'44

1.3K 148 49
                                    

"Ibu tadi nanyain gue, kenapa telponnya nggak di angkat sama lo katanya."

Targa dan Julian lagi bersantai sambil duduk di depan Alfamart. Di temani dengan kopi hangat dan roti Aoka. Mata keduanya melihat anak Sekolah yang sedari tadi berlalu lalang.

Sedangkan yang lain masih di dalam Alfamart, entah mereka pada mau borong kali. ATM juga Targa serahkan pada Jeci, tenang Jeci tau Kode Pin ATM Targa, yaitu tanggal ulang tahun Jeci sendiri.

"Males A." Jawab Julian dengan lesu.

Targa memicingkan matanya, "ngambek sama Ibu?"

Julian mengangguk. "Ibu bandingin gue sama lo mulu." Cicitnya.

Dengan dahi berkerut, Targa kembali melontarkan pertanyaan pada adiknya. "Bandingin gimana?" Setau Targa, Ibu nggak suka bandingin anaknya sendiri.

Julian menarik napasnya sebelum menceritakan apa yang terjadi di rumah.

-

"Kamu nggak mau nabung sama Ibu?"

"Nanti aja Bu, aku masih banyak yang mau di beli, belum lagi malam nanti teman ngajakin keluar."

"Ibu ngasih kamu uang jajan berapa?"

"50 ribu."

"Aa juga kamu kadang ngasih uang kan ke kamu? Kenapa nggak bisa di buat nabung setengahnya?"

"Susah Bu nabungnya..."

"Susah gimana, kamu aja yang boros adek. Kalau keberatan setiap hari nabung 50 ribu, kamu bisa tabung 30 ribu, nah jajannya pakai uang yang di kasih Aa. Kalau pun masih keberatan, kamu bisa nabung 5 ribu dulu setiap hari."

"Ibu suruh kamu nabung, nabung, nabung itu bukan tanpa alasan. Kita nggak tau aja kedepannya gimana kan. Iya sekarang kamu masih bisa minta uang jajan ke Ibu, masih ada Aa kamu yang sering ngasih uang juga. Kalau kedepannya Ibu nggak ada, terus Aa kamu juga harus fokus sama Keluarganya, kamu gimana? Nggak ada persiapan apa-apa."

"Kita nggak bisa hidup kalau ngeharepin orang terus. Adek udah dewasa kan? Seharusnya udah bisa ngatur keuangan. Contoh Aa kamu, dari kecil udah nabung. Dulu keuangan keluarga kita ini nggak kaya sekarang, dulu susah. Kita cuma ngeharepin uang dari hasil penjualan Toko Roti Ayah, itu pun kalau laku."

"Dari kecil Aa kamu itu suka nabungin seluruh uang jajannya. Setiap hari dia bawa bekal dari rumah, habis itu nggak pernah jajan lagi. Terbukti kan sekarang Aa kamu gimana? Banyak duitnya, bahkan tabungan Aa aja masih ada di Ibu, belum pernah dia ambil. Nggak papa awal awal tersiksa, nanti juga kita bakal nikmatin hasilnya."

"Tapi kan Bu, Aa nggak mungkin ngebuang aku, pasti ngasihlah uang meskipun nggak banyak."

"Iya anggap aja Aa masih terus ngasih uang ke kamu. Tapi, emang kamu nggak mau nikah? pasti kedepannya kamu bakal nikah kan. Gimana cara kamu nafkahin Istri kamu kalau kamu nya aja masih minta uang ke Aa. Masa harus Aa juga yang nafkahin, kasian dong dia harus nafkahin 2 keluarga."

"Mulai sekarang nabung ya, Ibu nggak nyuruh banyak banyak kok, sedikit aja nggak papa, yang penting teratur."

-

"Gitu A. Berat A jadi gue, Ibu mah nggak bisa ngertiin gue. Lo sama gue kan hidupnya di jaman yang berbeda." Keluh Julian.

Targa menggelengkan kepalanya, bingung sama mental adeknya yang selembut kapas di kasih air itu. Masa di suruh nabung aja malah ngira lagi di bandingin.

"Beda Jaman apanya? Lo kira gue hidup di Jaman Megalitikum?!" Hardik Targa.

Julian mendengus, "susah A buat nabung, kebutuhan gue masih banyak. Lagian kan masa depan gue masih panjang, Nikah juga masih lama pastinya, jadinya gue mau nikmatin hidup dulu."

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang