'24

1.6K 176 63
                                    

Acara makan bersama sudah selesai, dan sekarang mereka lagi bersantai. Ada yang main gitar, bikin tiktok, tidur, ngobrol ngobrol.

Targa sama Jidan duduk di lantai atas ngobrolin toko roti yang mau ia buka. Sedangkan yang duduk di lantai bawah ada Jeci, Enzy, Arsen, Yuda lagi main monopoli. Tapi si Jeci malah disuruh jaga bank sama mereka, padahal yang punya mainannya Jeci.

"Nih Ci uangnya, gue beli rumah di Afrika." Ujar Arsen.

Jeci mengambil beberapa lembar uang monopoli di tangan Arsen, lalu menyusun uangnya dengan rapi di kotak monopoli. Setelah itu ia memberi Arsen rumah kecil berwarna hijau.

"Ihhh masuk penjara terus." Ejek Jeci pada Enzy.

"Bangkrut dia tuh. Uangnya aja tinggal 1.500." Saut Yuda ikut ngejek Enzy.

"Ci, ci, coba itung berapa rumah gue?" Sambung Yuda.

Jeci mengangguk, ia memajukan badannya untuk melihat dengan jelas, lalu mulai menghitung. "1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8. Ada 8!" Ujar Jeci menunjukkan jarinya.

Yuda menunjukkan wajah sombongnya, lalu mengibaskan uang monopolinya pada wajah Arsen sama Enzy.

"Sombongnya, rumah cuma 8 doang."
"Lah gue, ada 9 sama hotel 1, jadi 10." Tukas Arsen.

"Berisik ah. Nih gue mulai nih ya." Enzy mengambil 2 dadu lalu memasukkannya ke ember kecil, setelah itu ia kocok pelan dan ia jatuhkan ke monopoli. "5." Ucapnya pelan.

"Mampus di suruh bayar listrik." Ejek Yuda.

Enzy mendengus kesal. "Ci hutang ci ya, nunggu mereka bayar pajak di Indonesia."

Jeci ketawa, lalu berbisik ke Arsen. "Paman, beli rumah di Italia, biar nanti pas paman Enzy kesana, dia tambah miskin." Hasut Jeci pada Arsen.

Arsen memberi jempol Ke Jeci, "Tenang itu mah. Bakal gue jajahin semua Negara yang tersisa disini." Setelah itu keduanya sontak bertos ria.

"Semoga ntar dadu gue menuju penjara mulu." Doanya dengan nada kesal.

🏍🏍🏍

"Jadi buka kan usaha toko roti lo?" Tanya Jidan menatap Targa.

Yang di tanya sibuk menyeruput kopi yang asapnya masih menggumpal. "Jadi." Jawabnya singkat.

"Ah panas panas." Targa mengeluarkan lidahnya dari mulut, lalu mengipas ngipaskan, persis seperti anak anjing.

"Kemarin di tunda kan karena gue fokus menyelesaikan masalah sama keluarga istri gue." Ucap Targa setelah lidahnya sudah tidak perih lagi.

Mendengar ucapan temennya, Jidan langsung menaruh gelas teh yang bersisa sedikit lagi.
"Tumben nyebut Jeci sebagai istri lo. Kemarin aja ngakuin Jeci itu istri lo kayanya berat banget. Udah jatuh ke pesonanya Jeci ya, Ga?" Tanya Jidan dengan nada menggoda.

Rasanya muka Jidan nih pengen banget Targa siram pakai kopi panas miliknya saking kesalnya dia. "Emang kenapa kalo gue udah jatuh cinta sama Jeci?!" Sewot Targa.

"Baguslah." Jidan meminun kembali tehnya sampai habis dengan wajah yang santai.
"Asal lo tau ya Ga, diam diam gitu si Arsen mau rebut Jeci dari lo. Kemarin Arsen cerita ke gue, kalau lo sekali lagi nyakitin Jeci, saat itu juga Arsen bakalan minta restu ke orang tuanya Jeci, biar Jeci bisa bahagia sama dia."

"Terus tuh si Enzy sama Yadi, serius mereka beneran suka sama istri lo." Jidan ngomporin Targa, tapi wajahnya tuh tenang banget.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang