Marah

2K 268 28
                                    

Haechan menggeram kesal ketika melihat Renjun yang tengah berjalan ke arahnya sembari membawa satu mangkuk bubur dan satu gelas teh hangat.

"Ayo makan dulu" kata Renjun sembari meletakkan bubur dan teh hangat itu di atas nakas.

"Gue gak laper" kata Haechan ketus, tampaknya pemuda manis itu masih marah kepada Renjun perihal dirinya yang tak di bangunkan sahur.

Padahal niat Renjun itu baik, pemuda tampan itu tak mau membuat manisnya memaksakan diri berpuasa dengan keadaan tubuh yang belum pulih begitu. Bisa-bisa nanti sakitnya malah semakin parah maka dari itu Renjun sengaja tak membangunkan si manis saat sahur tadi pagi.

"Makan bubur nya sekarang, atau saya yang makan kamu" kata Renjun sembari menatap si manis dengan tajam.

"Haechan!" Renjun menggeram kesal ketika melihat si manis yang sama sekali tak bergerak dari tempatnya.

"Kamu pengen banget ya ngedesahin nama saya?" Haechan terlonjak kaget ketika tiba-tiba tubuh Renjun sudah berada di atasnya.

"L-lepas!" Renjun memilih abai, pemuda tampan itu malah dengan tak berdosa nya merobek baju Haechan dengan sekali tarik.

"Kamu yang milih loh sayang" Haechan berusaha mendorong tubuh Renjun dari atasnya, dirinya tak akan pernah terima jika Renjun menyentuhnya sekarang. Ini terlalu tiba-tiba setidaknya berikan dirinya kesempatan untuk persiapan terlebih dahulu.

"Ok!, ok gue mau makan" Renjun tersenyum puas ketika melihat wajah Haechan yang sudah sangat memerah.

"Anak pintar" puji Renjun sembari mengusap rambut si manis dengan penuh kasih sayang.

"Ular lu!" teriak Haechan kesal sembari mencubit perut Renjun dengan penuh kekesalan.

"Aduh! Sakit sayang" Renjun meringis pelan ketika merasakan cubitan si manis yang lumayan sakit.

"Rasain!, mati kek lu anjing!. Mati" dengan penuh kasih sayang Haechan mencubiti perut Renjun sampai-sampai membuat pemuda tampan itu mengerang kesakitan.

"Sayang udah" pinta Renjun memelas seraya menatap wajah manis itu dengan penuh permohonan.

"Ck, makanya jadi orang gak usah nyebelin" kata Haechan sebal sembari mendorong tubuh Renjun darinya atas tubuhnya.

"Galak banget sih" kata Renjun sembari menoel pipi bulat si manis dengan gemas.

"Bacot!" kata si manis kesal sembari mengambil mangkuk berisi bubur yang sudah dingin itu.

"Panasin lagi gih" Renjun hanya tersenyum manis ketika pemuda manis itu menyodorkan mangkuk putih berisi bubur buatan nya itu tepat di depan wajahnya.

"Tunggu sebentar" Haechan hanya mengangguk menanggapi ucapan Renjun.

Setelahnya pemuda tampan itu berlalu meninggalkan si manis yang tengah termenung dengan pikirannya.

"Kok dingin ya?" gumam si manis sembari memeluk tubuhnya sendiri.

"Eh baju gue mana?" kata Haechan panik sembari melirik kesana kemari.

"Renjun bangsat!" teriak Haechan kesal begitu melihat bajunya yang sudah robek.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Renjun hanya terkekeh pelan ketika melihat Haechan yang tengah menyantap semangkuk mie instan dengan lahap, sesekali pemuda manis itu akan melirik ke arahnya sembari memuji rasa mie instan itu dengan cara yang terlalu berlebihan.

Seperti sekarang ini, dengan wajah tak berdosa nya itu Haechan menggeser tubuhnya sampai menyentuh tubuh Renjun yang tengah duduk di tepi ranjang.

"Asli ini enak banget, benaran lu gak mau coba?. Nanti nyesel loh" kata Haechan sembari mendudukkan tubuh berisi nya di paha Renjun, pemuda tampan itu hanya tersenyum manis melihat tingkah laku Haechan yang terlihat sangat menggemaskan di matanya.

"Chan kamu benar-benar masih marah sama saya, Hmm?. Sampai - sampai kamu nyuruh saya buat liatin kamu makan kaya begini?" tanya Renjun sembari mencubit pipi bulat si manis dengan gemas.

"Ck, lu kok gak tergoda sama sekali sih?" tanya Haechan sebal sembari menaruh mangkuk berisi mie instan yang masih tersisa setengah itu ke atas nakas.

"Saya tak akan tergoda hanya dengan cara kamu yang pasaran itu, tapi mungkin dengan cara yang lain saya bisa tergoda" Jawab Renjun sembari mengedipkan matanya dengan genit ke arah si manis.

"Najis anying" Haechan membuat gestur seolah ingin muntah begitu melihat wajah Renjun yang tampak sangat menyebalkan di matanya.

"Itu kenyataannya sayang" kata Renjun sembari mencium pipi bulat si manis secara bergantian.

"Ck, mulut lu tuh bau jangan cium-cium gue" kata Haechan sinis sembari mendekatkan tubuhnya kepada Renjun, berbanding terbalik dengan ucapan nya memang.

"Gue ngantuk, gini dulu ya sampe gue tidur?" pinta si manis sembari me-nyamankan posisi tubuhnya di atas pangkuan ustadz gadungan nya itu.

"Tidur yang nyenyak, saya akan menjaga kamu saat kamu tertidur jadi kamu tak usah khawatir saya akan pergi" kata Renjun sembari mencium kening Haechan dengan penuh kasih sayang.

Renjun tersenyum ketika melihat si manis yang sudah mulai terlelap, pemuda tampan itu dengan penuh kasih sayang mengusap peluh yang mulai memenuhi wajah manis Haechan.

"Sepertinya saya sudah benar-benar jatuh kedalam pesona kamu" gumam Renjun seraya terkekeh pelan.

"Kamu berhasil membuat saya menyimpang hanya dengan wajah kamu yang terlihat polos ini" kata Renjun sembari mencium bibir Haechan sekilas.

"Setelah ini mari berjuang bersama, menghadapi semesta yang tak akan pernah mengulurkan tangan nya kepada kita. Saya berjanji akan selalu melindungi kamu apapun yang terjadi walaupun nantinya semesta tak mengijinkan kita tetap bersama tapi saya tetap akan berjuang dengan keras agar kamu tetap berada di sini, tetap di sisi saya sampai ajal menjemput nanti saya bahkan siap jika harus memaksa membuat takdir bersama kamu. Haechan mari kita membuat takdir sendiri tanpa harus memikirkan orang lain mari membuat dosa yang tengah kita jalani ini terasa sangat indah" entah kapan tepatnya pemuda yang selalu memikirkan agamanya sendari kecil itu tiba-tiba terjerumus kedalam dosa sebesar ini, rasa sukanya kepada seorang bocah sma mampu membuat nya sampai lupa daratan begini.

TBC

Sebenarnya kalian suka gak sih sama cerita Renhyuck genre islami gini?, atau kalian cuma terpaksa baca cerita kaya gini?.

Mungkin Karena ini Renhyuck makanya kalian baca walaupun genre nya gak suka, soalnya gue pengen bikin ceritanya islami kek gini lagi cuma takut pada bosen.

kakak ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang