'52

633 131 32
                                    

Awalnya Orang tua Jeci maupun Ibu Targa pada nggak setuju Jeci di rawat di Rumah. Mereka pada nggak percaya sama apa yang Targa katakan. Katanya "Itu manusia kali, atau khayalan kamu doang." Jadi, Targa suruh Jeci yang cerita. Toh mereka tau Jeci anaknya jujur, apalagi yang liat pertama kali Jeci kan.

Kalo kata Jeci mah, dedek hilang, hantu datang.

Jeci pulang di bantu dengan kursi roda. Soalnya tulang ekornya sedikit bermasalah. Jadi nanti dia harus rutin di periksa.

Targa memencet tombol lift lantai 5, lalu membiarkan pintu lift tertutup sendiri. Didalam sana cuma ada Targa sama Jeci, sisanya sudah di dalam Apartemen. Ini Jeci sendiri yang minta berduaan aja sama Targa.

"Om."
"Aku senang deh nggak bisa jalan."

"Kenapa?" Tanya Targa heran.

"Biar bisa digendong Om terus."

Kursi roda Jeci sudah di bawa duluan sama Papinya Jeci. Nah sedangkan Jeci naik ke atas, di gendong sama Targa.

"Mana bisa gitu, kamu harus tetap bisa jalan kaya dulu lagi."

"Om nggak mau gendong aku lagi ya?"

"Bukan gitu sayang, kapan aja aku siap kalo kamu mau gendong, tapi ya tetap harus bisa jalan." Jelas Targa.

"Gitu ya." Jeci mengangguk.
"Om, aku mau cium Om dong." Pintanya.

Posisi Targa menggendong Jeci yang awalnya gaya gendongan belakang, kini berubah menjadi gendongan depan.

Lift terbuka bertepatan dengan posisi Targa lagi mencium Jeci.

"Lah ngapain lo di depan lift?" Targa heran, Julian tiba-tiba muncul disana.

"Ibu nyuruh gue nyusul lo, katanya takut kesusahan, lo kan bawa infuss Jeci juga. Tau gitu nggak usah nyusul tadi." Kesal Julian yang baru saja melihat adegan orang dewasa.

Targa terkekeh, "nggak ada, gue cuma bawa Jeci doang, nggak susah juga." Bisa ini bawa nya, satu tangan gendong Jeci, satu tangan lagi bawa infuss.

"Kali aja Ibu khawatir A, Jeci kan gede, berat, idup lagi."

"APA KAMU BILANG?!" Marah Jeci, ia langsung menjambak rambut Julian.

Targa menjauhkan Jeci dari Julian agar tak lanjut bertengkar. "Jangan gitu, kesayangan gue nih." Bela Targa.

"Aku juga sayang Om." Jeci melingkarkan tangannya di leher Targa.

Julian memutar bola matanya malas. Enggan menjadi nyamuk, ia memilih untuk masuk terlebih dahulu ke dalam Apartement.

-

Didalam sana sudah rame banget orang. Ada Neneknya Jeci, Orang tua Jeci, Temannya Jeci, sama Ibu dan Julian.

Jeci Targa taruh di dalam kamar aja, di temani sama ketiga teman Jeci, dan Julian. Julian sebenarnya nggak terlalu dekat sama teman-temannya Jeci, tapi karena di Ruang tamu banyak orang tua, terus berisik juga, jadi dia memilih untuk diam disini.

"Aku keluar dulu ya, kalau ada apa-apa bilang aja." Ucap Targa pada Jeci.

Jeci mengangguk sambil tersenyum.

"Kamu keguguran ya Ci gara gara jatuh?" Tanya Jeny.
Ekpresi Jeci langsung muram habis di tanya tentang itu.

"Jangan tanya itu dulu, dia lagi sensitif." Bisik Targa pelan.

"Udah nggak papa, aku keluar ya sayang." Targa mengacak rambut Jeci, lalu keluar dari Kamarnya.

"Ecii, katanya malam tadi kamu liat hantu Rumah sakit ya?" Tanya Airin.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang