1.2K 155 45
                                    

Sehabis dari Rumah Sakit, semuanya berkumpul dirumah Orang Tuanya Jeci, di karenakan Nenek sama Kakeknya Jeci menunggu disana.

"Wahh Cucu Neni sudah mau punya anak ya, senang Neni dengarnya." Seru Nenek Jeci. Panggilan Nenek di keluarga Jeci emang 'Neni', sedangkan Kakek adalah 'Kiki'. Kata Targa sih keluarga gaul.

"Toko Roti kamu gimana Targa, lancar?" Tanya Papi Jeci.

"Sebut aja Cafe Pi, Allhamdulilah lancar."

"Syukurlah, nanti kapan kapan saya kesana."

"Siap. Kalau mau ke sana kabarin aja Pi."

"Kalau saya nggak ngabarin kamu gimana?" Tanyanya penuh curiga.

"Takutnya Targa nggak ada disana Pi."
"Niatnya selama Jeci hamil nih Targa bakalan jarang ke cafe, soalnya mau nemenin Jeci biar nggak kesepian di Apartement."

Papi tersenyum bangga, emang keputusan yang benar memberi Targa kesempatan lagi untuk bersama Jeci.

"Kamu ambil karyawan dari mana?"

"Teman Targa Pi. Kebetulan banyak yang nganggur, jadi Targa ajakin buat kerja sama Targa."

"Gajinya adil kan? Jangan sampai karena mereka teman kamu, kamu ngegajinya jadi suka suka."

"Nggak lah Pi, nggak mungkin Targa gitu."

"Kamu gaji mereka berapa?"

"Karena baru buka, Targa kasih 1.800.000 dulu. Kadang kalau lembur Targa kasih masing-masing 100.000"

Lagi seru serunya ngobrol sama mertua, tiba-tiba Nenek Jeci malah berucap sesuatu yang membuat Targa menoleh.

"Gimana kalau Jeci pakai Baby sitter, supaya ada yang membantunya."

Targa tercengang dengan perkataan Neni, dirinya di anggap apa?

"Nggak perlu pakai Baby sitter juga kali Ni." Sahut Targa.

"Kamu kan harus kerja Targa, masa nggak kerja, nanti gimana hidupin istri sama calon anak kamu? Kalau ada Baby Sitter atau pembantu kan enak ada yang mengurus Jeci. Tenang nanti saya yang gaji mereka."

Rahang Targa mengeras. Dirinya sangat tau kok kalau Neni itu sangat sayang sama Jeci, karena Jeci merupakan cucu satu satunya di Keluarga sana. Targa juga tau Neni mengkhawatirkan Jeci, karena cucu satu satunya itu tengah mengandung. Tapi caranya salah. Haruskah beliau berucap seperti itu, perkataannya seolah-olah sedang meremahkan Targa yang tak bisa menafkahi Jeci.

Ibu menggenggam tangan Targa, berusaha menenangkan Targa yang tengah menahan emosinya. Yona tau persis Targa tuh susah banget buat nahan emosi, kalau ada yang pancing emosinya, bisa bisa dia malah ngomong yang nggak nggak.

"Targa punya bisnis sendiri Ni, kerja nggak kerja pun uangnya tetap masuk ke Targa." Targa sudah bingung gimana jawaban biar perkataannya ini nggak bikin masalah.

"Bisnis kamu masih kecil kan? emang cukup buat kehidupan Jeci?"

Targa terkekeh, "Bisnis kecil aja saya bisa menuhin semua kebutuhan Jeci, apalagi bisnis saya semakin berkembang." Ucap Targa dengan nada bercanda.

"Neni nggak usah khawatir, Saya tau kewajiban saya sebagai suami apa. Selama Jeci nggak pernah ngadu tentang keinginan dia yang tidak terpenuhi ke Neni, berarti Jeci baik baik aja kan." Sambung Targa yang di akhiri dengan senyuman.

"Mom ini gimana sih, masa Targa di ragukan. Dia nganggur aja duitnya banyak, apalagi sekarang punya Cafe sendiri. Tuh tanya aja sama Cucu Mom, dia sendiri yang bilang ke Rena kalau dia sering di belikan barang atau mainan mahal sama Targa." Sahut Mami Jeci.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang