'56

590 120 26
                                    

Selesai nemanin Istrinya terapi, Targa langsung bergegas ke Cafe untuk bertemu dengan orang yang mau kerja sama dia, tak lupa di temanin sama Istri tercinta.

"Mana yang mau ngelamar?" Tanya Targa pada karyawannya yang lagi bertugas sebagai Barista.

"Di lantai 3 Bang." Jawabnya.
"Ada Bang Jidan juga di sana."

"Suruh ke bawah aja ya, gue mau interview disini. Sekalian gue mau minta tolong panggilin yang lain buat susunkan kursi disini." Soalnya Targa nggak bisa naik ke lantai 3 karena Jeci masih pakai kursi roda, kalo di paksa takutnya ngerepotin teman-temannya. Jadi emang paling simple di bawah aja.

"Kamu mau apa yang? Jangan kopi ya." Tawar Targa pada Istrinya sambil menunggu orang-orang turun kebawah.

"Nanti aja." Tolak Jeci lesu.
Dia lagi nahan sakit habis terapi. Katanya hari ke 2 nggak sakit lagi, tapi faktanya tetap aja sakit. Ngeselin banget sih udah boong!

"Habis urusan ini selesai kita langsung pulang kok Je, tahan ya sayang." Targa menggenggam erat tangan Istrinya.

"Ga." Targa menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

Jidan turun di ikuti banyak orang di belakangnya, ternyata Enzy ikut turun juga.

Nggak cuma cowok aja yang ngelamar, rupanya ada beberapa cewek juga.

"Duduk aja." Suruh Targa.

"Anu Pak, saya mau bertanya terlebih dahulu." Satu cewek mengangkat tangannya.

"Apa?"

"Apa benar syarat jadi pekerja disini harus bisa pargoy?" Tanyanya ragu-ragu.

"Siapa yang bilang?" Targa terheran.

"Biasa Ga, itu" Jidan menunjuk Enzy yang cengengesan.

"Musyrik lo percaya dia." Tukas Targa.

"Pargoy itu apa Om." Bisik Jeci menanyakan.

"Ekhem, sayang!" Targa berdehem sambil menekankan kata sayang.

Lupa pasti nih si Jeci.

Jeci hanya bisa tersenyum lebar menampilkan gigi nya yang rapi. "Hehehe."

"Saya juga mau bertanya Pak." Kini giliran satu cowok yang mengangkat tangannya.

"Apa?"

"Syarat kerja disini apa ya?" Tanyanya.

"Berakal."

"Canda, syaratnya jujur, itu aja." Jawab Targa.

"Oke, gue langsung aja interview nya ya."
"Ini pada beneran mau kerja kan?" Targa memandangi satu satu calon karyawannya.

"Beneran Pak!" Jawab semuanya dengan serempak.

"Kalo gitu, mulai besok udah bisa masuk kerja ya. Ntar shift nya gue bikinin."

"Lah gitu doang?" Tanya Jidan.

Targa mengangguk, "ya terus harus kaya gimana, orang mereka pada mau kerja, ya udah langsung terima aja."

"Tapi Pak." Satu cowok mengangkat tangannya.

"Panggil Bang aja." Sela Targa.

"Ouh oke."
"Tapi Bang, saya-

"Pakai bahasa santai aja. Gue lo juga nggak papa." Sela Targa lagi.

"Iya Bang. Tapi gue nggak ada pengalaman kerja di cafe sebenarnya." Ungkapnya jujur.

Itu adalah kesalahan besar saat interview, jujur banget sih.

"Ya nggak papa, kan bisa belajar." Tanggap Targa santai.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang