'4

1.4K 238 21
                                    

Setelah hampir 1 jam membujuk Jeci untuk ikut Targa, akhirnya disinilah mereka, di apartemen yang di beli Papi nya Jeci.

Awalnya Jeci ingin mengajak baby sitter buat ikut, tapi langsung di tolak mentah-mentah sama Targa. Yakali sudah besar, sudah mempunyai Suami masih memiliki baby sitter. Apa kata temannya nanti kalau mereka berkunjung kerumah.

Targa menekan tombol password apartemennya, ketika semuanya sudah di tekan, pintu pun terbuka sendiri.

"Masuk." Suruh Targa dengan nada datar.

Setelah Jeci masuk, Targa membawa koper dirinya dan koper si bocah berkepang 2 itu.

Jeci menghampiri lukisan kecil bergambar sapi yang tertempel di dinding. Jeci gantian menatap antara lukisan sama wajah Targa dengan ekspresi bingung.

"Om,om." Panggil Jeci.

Targa yang sedang menutup pintu menoleh ke arah Jeci.

"Kok sapinya kayak Om." Tunjuknya ke lukisan itu lalu beralih menunjuk Targa.

Targa menatap Jeci dengan ekspresi yang sulit di baca, mana Jeci juga memperagakan ekspresi sapinya dengan tangan di taruh di atas kepala seperti tanduk.

Targa menatap Jeci dengan ekspresi yang sulit di baca, mana Jeci juga memperagakan ekspresi sapinya dengan tangan di taruh di atas kepala seperti tanduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangsat!" umpat Targa dengan pelan.

Targa memilih untuk mengacuhkan Jeci. Targa membawa kedua kopernya ke kamar. Andai aja kalo nih apartemen punya 2 kamar, pasti Targa memilih pisah kamar sama Jeci.

"Sapinya gembul, berarti lo yang mirip sapi."

"Ouh sapinya mirip aku ya." Jeci berjalan ke kamar menyusul Targa sambil kepalanya di angguk-anggukkan.

Ketika memasuki kamar, Jeci kaget dengan warna dindingnya. "Ihh kok abu-abu sih?! aku maunya warna pinnkkk!! cepat ganti!" Jeci menghentak-hentakkan kakinya.

Sumpah ya, baru sebentar di Apartemen, nih bocah sudah berisik banget. Apa Targa tahan selamanya tinggal sama Jeci? jawabannya pasti tidak!

Targa menghela nafas lelah, "bagusan warna abu-abu Je, aesthetic. Daripada pink, kayak babi." Targa membuka koper, siap untuk memasukkan baju ke lemari. Lagian warna pink cringe banget menurutnya.

Jeci menghampiri Targa dengan kaki yang masih di hentak-hentakkan. Ia berjongkok di depan Targa, "abu-abu itu serem Om, gelap. Tuh liat kasurnya aja warna hitam." Jeci menunjuk dinding lalu beralih menunjuk kasur.

"Udahlah Je terima aja. Lagian gue nggak bisa ganti, gue sibuk mau cari kerja."

"Tapi pink bagus tau!"

"Kayak babi."

"Om yang kayak babi!"

Wah nantangin nih bocah. Targa menatap jeci dengan tajam, "lo yang kayak babi!"

Mata Jeci langsung berkaca-kaca, wajahnya pun menjadi cemberut. Jeci menunduk, dia memeluk kakinya sendiri. Lagi-lagi Targa hanya bisa menghela napas. Ngatain bisa, tapi pas di katain malah nangis.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang