'8

1K 165 20
                                    

Setelah berdiskusi dengan Jidan. Targa langsung membawa Jeci pulang kerumah Ibu, sekalian untuk minta pendapat dengan Ibu tentang toko roti yang mau dia buka.

"Jadi gini Bu, tempat bekas punya Ayah mau Targa jadiin toko roti. Ibu setuju kan?"

Ibu Yona tersenyum sambil menggenggam tangan anak sulungnya. "Ibu setuju Targa, lumayan kan kamu punya usaha sendiri."

"Gue juga setuju A, lumayan bisa makan roti gratis tiap hari."

Targa menatap sinis adiknya yang tiba-tiba muncul. "Lo ajakin Jeci main aja sana!" usirnya menyuruh Julian keluar dari rumah.

Setelah mengusir Julian, Targa kembali melanjutkan percakapannya dengan Ibu.

"Masalahnya sih disini Bu, siapa yang bisa bikin roti." Urung Targa.

"Kamu lupa kalau Ibu bisa bikin roti varian apa aja, dan pasti enak?"

"Yakali Targa lupa Bu, tapi nggak mungkin kan Targa menyuruh Ibu seterusnya jadi chef di tempat itu."

"Ya Ibu kasih tau resepnya, kamu pelajarin cara bikinnya."

"Temen Jeci ada yang jago bikin roti!"

Targa mendengus kesal, baru aja adiknya tiba-tiba masuk, ini sekarang malah bocil kematian yang melongos masuk.

"Ketangkap lo tikus!"
Julian menyusul Jeci masuk ke dalam rumah. "Nah sekarang giliran lo jadi kucing, gue jadi tikus." Ya sedari tadi mereka di luar main tom & jerry an.

Jeci menatap kesal Julian. "Ssttt!" ia menaruh jari telunjuknya di bibir, menyuruh Julian agar diam.

"Ini kan lagi iklan, jadi kita stop dulu mainnya." Setelah itu Jeci duduk di samping Ibu.

Julian menatap Jeci keheranan, di kira lagi syuting apa segala ada iklan.

"Eh eh ngapain, bawa Jeci main sono." Larang Targa ketika Julian mau duduk di sampingnya.

"Lo aja sana ajak sendiri!" sewot Julian.

"Temen Jeci siapa yang bisa bikin roti?" tanya Ibu lembut.

"Nggak usah di dengerin Bu si Jeci, palingan jawabannya ngaur." Targa mengusir Jeci agar menjauh dari tempatnya. Kalau Jeci disini bisa-bisa obrolan dia sama Ibu tadi jadi tertunda lagi. "Je main aja sama Julian sana."

Jeci menghiraukan ucapan Targa. "Kak Airin. Jeci sering dibikinin roti sama dia." Jawab Jeci.

Targa yang tadi berniat mengusir Jeci, mengurungkan niatnya kembali. Ia berdehem sebentar lalu kembali duduk ke tempatnya.

"Ya udah Je, coba lo tanya sama Airin mau nggak bantu gue."

Ibu menatap ke arah Targa, tatapannya seolah memberi peringatan ke Targa.

Gugup karena ditatap Ibu, Targa langsung mengalihkan pandangannya.

Merasa Ibu terus menatapnya, terpaksa Targa menoleh lagi ke arah Ibunya. "Ini demi usaha Targa Bu, bukan mau ngapa-ngapain." Jelas Targa.

"Janji ya." Ucap ibu.

Targa mengangguk, "janji Bu."
"Gini aja Bu, Ibu bagi resep Ibu yang biasanya bikin roti ke Targa, nanti Targa praktekin di markas sama anak-anak yang lain."

"Bentar ya, Ibu ambilin dulu di kamar." Ibu segera beranjak dari kursinya lalu berjalan ke arah kamar.

Sepeninggalnya Ibu, Targa langsung menatap Jeci. "Je bagi no Airin." Pintanya.

Jeci kebingungan dengan ucapan Targa. "Bagi apa Om?" tanyanya.

"Cepetan bagi no nya Airin ke gue."

"Bagi gimana Om?" tanya Jeci masih nggak paham.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang