'14

1.2K 206 37
                                    

"Lo semua ke Bandung aja. Sama gue kan bisa kapan-kapan." Suruh Targa.

Sedari tadi Enzy terus maksa ikut sama dia buat ke temu Jeci.

"Gue ikut lo aja Bang." Tuh kan apa di bilangin, Enzy keras kepala.

Targa menghela nafas. "Kalau lo nggak ikut, otomatis banyak yang nggak ikut juga. Kasian yang lain udah nggak sabar buat ke Bandung. Gue disini mau selesaikan masalah gue sendiri."

"Kalau masalah gue udah selesai, kita pasti berangkat sama-sama." Sambung Targa.

"Tapi gue mau ketemu Jeci, Bang." Lirih Enzy.

Jidan memegang pundak Enzy, ia membantu Targa untuk menjelaskan ke Enzy. "Zy, lo lupa Targa pernah bilang kalau orang tuanya Jeci nggak akan mempertemukan anaknya lagi sama Targa?" tanya Jidan.

"Targa aja pasti bakalan susah buat ketemu sama Jeci, apalagi ditambah lo ikut. Jadi biarin Targa perbaiki masalahnya sendiri, kita healing aja ke Bandung. Masalah Targa bukan masalah kita, biarin dia yang tanggung." Agak jahat sih omongannya, tapi apa boleh buat.

"Tau tuh." Yuda merangkul Enzy. "Kalau lo ikut Targa, lo bakal ikut di tandain juga sama orang tuanya Jeci. Mending kita panen nomer WhatsApp nya cewek-cewek Bandung."

"Benar juga!"
"Skuy lah kita berangkat!" Enzy yang awalnya murung menjadi sumringah ketika mendengar kata memanen nomer cewek.

Jidan tersenyum, lalu menepuk bahu Targa yang sedari tadi menunduk. Sebenarnya Jidan mau bantuin temennya itu, tapi Targa mau nyelesaikan sendiri katanya. "Kami mau berangkat dulu ya, Ga." Pamitnya.

"Gue nggak tau apa yang membuat lo jadi tiba-tiba pengen ketemu sama Jeci, tapi semoga berhasil deh." Bisiknya pada Targa.

Semua teman Targa mulai berpamitan pada Targa, lalu serempak meninggalkan Apartemen Targa. Apartemen yang awalnya penuh dengan orang tiba-tiba menjadi sunyi, meninggalkan Targa yang merenung.

"Lo beneran suka sama Jeci, Nzy?" tanya Arsen.

Mereka memilih untuk turun lewat tangga daripada Lift.

Enzy terdiam, tetap fokus sama tangga yang ia pijak. "Kagak Sen." Jawabnya pelan, pelan banget hampir bergumam.

"Udah gue duga." Arsen mengangguk-angguk.

"Kagak salah lagi, suka banget bangsat!" lancangnya tiba-tiba memekik dengan keras.

"Serius anjing!" Yuda memukul belakang kepala Enzy.

"Tapi boong." Ucap Enzy cengengesan.
Untung aja udah selesai melewati tangga. Kalau masih di tangga mungkin si Enzy bakal di dorong dari atas.

"Yakali gue suka sama bininya Bang Targa." Sambungnya lagi.

"Gue tertarik karena dia cantik aja. Contohnya kay Airin, gue tertarik juga sama dia karena cantik."

"Yakin?" tanya Jidan menatap Enzy curiga. Enzy mengangguk.

"Bagus deh Bang. Biar gue aja suka sama Jeci biarpun bininya Bang Targa." Saut Yadi di belakang.

🏍️🏍️🏍️

Targa langsung ke konter pulsa untuk membeli kartu selepas teman-temannya pergi.

Setelah membeli kartu, ia berniat ingin menghubungi seseorang.

Jeci ini Om, masih ingat nggak?.
Targa mengetikkan pesan itu di nomor WhatsApp nya Jeci, tapi langsung ia hapus.
"Cringe banget gila."

Targa memikirkan cara agar bisa ketemu Jeci. Tapi satu-satunya cara ya minta izin sama orang tuanya Jeci. Alhasil Targa langsung memencet tombol telpon kontaknya Papi Jaka.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang