Renjun menjilat bibirnya sendiri ketika melihat mangga muda yang masih tergelantung di atas pohon, ingin sekali rasanya pemuda tampan itu memakan mangga muda yang sekarang ini tampak sangat menggoda di matanya.
"Min itu pohon mangga punya siapa?" tanya Renjun sembari menunjuk ke arah pohon mangga yang terletak tak jauh dari rumah bercat putih, hanya saja terhalangi oleh pagar Renjun tak yakin dapat mengambilnya dengan mudah.
"Itu Punya nya pak lurah tad" jawab Jaemin sembari merebut es krim yang tengah di makan oleh Jisung, membuat sang anak menangis dengan histeris karenanya.
"Huwaaa.. Yayah itu punya Icung" teriak Jisung kesal seraya melompat-lompat, berusaha mengambil es krim miliknya yang sekarang ini tengah di makan oleh sang ayah.
"Yayah minta dikit Cung" kata Jaemin santai seraya melahap es krim milik Jisung sampai tak tersisa, membuat tangisan Jisung semakin keras terdengar karenanya.
"Hiks.. Yayah jahat!" kata Jisung sembari menggigit betis sang ayah dengan penuh kekesalan, membuat sang ayah malah ikut menangis karenanya.
"Huwaaa.. Sakit Cung" kata Jaemin sembari mendudukkan tubuhnya di atas tanah, kemudian tangisan pemuda tampan itu terdengar semakin keras setelahnya. Di temani oleh Jisung yang masih menangis di sampingnya.
"Cup.. Cup.. Cup... Jangan nangis Cung nih makan punya aa' aja" kata Chenle sembari berjongkok di hadapan Jisung, kemudian bocah berumur empat tahun itu menyodorkan es krim miliknya yang masih tersisa setengah ke arah Jisung.
"Hiks.. Tapi itu kan punya Lele" kata Jisung sembari menggeleng pelan.
"Tak apa, untuk adek aa' siap buat berkorban" kata Chenle sembari menepuk dada nya sendiri dengan bangga.
"Hiks.. Lele gak mau emangnya?" Chenle menggeleng pelan sembari mengusap pipi Jisung dengan sebelah tangannya, kemudian menyodorkan es krim rasa coklat itu ke arah mulut Jisung.
"Anggap saja ini sebagai latihan sebelum kita berdua menikah nantinya" kata Chenle sembari tersenyum tampan, membuat Renjun yang melihat itu hampir muntah karenanya.
"Le coba kamu naik ke sana bisa engga?" kata Renjun sembari menunjuk ke arah pagar rumah pak lurah.
"Tinggi begitu ba, Lele mana bisa lah" kata Chenle ketus sembari membawa tubuh Jisung kedalam pelukannya.
"Kalau kamu bisa nanti kamu baba kasih uang untuk mahar nya Jisung" mata Chenle langsung berbinar seketika begitu mendengar ucapan sang ayah barusan.
"Meluncur" kata Chenle semangat sembari berlari ke arah pohon mangga yang terletak di halaman rumah pak lurah.
"Mahar untuk Jisung, mahar untuk Jisung" kata Chenle senang sembari berusaha memanjat pagar rumah pak lurah yang lumayan tinggi itu.
"Semangat Le!" teriak Renjun seraya mengepalkan tangannya ke arah sang anak.
"Pak ustadz kan punya banyak uang, kenapa harus maling? Kenapa gak beli di pasar aja" kata Jisung sembari berdiri dari acara duduknya di atas tanah.
"Males ah Cung, pasar jauh dari sini mending langsung ngambil yang udah ada di depan mata aja" kata Renjun santai seraya masih menyemangati sang anak, ustadz yang satu ini sepertinya memang benar-benar sudah tak memiliki akhlak lagi.
"Ambil dua ya Le, paman juga mau" teriak Jaemin sembari mengelap ingus yang keluar dari hidungnya menggunakan baju Renjun, membuat kepalanya langsung mendapat pukulan telak setelahnya.
"Yang bisa mengelap ingus menggunakan baju saya hanya istri saya tak ada yang lain" kata Renjun sembari menatap sang kakak ipar dengan penuh permusuhan.
"Baba turun!" teriak Chenle sembari membawa dua mangga muda dalam pelukannya.
Tanpa di minta dua kali Renjun langsung berlari ke arah sang anak, langsung membawa tubuh mungil itu dalam gendongan nya begitu sampai.
"Siapa disana?!" badan keduanya langsung menegang begitu mendengar suara teriakan pak lurah barusan.
"Kabur Le kabur!" teriak Renjun panik sembari berlari meninggalkan sang anak yang sekarang ini sudah menangis dengan histeris.
"Baba tunggu!!" teriak Chenle sembari berlari sekuat tenaga menggunakan kaki mungilnya.
"Guk! Guk!" Suara anjing galak milik pak lurah membuat keempat nya semakin panik, berlari tak tentu arah sembari sesekali menengok ke arah belakang.
"Baba bangsat!!" kata Chenle kesal sembari berjalan ke arah rumah sang bibi yang lumayan dekat dari tempatnya berdiri sekarang ini.
"Ai Alisha!" teriak Chenle sembari berlari menghampiri Alisha yang sekarang ini tengah melayani pembeli.
"Loh Chenle?, tumben kesini?" tanya Alisha sembari menatap bingung bocah mungil yang tengah berjalan ke arahnya itu.
"Chenle habis maling mangga, ai" jawab Chenle santai sembari mendudukkan tubuhnya di atas lantai rumah Alisha.
"Baba mu itu jatuh miskin atau bagaimana Le?, kok mau mangga aja harus maling segala" Chenle menggeleng sembari menaruh mangga muda itu ke atas lantai.
"Tadi baba ngidam katanya mau mangga punya nya pak lurah" kini baju mahal milik Chenle sudah di penuhi oleh getah mangga muda itu, bisa di pastikan jikalau setelahnya baju mahal itu tak cocok untuk di pakai kembali.
"Loh baba mu hamil sama siapa Le?, apa jangan-jangan baba sama mama kamu benar-benar ganti posisi?" tanya Alisha sembari menyodorkan semangkuk bubur ayam ke arah Chenle.
"Makasih ai, bukan baba yang hamil tapi mama. Lele juga bingung kenapa baba yang ngidam nya" kata Chenle sembari menyuap-kan satu sendok bubur ke dalam mulutnya.
"Bukan cuman baba tapi paman Juga ikut-ikutan" Alisha meringis pelan begitu mendengar ucapan Chenle barusan.
"Pantesan, ternyata lagi pada goblok semua ya"
TBC
Gak tau mau nulis apa lagi ide ku udah mentok banget.