Targa memarkirkan mobilnya di halaman Rumah. Ketika keluar dari mobil, Targa berpapasan dengan 2 Asisten rumah tangganya yang sudah mau pulang, kebetulan hari sudah pukul 6 sore.
"Pak, kami pulang dulu ya." Pamit kedua Art Targa dengan aksen Jawa medok.
"Iya Bi, hati-hati."
Targa berjalan memasuki Rumah miliknya. "Sayang aku pu──Astaga." Targa tak bisa berkata-kata lagi melihat Istri dan anak kembarnya yang baru berusia 10 bulan itu memakai baju yang sama, Targa hanya bisa tersenyum. Emang benar kata orang, kalau kaya gini Targa seperti duda yang mempunyai 3 anak kembar.
Targa menutup pintu, Targa langsung menghampiri Istri dan anaknya. "Lucunya." Targa memeluk Jeci sebentar, lalu mencium pipi Jeci.
"Pappa." Jeya merangkak ke kaki Targa, rupanya minta di peluk juga.
Targa duduk di samping Jeci, Targa pun mendudukkan Jeya di pangkuannya. "Teya, sini sayang." Panggil Targa.
Teya pun dengan cepat merangkak ke Targa. "Oom."
"Papa sayang Papa, bukan Om." Koreksi Targa. Targa mengangkat Teya, lalu mendudukkannya di pangkuan juga.
"Aku nggak ngajarin ya." Ucap Jeci, takut difitnah Targa makanya Jeci klarifikasi terlebih dahulu.
Targa tau kok Istrinya tidak mungkin ngajarin. Targa sendiri heran, anaknya dengar darimana kata 'Om' ini. Padahal sehabis punya anak, Jeci tidak panggil Targa lagi dengan sebutan Om.
"Teya, nggak boleh pukul Jeya ya." Jeci memisahkan tangan anak kembarnya yang berantem di pangkuan Targa.
Targa terkekeh melihat anaknya saling menjambak rambut tipis mereka, meskipun tangan mereka sudah dipegang sama Jeci biar nggak berantem, tapi tetap aja namanya tangan bayi kan pasti lincah.
Akhirnya Targa mendudukkan kedua anak kembarnya di lantai, tak di pangkuan dia lagi.
"Anak Papa nggak boleh berantem." Tegur Targa sambil mencium satu-satu rambut anaknya.
Targa menoleh ke arah Jeci, "teman-teman aku mau kesini, mau liat si kembar katanya." Ucap Targa.
Jeci hanya mengangguk. Matanya terus fokus melihat anak kembarnya yang ingin naik lagi ke pangkuan Targa.
Tepat saat itu, pintu Rumah Targa di ketok. "Itu mereka kayanya." Targa lantas berdiri, "aku bukain pintu dulu ya."
Targa berjalan ke depan untuk membukakan pintu. Ternyata ada makhluk kecil yang mengikutinya dari belakang sambil merangkak.
"Adadada." Jeya merangkak mengikuti Papanya sambil mengoceh bahasa bayi.
Karena melihat kembarannya menjauh, Teya pun ikut merangkak juga mengikuti kembarannya.
"Mau kemana? Sini main boneka sama Mami." Jeci menggendong satu persatu anaknya untuk kembali ke tempat tadi.
"Sini aja, Papa cuma buka pintu." Jeci menahan kedua anaknya yang terus memaksa pengen ikut Targa.
"Sabar sayang, Papa cuma bentar aja." Jeya dan Teya sama-sama ingin lepas dari tangan Jeci yang menahan agar anaknya tidak kabur. "Nah itu Papa."
Targa kembali bersama 4 temannya yang lain.
Barulah Jeci melepaskan tangannya agar kedua anak kembarnya bisa menghampiri Targa.
Enzy duduk diatas karpet Rumah Targa, kemudian Enzy melontarkan candaan. "Yaampun, ini yang bayi yang mana." Ucap Enzy ketika melihat kedua anak Targa dan Istri Targa memakai baju yang sama.
Enzy doang emang yang berani nyebut Istri temannya dengan sebutan bayi.
"Nih bayi." Ucap Yuda sambil menunjuk Targa.
KAMU SEDANG MEMBACA
JeciTarga
Romance﹫vsoo Targa di paksa untuk menikahi wanita yang Ibunya suka. Ketika bertemu dengan wanita itu, Targa malah menjadi ilfeel dengannya. Sifatnya yang jauh dari tipe Targa, harus ia nikahi karena paksaan dari Ibunya. Kalau Targa tidak menuruti, Ibu meng...