'21

1.4K 191 32
                                    

Ketika sedang tidur tanpa sengaja Targa menyentuh sesuatu yang sangat panas. Dalam keadaan mata yang masih terpejam, Targa bergumam "Jangan jangan gue ketiduran disamping kompor, atau kejepit belakang kulkas." Pikirnya.

Karena penasaran ia kembali lagi menyentuh sesuatu yang panas itu, masih dalam keadaan mata terpejam karena Targa malas untuk membuka matanya sedikitpun.

Karena ia penasaran apa yang dia sentuh, mau nggak mau Targa memaksakan untuk membuka matanya, dan ternyata yang ia sentuh itu tangannya si Jeci.

Sontak Targa langsung terduduk. "Je lo demam?" Tanya Targa memegang dahinya si Jeci.

Targa langsung menjauhkan tangannya dari dahi Jeci, karena demi apapun badan Jeci panas banget.

Jecinya sendiri menangis. Tapi bedanya sekarang dia menangis diam diam, matanya terbuka menatap ke atas, ketika air matanya jatuh dia langsung menghapusnya. Hal itu terus Jeci lakukan, nggak ada suara sama sekali, bahkan rengekan rengekan nggak ada.

"Bentar ya Je, gue ke dapur dulu mau ambil air hangat." Targa langsung turun dari kasurnya untuk pergi kedapur.

Sesampainya di dapur, Targa mengambil baskom kecil, menuangkan sedikit air panas yang ada di termos kedalam baskom kecil itu, kemudian menambahkan sedikit air biasa.
"Pas." Ucapnya ketika mencek kehatangan air itu menggunakan jari telunjuknya.

Targa kemudian berjalan untuk kembali ke kamar. Setelah di kamar ia mencari kain di lemarinya.

Setelah ketemu kain yang dicarinya, Targa kembali naik ke atas kasur, lalu baskom yang berisi air hangat ia taruh di atas nakas samping tempat tidurnya.

Sebelum mencelupkan kain kedalam baskom, Targa sempat melirik jam yang ada di dinding kamarnya, ternyata baru pukul 2 pagi.

Targa memeras kainnya, lalu ia taruh kainnya di atas dahi Jeci. Saking panasnya dahi Jeci, kain yang awalnya basah tadi langsung mau kering. Disitu Targa tambah panik, mana Jecinya terus nangis diam diam lagi, minimal bersuara sedikit lah, jangan bikin takut.

Targa kembali turun dari kasurnya untuk mengambil obat di lemari. Setelah ketemu, ia langsung membawa kotak obat lalu ia taruh di nakas samping tempat tidur nya Jeci.

Mata Targa terus membaca satu persatu kegunaan obat di dalam kotak itu. Yang Targa cari adalah obat berbentuk sirup yang bisa menurunkan panas, karena Targa tau pasti Jeci nggak bisa meminum yang berbentuk tablet.

"Je, duduk bentar ya minum obat." Pinta Targa.

Jeci mengangguk, lalu dengan pelan duduk di bantu sama Targa. "Wih langsung nurut." Kekeh Targa.

Targa mengambil bantal miliknya sendiri, bantal itu ia taruh di belakang Jeci, biar Jeci enak bersandarnya.

Targa menuangkan obat sirupnya ke dalam sendok khusus obat, lalu sendok itu ia masukkan ke dalam mulut Jeci secara pelan. Setelah Jeci meneguknya Targa langsung menyodorkan sedotan berisi air putih ke mulut Jeci.

Setelah selesai minum obat, Targa kembali membaringkan Jeci. Targa berjongkok melihat Jeci dengan raut wajah khawatir. Jeci yang sekarang beda banget sama Jeci yang sakit sebelumnya. Sekarang benar benar nggak ada suara sama sekali, dia nangis sesenggukan pun tetap aja nggak ngeluarin suara.

"Udah ya nangisnya." Targa menghapus air mata Jeci menggunakan jempolnya.

"Perasaan tadi malam lo udah baikan, kok sekarang malah langsung panas gini Je. Kayaknya lo sakitnya bertahap ya?" Tanya Targa dengan bergumam.

🏍️🏍️🏍️

Paginya pas pukul setengah 6 pagi, Targa langsung nge-wa ibunya.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang