(Name) POV
-------------------5 Tahun yang lalu...
Aku berdiri di depan batu nisan Ojiisan. Dengan perasaan hampa, apa yang kuharapkan untuk mereka yang pergi, mustahil untuk kembali. Ini salahku tak bisa menjaga anak - anaknya sekaligus menyelematkan- nya.
''Ne, (Name)- chan. Ayo pergi'' ajak Dazai- san menepuk pundakku. Aku menepis tangannya perlahan. Walau sudah kuanggap kakak sendiri, tetap saja, tak ada yang membuatku terguncang dari hati yang telah menjadi batu.
''(Name)'' panggil seseorang terdengat tegas berjalan ke arah kami berdua. Aku mengok sedikit dan melirik wajah pria berkacama tersebut. Sakaguchi Ango. Pria itu yang pernah menghianati pertemanan Ojiisan dan Dazai- san. Dia informan ganda.
''Sudah waktunya pergi. Ayo'' ucap Ango- san persuasif. Aku memicingkan mata tak suka, melihatnya saja aku muak.
''Jika kita tidak segera pergi, baik aku ataupun dirimu pasti teracam bahaya'' ujar Dazai- san. Aku menatap pria brunette tersebut dengan tatapan sinis.
''Tak ada hubungannya denganku yang sudah buta arah pada tujuan hidup'' ucapku dingin. Reaksi Dazai- san dan Ango seperti tersentak. Walau Dazai- san tersentak diam sementara Ango- san kaget bukan main.
''Omae... apa kau benar keponakannya?'' Kaget Ango- san. Aku beralih dari melirik ke menatap sinis sosoknya.
''Aku hanyalah keponakannya, bukan anaknya. Sifat kami tentu berbeda. Tak ada hubungannya jika aku sendiri dalam bahaya. Aku hanyalah pendosa. Aku sudah muak dengan hidup'' ucapku sembari mengepalkan tangan.
Plak!!
Aku di hadiahi tamparan oleh Dazai- san. Aku yang setelah di tampar hanya menatapnya datar.
''Kau di beri nyawa untuk berjuang hidup. Bukan untuk menyerah di tengah jalan. Setidaknya nyawa lebih penting daripada harga diri. Harga dirimu sebagai pendosa bisa kau bangun menjadi orang bertaubat dan menjadi lebih baik'' tukas Dazai- san.
''Ho... seorang maniak bunuh diri bisa berbicara tentang pentingnya kehidupan, ya. Kukira kau sudah tak sayang nyawa dengan melakukan eksperimen bunuh diri setiap hari'' sindirku lalu melangkah pergi.
''Memang hebat orang yang memiliki 9 nyawa. Aku sampai tak percaya seorang mantan penjahat bisa menghardikku begitu tajam'' ucapku lalu pergi mengambil tasku.
''Kau mau kemana?'' Tanya Ango- san. Aku berbalik dan berkata pada mereka. ''Mencari penebus dosa''.
Ango- san membenarkan kacamatanya yang berkilat. Dia menghampiriku dan memegang pundakku seraya berkata.
''Aku punya tempat dimana kau bisa belajar bertanggung jawab dosamu sendiri. Tapi aku tak yakin kau bisa melewati hal - hal setelah kau belajar'' sarannya. Aku menaikkan alis tertarik.
''Oshiete'' ucapku datar.
''Kau akan kumasukkan ke dalam pelatihan Badan Intelejen. Jika citramu baik disana, otomatis dosamu pasti terangkat'' ucapnya.
***
Aku hanya menuruti apa yang di sarankan Ango- san. Mengikuti pelatihan militer. Di antara kalangan calon militer, hanya aku yang paling muda di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Life With A Monster (BSD × READERS × HAIKYUU)
Hayran KurguHidup seperti kita menjelajahi sungai. Terkadang berlika - liku, pasang surut dan menemui monster di dalamnya agar dapat mencapai muara kesuksesan. (Name), gadis yang telah mengalami hal berat selama 7 tahun kini mencoba mencari kehidupan yang tena...