'53

495 121 14
                                    

"Keponakannya cantik Mas."

Pagi ini Targa dan Jeci sudah berada di tempat Terapi tulang, Jeci harus rutin ke sini untuk penyembuhannya. Pagi buta tadi juga Dokter udah datang ke Apartemen mereka untuk melepas infus Jeci.

Targa yang lagi membaca kartu langsung menoleh pada orang di sebelahnya. "Keponakan?" Tanyanya dengan heran.

Dia pengen masuk nemanin Jeci yang lagi terapi, tapi nggak di bolehin sama Dokternya, jadi Targa duduk di luar sambil nunggu Jeci selesai terapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia pengen masuk nemanin Jeci yang lagi terapi, tapi nggak di bolehin sama Dokternya, jadi Targa duduk di luar sambil nunggu Jeci selesai terapi.

"Yang di dalam itu Keponakannya Mas kan?" Tanya laki-laki itu kembali. "Saya tadi nggak sengaja dengar dia manggil anda Om, Mas." Tambahnya.

"Ouh." Targa mengangguk paham. "Cakep kan Istri saya?" Sambung Targa sambil tersenyum mengejek.

Laki-laki itu langsung memasang wajah kagetnya. "Maksudnya....Keponakan anda itu, Istri anda sendiri? Dan anda menikahi anak di bawah umur? gitu? Emang boleh?..." Tanyanya beruntun.

Dahi Targa berkerut sambil memandang aneh laki-laki yang ada di sampingnya. Dalam hati Targa berkata, apa sih ini orang, tanya sendiri menyimpulkan sendiri.

"Anak di bawah umur apanya?! Saya sama Istri saya cuma beda 1 tahun!" Jelas Targa dengan nada sedikit naik.

Sudah sering kali Targa ketemu sama orang yang selalu salah paham dengan hubungannya bersama Jeci. Targa tau wajah Jeci itu imut, tapi masa sampai ngira Jeci masih di bawah umur?.

Perasaan wajah Targa nggak tua tua amat, masih sesuai sama umur nya kok. Apa auranya yang terlalu Om-Om? banyak yang bilang sih gitu.

"Habisnya Istri anda manggilnya Om sih, saya kira Keponakan anda." Tutur laki-laki itu.

"Panggilan kesayangan itu." Jawab Targa.

"Maaf ya Mas, saya nggak tau." Ungkapnya tak enak, apalagi tadi sempat bilang Jeci cantik.

"Iya gapapa. Wajar, muka Istri saya emang se imut itu, makanya banyak yang bilang dia Keponakan saya."

Kebetulan juga pada saat itu Jeci keluar dari ruangan terapi. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil melihat kesana kemari seolah ada yang di cari.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang