Duo Pak Susu

926 162 56
                                    

Renjun menatap sengit ke arah Jaemin yang sekarang ini tengah menggendong boneka kesayangan nya, moomin. Kudanil gembrot yang dulu di belikan oleh sang istri saat aniverserry mereka yang kedua tahun.

"Jaemin kembalikan itu punya saya!" teriak Renjun kesal sembari berusaha mengambil boneka berwarna putih itu dari tangan sang kakak ipar.

"Dih ustadz ngaku-ngaku, jelas-jelas ini punya saya" kata Jaemin sembari memeluk boneka berwarna putih itu semakin erat.

"Mbul!" dengan penuh kekesalan pemuda tampan itu berjalan menghampiri sang istri yang sekarang ini tengah menonton televisi bersama dengan Jeno.

"Kenapa mas?" tanya Haechan sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh tanda tanya.

"Mbul, bonekanya mas di ambil Jaemin" rengek Renjun sembari menatap wajah manis sang istri dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Biarin ajalah mas, mas juga kan punya banyak uang jadi tinggal beli aja yang baru" kata Haechan acuh seraya kembali menonton televisi yang tengah menayangkan kartun favoritnya itu.

"Huwaaa.. Kok kamu ngomongnya begitu sih mbul? Hiks.. Itu kan boneka pemberian kamu saat ulang tahun pernikahan kita yang kedua tahun, mas engga mungkin ngasih boneka itu ke sembarang orang walaupun itu keluarga kita sendiri" kata Renjun kesal sembari mendudukkan tubuhnya di samping si manis.

"Tolong bujuk Jaemin untuk mengembalikan boneka itu mbul hiks.. Mas mohon" Haechan hanya mampu menghela nafas pelan begitu menghadapi sikap sang suami yang tengah mengidam, padahal dirinya yang tengah hamil tapi kenapa suami tampan nya itu yang malah mengidam.

"Ya udah tunggu sebentar" kata Haechan sembari berdiri dari duduknya, kemudian pemuda manis itu berjalan ke arah sang kakak yang masih memeluk boneka milik sang suami.

"Kak Jaemin" Jaemin menatap sinis sang adik yang baru saja memanggil namanya itu.

"Kenapa?" tanya Jaemin ketus sembari menatap wajah si manis dengan penuh permusuhan.

"Kembali-in kak, kasian mas Renjun nangis gara-gara bonekanya kakak ambil" Jaemin menggeleng ribut begitu mendengar ucapan sang adik barusan.

"No!, ini punya kakak tau!" kata Jaemin sembari berdiri dari duduknya, kemudian pemuda tampan itu berlari ke arah sang istri yang sekarang ini tengah menenangkan Renjun.

"Dek" panggil Jaemin seraya menatap wajah manis sang istri dengan tatapan sedihnya.

"Hmm, kenapa?" tanya Jeno sembari menatap wajah tampan sang suami dengan bingung.

"Boneka mas mau di ambil sama Echan" adu Jaemin sembari mendudukkan tubuhnya di samping sang istri.

"Itu kan punyanya pak ustadz, kembali-in aja mas" Jaemin merengut tak suka begitu mendengar ucapan sang istri barusan.

"Ini punya mas tau dek!, kok kamu malah belain mereka sih daripada suami kamu sendiri" kata Jaemin sembari menatap wajah manis sang istri dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Huwaaa.. Mbul!"

"Hiks.. Adek jahat!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dokter muda itu hanya mampu menghela nafas kasar ketika kini ruangannya sudah diisi oleh tangisan empat orang sekaligus.

"Haduh, saya ini dokter loh bukan tempat penitipan anak" kata dokter muda itu kesal seraya memijit-mijit pangkal hidungnya, pening sudah kepalanya sekarang ini.

"Hiks.. Pak dokter suaminya nono berdarah" kata Jeno sembari menunjuk ke arah Jaemin yang sekarang ini tengah menangis dengan keras, seraya memegangi tangannya yang berdarah karena di gigit kucing milik Chenle.

Sebenarnya darahnya tak begitu banyak hanya luka gigitan biasa yang dihiasi setitik darah, namun keempat orang itu terlalu panik ketika melihat luka Jaemin padahal jika di obati di rumah pun pasti akan langsung sembuh.

Mungkin jika situasinya tengah normal keempat orang itu tak akan mungkin bersikap berlebih seperti ini, sekarang tak ada yang berperilaku normal seperti biasanya mungkin hanya Chenle dan Jisung yang biasa saja.

"Yayah lebay sekali" komentar Jisung seraya menatap jijik sang ayah yang sekarang ini tengah menangis tersedu-sedu.

"Hiks.. Ini sakit tau" kata Jaemin sembari mencebikkan bibirnya dengan kesal.

"Hiks.. Mas Renjun juga berdarah" kata Haechan sembari menunjuk ke arah tangan sang suami.

Padahal sudah berapa kali dokter muda itu mengatakan jikalau itu bukanlah darah tapi saus tomat, tapi sepasang suami itu malah tak percaya dan mengatakan jikalau dirinya telah berbohong.

"Terserah kalian ajalah, lama-lama saya bisa pensiun juga kalau punya pasien modelan begini semua" kata dokter muda itu kesal sembari menggebrak meja, membuat tangisan keempat orang itu semakin keras karenanya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Chenle hanya mampu menghela nafas kasar sembari menatap sang ayah dengan penuh permusuhan.

"Ayo Le baba ikut mau juga" kata Renjun sembari tersenyum senang.

"Baba itu sudah tua, jangan bersikap seperti anak kecil begini. Imut engga mirip bayi bagong yang ada" kata Chenle ketus, membuat mata sang ayah berkaca-kaca karenanya.

"Hiks.. Kamu jahat banget Le sama ayah sendiri" kata Renjun sembari menangis tersedu-sedu, membuat anak-anak kecil yang berada di sana hanya mampu menghela nafas kasar.

"Le cukup aja mama kamu yang ngidam, baba mu jangan ikutan juga dong" kata Ayu, teman Chenle sembari menatap Renjun dengan kesal kacau sudah acara ingin bermain mereka jika sudah begini.

"Hiks.. Baba kan mau ikut main juga Le emang salah ya?" kata Renjun sembari menatap sang anak dengan tatapan sedihnya.

"Om Ren kata tante Echan cepet pulang, tante Echan udah nunggu om Ren sama nenen nya di rumah" teriak Jisung yang mampu membuat tangisan Renjun berhenti seketika.

"Yeay nenen"

TBC

Mau sampe berapa chap sih ini?

kakak ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang