62. Case of Terror [1]

663 103 23
                                    

Miyagi. 14.00
.
.
.
''Bagaimana tehnya? Apa sesuai dengan seleramu?'' Tanya Nenek pada pria bersurai jingga yang ditutupi topi fedora.

''Rasanya menenangkan. Aroma tehnya juga mendominasi rasanya'' jawab pria tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Nakahara Chuuya.

Chuuya mengantar anaknya ke kediaman Ushijima. Aria bermain voli dengan Ushijima, Ace no 3 se Jepang di halaman awalnya.

Awalnya.

Kini Aria tidur kelelahan di pangkuan Chuuya dengan tubuh terselimuti selimut meja penghangan. Semetara Chuuya tengah berhadapan dengan ketiga orang yang bermarga Ushijima.

''Kutebak. Kau kesini meminta restu lagi, 'kan? Tetap saja kutolak'' ucap Ryoko menebak isi pikiran Chuuya lalu menjawab dengan lidah tajam.

Kretek...

Ada yang retak tapi bukan kaca. Namum hati Chuuya. Belum sempat berbicara sudah ditolak. Kasihan...

''Apa alasanmu mau dengan (Name), Nakahara- san? Padahal kalian hanya mantan'' Tanya Ushijima menyelidik. Chuuya menaruh cangkir tehnya di alas cangkir keramik lalu berkata.

''Sebenarnya dulu aku mengakui (Name) sebagai adikku sendiri. Namun sejak kapan dia memiliki rasa cinta padaku yang tidak peka ini. Aku malah melukai perasaannya. Begitulah awalku di deklarasi menjadi mantan'' cerita Chuuya.

''Aku tak tahu mau bagaimana lagi untuk meminta maaf dengan tulus. Aku juga menyesal kala itu. Satu - satunya cara adalah membangun hubungan lebih serius tanpa ada ikatan status, pekerjaan dan posisi diriku dengannya'' ucap Chuuya.

''Jika kau benar serius untuk menjalin hubungan dengannya. Lantas apa yang kau sukai dari (Name)?'' Tanya Nenek.

''A-Aku menyukainya karena dia kuat, optimis, kata - katanya selalu menjadi motivasi hidup, orang yang amanah, mandiri dan... p-pesonanya'' jawab Chuuya jujur walau tergagap malu.

''Kau tahu sikapya yang labil?'' Tanya Ryoko. ''Ya. Tapi itu bukan penghalang rasa cintaku padanya. Dia pernah berkata padaku saat kami bermusuhan. 'Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak ada yang sempurna', begitu'' jelas Chuuya.

''Jadi, kau rela kehilangan segalanya demi (Name)? Kau siap menanggung bebannya?'' Tanya Ryoko serius.

''Demi hidupku, aku rela kehilangan nyawaku demi dirinya. Bahkan demi anak ini, aku juga siap'' ucap Chuuya sembari mengelus surai coklat terang anaknya yang terlelap.

Ketiga orang bermarga Ushijima saling pandang memandang. Mereka mengangguk serempak dan berbicara ke pada Chuuya.

''Chuuya- kun. Lebih baik kau kejar dia mulai sekarang sebelum dia diambil orang'' ujar Ryoko membuat Chuuya mulai menatap mereka tak percaya setelah kata tersebut di lontarkan.

''Untuk (Name), aku serahkan padamu. Buat dia bahagia, Nakahara- san'' ucap Ushijima tenang. Walau hatinya terdapat rasa gundah dan tak terima.

'Daijoubu... ini demi (Name). Demi melihat senyumannya lagi. Lagipula kami hanya sepupu' batin Ushijima mengalah. Perlahan, pria bersurai zaitun itu mulai bersikap dewasa.

''Kami percayakan (Name) padamu, Nakahara Chuuya-kun'' ucap Nenek secara tak langsung merestui Chuuya.

Chuuya tak bisa menahan rasa bahagianya mulai tersenyum dan meneteskan air mata. ''Ha'i!'' Ucap Chuuya bahagia.

Langkah pertamanya untuk mencapai (Name) terlewati.


•••

Hyogo. 14.30.
.
.
.

(Name) berhenti di toko bunga untuk membeli sebuket bunga tulip putih untuk Akane. Kemudian motornya di arahkan ke pemakaman umum dekat kuil dan menuju ke makam Akane.

I'm Life With A Monster (BSD × READERS × HAIKYUU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang