'9

915 150 43
                                    

Semua bahan sudah siap. Kini di markas di sibuk kan dengan kerjaan masing-masing.

Di dapur ada 13 orang yang belajar masak bersama Airin, termasuk Targa juga disana. Sedangkan Jidan dia di atas sibuk buat desain untuk toko Rotinya Targa. Sisanya, teman Targa yang lain, hanya menggosip di ruang tengah. Yang kerja cuma Jidan doang.

"Lo bayangin deh kalau si Yadi di angkat Targa jadi anaknya." Ucap Yuda. Yang di omongin sibuk main gitar.

"Orang yang kucintai adalah ibu angkatku, anjay." Karena ucapan Arsen, sontak Yuda dan Enzy tertawa keras.

"Goblok, bakalan step mom nantinya itu." Saut Enzy masih tertawa.

Arsen yang ikut ketawa karena ucapannya sendiri, menjadi diam kembali. "Lo pada bayangin, misalkan Jeci normal, se wow apa nanti dia." Ucapnya tiba-tiba.

Enzy dan Yuda yang masih ketawa langsung reflek menoleh menatap Arsen. "Tapi emang nggak bisa di tutupi sih, bahwa Jeci tuh sempurna sebenarnya. Dia kurangnya cuma sifatnya aja. Gue aja dulu waktu pas ke pernikahan Targa langsung ke pincut sama Jeci, tapi buyar pas dia kayak bocah." Ujar Yuda.

"Setuju gue Yud. Jeci tuh mukanya pas, badannya pas, uangnya yang kelebihan." Saut Enzy terkekeh.

"Eh coba lo pada tebak Jeci nih bisa berubah atau nggak." Enzy menatap satu-satu mata Yuda dan Arsen.

Keduanya nampak berpikir. "Kayaknya kagak bakalan deh. Gue malah mikirin sampai kapan rumah tangga Targa bertahan lama." Jawab Arsen.

Yuda mengangguk setuju. "Kagak bakalan lama dah Sen. Di dapur aja ada tipenya Targa tuh." Yuda menunjuk dapur menggunakan bibirnya.

"Yakali si Targa kagak bakalan kepincut sama tuh cewek. Pasti mudah dapetin hatinya Airin, biarpun dia temannya Jeci juga." Sambung Yuda sambil mempelankan suaranya ketika menyebut nama Airin.

"Berarti, kalau gitu gue ada kesempatan dong dapetin Jeci." Kekeh Arsen dengan senyuman yang lebar.

Enzy langsung menoyor kepalanya Arsen. "Kagak ada kesempatan kesempatan! Jeci punya gue kalau Bang Targa lepasin dia."

Arsen membalas toyoran Enzy, lalu menatap sengit. "Lo aja masih kayak bocah. Yakali bocah sama bocah di satuin, bakalan kayak gimana jadinya ntar." Tukasnya.

"Lah bego, napa malah jadi rebutan Jeci. Cewek di luaran sana masih banyak woi!" Yuda terheran dengan sikap temannya.

🏍️🏍️🏍️

Sudah banyak kue dan roti yang mereka bikin, ditambah minuman juga sudah di ajarkan sama Airin. Targa melihat jam tangannya, ternyata sudah pukul 19.30 malam.

Targa melirik kue, roti, dan minuman yang sudah jadi di meja dapur. Cara pengolahan yang dia ingat cuma seberapa aja sih sebenarnya. Tapi nggak papa lah, masih ada waktu 2 hari lagi untuk Airin ajarin dia.

"Bawa ke tengah aja makanan nya, biar di cobain sama anak-anak yang lain." Suruh Targa.

Anak-anak yang di dapur pun mulai membawa satu persatu piring yang di atasnya tuh ada roti sama kue bermacam-macam.

Niatnya gini untuk karyawan di tokonya nanti, Targa mau taruh 10 orang di dapur, tambah dia jadi 11. Sedangkan buat minuman di depan nanti ada 2 orang.

Targa dan yang lainnya menaruh makanan di lantai biar luas, di ikuti Airin di belakangnya. Setelah semua anak berkumpul, Targa berniat langsung mengajak mereka untuk mencobanya.

"Kamu nggak ajak Jeci?" tanya Airin. "Jeci suka makanan kayak ginian." Sambungnya lagi.

Duh, padahal sebenarnya Targa malas ajak Jeci kesini, nanti repot lagi.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang