'45

641 131 36
                                    

"Pengen berak."
"Ini masih lama kah sampainya Bang?"

Yuda mendengus, "udah berapa kali lo bilang pengen berak Nzy? Puyeng gue dengarnya."

"Suruh tai lo tahan dulu Nzy, bentar lagi kita sampai." Ujar Targa.

"Iya, andai aja perut gue ada tombol on-off nya, mungkin gue nggak bakal koar koar Bang." Gerutu Enzy sambil memegang perutnya.

"Perut lo di elus pakai minyak kayu putih dulu Nzy." Suruh Arsen sambil mengasihkan botol minyak kayu putih ke Enzy.

"Tetap aja Sen, udah di ujung tanduk nih!" Erang Enzy.

"Bentar lagi juga sampai Nzy." Targa menginjak gas mobil agar lebih cepat, "di tahan dulu." sambungnya.

"Disekitaran sini emangnya nggak ada mesjid Ga?" Tanya Jidan, kasian juga dia sedari tadi liat Enzy kaya cacing kepanasan.

Targa menggeleng. "Mesjid adanya pas di pantai nya doang, Dan." Jawab Targa.

Jeci mengambil sesuatu di belakang kursi Targa, rupanya ia lagi mengambil plastik hitam. Plastik itu ia kasihkan ke Enzy, "Kalau mau ee disini aja." Ucapnya.

"Nah betul tuh kata Jeci. Berhenti dulu Ga, Enzy mau berak di plastik katanya." Sahut Yuda sambil ketawa.

"Sat." Maki Enzy pada Yuda sambil mengacungkan jari tengahnya.

"Lo kebiasaan mulu Nzy, tiap pagi kagak pernah kagak berak." Heran Arsen.

"Lah biarin, namanya juga manusia." Bela Enzy.

"Tau tu, tiap pagi dia mulu yang nguasain Wc." Sahut Jidan.

"Bacot lo pada!" Kesal Enzy.
Sudah tau dia kesakitan perut malah di bacotin perihal tiap pagi buang hajat mulu.

"Biasanya, kalau gue mau berak tapi nggak ada tempat, Ibu sering suruh gue pegang batu kecil Bang." Ucap Julian ikut nimbrung.

"Emang ngaruh Jul?" Tanya Enzy agak ragu.

"Ngaruh sih di gue Bang. Buktinya pas pegang batu, gue jadi nggak terlalu sakit perut lagi."

Masih agak ragu dengan ucapan Julian, kini Enzy menanyakan kembali pada Targa. "Emang ngaruh Bang?"

"Mana gue tau, gue nggak pernah kebelet di jalan soalnya." Jawab Targa.

"Di coba aja dah saran Julian, siapa tau emang ngaruh." Sahut Yuda. "Biar kagak berisik lagi, puyeng gue dengar nya." Sambung Yuda.

"Berisik lo! Gue berakin tau rasa." Gerutu Enzy. "Bang berhenti Bang, gue mau ambil batu dulu."

Targa pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Di, ambilin Di, lo kan di pinggir pintu." Suruh Enzy pada Yadi.

"Aelah Bang, yang sakit perut lo, yang ribet gue."

"Lo duduknya kan di pinggir nih, tinggal keluar doang susah amat. Gue nggak bisa berdiri, ntar kentut lagi disini." Tukas Enzy. "Cepetan Di." Suruh nya.

Yadi pun membuka pintu, lalu keluar dari mobil untuk mengambil batu kecil.
"Nah Bang." Ia pun mengasihkan beberapa batu kecil ke tangan Enzy.

"Emang harus sebanyak ini Jul?" Tanya Enzy pada Julian.

"Satu doang juga cukup Bang, pakai batu yang kecil."
"Batu sebanyak itu juga buat apa, mau lempar jumrah?"

"Tau si Yadi nih, agak laen." Enzy mengambil satu batu yang paling kecil, kemudian sisa batu yang lain ia kasihkan kembali pada Yadi. "Buang aja nih." Suruhnya.

Karena Yadi sudah mendudukkan kembali dirinya kedalam mobil, jadi ia buang batu itu lewat jendela.

"Terus nih batu di apain Jul?" Tanya si Enzy lagi.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang