'13

1.2K 199 32
                                    

Targa membuka pintu Apartemennya setelah berhasil memencet kode. Ia menghirup udara yang ada di dalam ruangan itu, sudah berapa hari tempat ini nggak ia kunjungi.

Targa masuk kedalam, bersiap untuk mengambil beberapa barang. Targa berhenti di dinding yang ada lukisan bergambar sapi. Targa teringat sesuatu tentang pertama kali dia menginjakkan kaki disini bersama Jeci.

"Om om."

"Kok sapinya kaya om."

Targa terkekeh melihat lukisan itu. Ia berjalan masuk ke dalam kamar lalu membuka lemarinya sendiri. Lemari yang dulu untuk Jeci, isinya sudah kosong. Mungkin orang tuanya Jeci yang bawa semua barang Jeci.

Setelah selesai mengambil barang yang ia mau, Targa duduk sebentar di tepi ranjang. Pandangannya terfokus pada pintu kamar mandi yang tertutup.

"OM OMM JECI PUNYA MAKANAN OM!!"

"OMMMMMM!"

"APA BANGSAT?!"

"Itu aku udah buatin makanan, om makannya di kamar mandi aja ya."

"Tuh makan."

"Yang serius aja je. Masa lo nyuruh gue makan mainan? Lo stress apa gimana?"

"Tapi suster waktu itu mau aja makan itu."

"Itu karena dia di gaji bego. Kalo nggak di gaji juga mana mau dia"

"OMMM MAINAN AKU BALIKIN!!."

"ARGHHHH SIALL, GUE MAU MANDI AJA SUSAH."

Lagi lagi Targa terkekeh, "Bego, gue disuruh makan mainan."

Tiba-tiba Targa memukul kepalanya sendiri, "Gila ngapain gue flashback, kaya nggak ada kerjaan aja." Umpatnya pada diri sendiri.

Targa langsung mengambil barang yang ia ambil tadi, lalu keluar dari kamar itu. Targa bergegas keluar dari Apartemen, namun pas mau keluar, pintu Apartemen Targa nggak bisa dibuka. Sekuat tenaga Targa berusaha untuk membuka pintunya.

"Bangsat ini kenapa lagi!" Makinya memukul pintu dengan keras.

Targa mengambil ponsel di kantung celananya, niat ingin menghubungi seseorang. Mata Targa melebar ketika melihat jaringan di ponselnya hilang, bukan cuma jaringan aja, tapi kartunya juga.

"Siapa yang ngambil kartu gue?" Gumamnya.
Targa mencoba berfikir, "Airin?"

"Tapi tadi gue liat Airin masih telponan sama supirnya. Apa dia boong?" Dengan cepat Targa langsung membuka aplikasi telpon untuk memastikannya. "Lah tapi ini ada riwayat panggilan dari no tidak dikenal, berarti bukan karena Airin. Kartunya ilang pas gue masuk apartemen, tapi kenapa bisa ilang sendiri, kagak masuk akal banget."

Mata Targa menoleh kesana kemari, berusaha mencari cara agar dia bisa keluar dari dalam sini.

"Disini kagak ada telpon buat info lagi, mana bel darurat udah lama kagak berfungsi." Kesalnya berjalan menuju sofa.

"Jeci waktu gue kunci gimana ya di dalam. Ini karma gue apa gimana udah kunciin dia."

Targa membuka WhatsApp nya, mau melihat pesan apa yang dikirimkan nomer tidak dikenal itu. Pesan yang pertama bertuliskan "Jika orang dewasa dengan jiwa yang dewasa juga, terkunci sendirian di dalam ruangan, apa yang akan dia lakukan? tentu saja merasa senang kan, bisa tidur karena itu tempatnya sendiri. Lalu bagaimana dengan orang dewasa yang berjiwa anak kecil terkunci sendirian di dalam ruangan dengan segala ancaman sebelumnya. apa akan merasa senang? apakah dia akan melakukan tidur, makan, atau kegiatan lainnya? tentu saja tidak. Dia akan menangis ketakutan sampai menyebabkan trauma pada dirinya sendiri."

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang