Pulang

1.4K 225 8
                                    

Renjun berjalan menghampiri Haechan yang tengah menikmati semangkuk bakso, pemuda tampan itu terkekeh pelan ketika melihat raut wajah manisnya yang tampak tengah kepedasan.

"Nih minum" kata Renjun sembari meletakkan segelas es teh manis di hadapan Haechan.

"Makasih" kata Haechan singkat.

"Tak masalah sayang" kata Renjun sembari mengusap wajah si manis yang penuh dengan keringat menggunakan sapu tangannya.

"Habis istirahat kita lanjut jalan lagi kan?" tanya Haechan tanpa menoleh ke arah Renjun sama sekali.

"Hmm, setelah makan kita akan melaksanakan sholat dzuhur dulu di masjid sekitar sini. Baru setelahnya kita melanjutkan perjalanan lagi" kata Renjun sembari menoel-noel pipi bulat si manis dengan gemas.

"Kalau mampir ke minimarket dulu bisa?" tanya Haechan sembari menatap wajah tampan Renjun dengan penuh kekaguman.

"Tentu, jika kamu memang mau pergi kesana dulu dengan senang hati saya pasti akan mengantar kamu nanti" kata Renjun sembari tersenyum tampan.

"Gue mau beli cemilan yang banyak buat di nanti perjalanan, tapi situ yang bayar ya?. Soalnya gue lagi gak ada duit" kata Haechan sembari menatap Renjun dengan penuh permohonan, biarlah jika dirinya sekarang ini terlihat seperti anak kucing yang minta di kasihani. Asalkan dia bisa jajan sepuasnya itu bukan masalah jika dirinya harus merendah sedikit.

"As you wish, bear" pipi Haechan sukses memerah begitu mendengar ucapan Renjun, sepertinya pemuda tampan itu suka sekali melontarkan kata-kata alay seperti ini.

"Ma-makasih" kata Haechan sembari berusaha menetralkan degup jantungnya yang tengah menggila sekarang ini.

"Iya sayang" kata Renjun sembari mencium bibir si manis sekilas, mata bulat itu melotot lucu ketika untuk kedua kalinya Renjun mencium bibirnya tanpa permisi.

"Itu bibir minta banget gue timpug kayaknya" kata Haechan kesal sembari menatap Renjun dengan penuh permusuhan.

"Kalau di timpug nya sama bibir kamu, dengan senang hati pasti akan langsung saya terima tanpa penolakan terlebih dahulu" kata Renjun sembari mengedipkan matanya genit ke arah si manis, Haechan yang melihat itu hanya mampu menggeram kesal. Sungguh Renjun dan sikap menyebalkan nya itu mampu membuat amarah nya langsung memuncak.

"Gue mau ke toilet dulu, perut gue tiba-tiba aja mules gara-gara denger gombalan garing lu itu" kata Haechan sembari berlalu pergi, meninggalkan Renjun yang tengah terkekeh pelan melihat tingkah nya yang selalu terlihat mengemaskan di mata pemuda tampan itu.

"Dasar bayi" kata Renjun sembari menyeruput es teh manis milik Haechan yang masih tersisa setengah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Renjun melirik sekilas ke arah Haechan yang tampak tengah mengemil, banyak camilan yang berada di pangkuan pemuda manis itu. Renjun sendiri hanya terkekeh pelan melihat manisnya yang tengah lahap memakan camilan yang tadi mereka beli menggunakan uang nya.

Renjun sama sekali tak merasa rugi ketika pagi ini isi dompetnya benar-benar terkuras karena memenuhi keinginan si manis, menurutnya itu semua bisa di jadikan gambaran jikalau mereka berdua sudah menikah nantinya.

"Mau?" tanya Haechan sembari menyodorkan snack coklat berbentuk beruang ke arahnya.

"Boleh" kata Renjun sembari mengambil coklat itu dari tangan si manis.

"Lucu ya?, kaya kamu" Haechan mendelik sebal ketika mendengar ucapan Renjun, sungguh telinga si manis sudah benar-benar pengang karena mendengar gombalan Renjun yang sama sekali tak bermutu sendari tadi.

"Bacot!" kata Haechan sebal sembari kembali memfokuskan diri dengan snack miliknya yang masih tersisa cukup banyak.

"Hmm, rasanya juga manis kaya bibir kamu" detik itu juga mulut Renjun langsung Haechan tampar tanpa beban, membuat pemuda tampan itu meringis pelan merasakan tamparan si manis yang lumayan keras.

"Kak Jaemin aku mau duduk di depan!" Jaemin menoleh ke arah sang adik yang tampak hampir menangis, kemudian pemuda tampan itu melirik ke arah Renjun yang tengah tersenyum bodoh seolah tak merasa bersalah sama sekali.

"Ustadz apain adik saya?" tanya Jaemin sembari menatap ustadz muda itu dengan penuh selidik.

"Tak ada, sendari tadi saya hanya diam. Mungkin adik kamu melihat kecoa terbang makan nya dia minta pindah tempat duduk" Haechan mendelik kesal begitu mendengar ucapan Renjun, ingin rasanya pemuda manis itu menendang Renjun keluar dari mobil sekarang juga.

"Mobil gue bersih ya Renjun!, jadi gak mungkin ada kecoa terbang nya. Itu mulut kalau sekali lagi ngomong sembarangan gue turunin di tengah jalan nih" teriak Jeno kesal dari balik kemudi.

"Gak yakin saya, kamu aja jarang mandi. Masa mobilnya bersih sedangkan pemiliknya kucel abis" Jeno menggeram kesal ketika mendengar ucapan Renjun yang kelewat jujur itu, sungguh rasanya dia benar-benar malu ketika melihat Jaemin yang tengah tersenyum tampan ke arahnya.

"Renjun bangsat!" gumam Jeno kesal sembari melajukan mobilnya secepat kilat, berharap mereka akan sesegera mungkin sampai tujuan. Karena Jeno bersumpah demi apapun dirinya sekarang ini sudah sangat tak sanggup jika harus satu mobil bersama dengan Renjun.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Haechan berjalan menghampiri Renjun yang tengah duduk di tepi saung sembari menyeruput segelas kopi hitam.

"Situ kaya bapak-bapak aja suka minum kopi pait" kata Haechan sembari mendudukkan tubuh berisi nya di samping Renjun.

"Ini enak tau bear" kata Renjun tersenyum teramat manis, pemuda tampan itu sekarang ini bener-bener tengah merasa sangat bahagia karena sudah berhasil membawa manisnya kembali ke rumahnya lagi.

"Kamu jangan pergi lagi ya sayang, saya rasanya tak akan pernah sanggup jika harus hidup tanpa kamu" kata Renjun sembari membawa tubuh berisi itu ke dalam pelukan nya.

TBC

Bingung namatin nya gimana, ide gue lagi buntu banget ini.

kakak ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang