Haechan hanya mampu menghela nafas pelan ketika melihat sang suami yang sekarang ini tengah berusaha untuk menenangkan anak mereka yang tengah menangis dengan keras, sungguh ingin sekali rasanya pemuda manis itu menendang milik sang suami sekarang juga.
Pemuda manis itu benar-benar di buat kesal oleh sang suami yang malah menggigit pipi anak mereka yang tengah tertidur itu, alhasil bayi mungil itu menangis dengan keras begitu merasakan pipinya yang di gigit oleh sang ayah.
"Lagian kamu ngapain pake acara gigit pipi Chenle segala sih mas?, nangis kan anaknya" kata si manis kesal sembari mengambil alih Chenle dari gendongan suami tampan nya itu.
"Habis nya pipi dia lucu banget, kaya moci yang mas makan waktu masih sd dulu. Jadinya mas engga tahan kalau engga gigit pipi dia" jawab Renjun sembari tersenyum tanpa dosa.
"Pipi anak kita bukan moci mas, jadi jangan di gigit kaya begitu lagi. Liat nih pipi anak kita jadi merah" kata si manis sembari mengusap pipi putih Chenle yang sudah memerah itu dengan penuh kasih sayang.
"Maafin mas sayang, mas janji deh nanti engga begitu lagi" kata Renjun sembari berjalan menghampiri si manis yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam.
"Terserah!, aku udah sebel banget sama kamu mas" kata si manis sembari berusaha menenangkan sang anak yang masih menangis itu.
"Oeeee.. Oeeee...." tangisan bayi mungil itu memenuhi seisi penjuru kamar milik kedua orang tuanya.
"Cup.. Cup.. Cup... Anak mama jangan nangis dong sayang, nanti ganteng nya ilang loh. Yuk mending nenen aja sama mama" kata si manis sembari menyingkap kaus hitam yang tengah di pakai nya itu sampai sebatas dada, kemudian pemuda manis itu mengarahkan kepala sang anak untuk segera menghisap puting pink nya itu.
"Mbul" si manis melirik sinis ke arah sang suami yang sekarang ini tengah menatapnya dengan begitu polos.
"Apa?!" tanya si manis ketus sembari menatap wajah tampan suaminya itu dengan penuh permusuhan.
"Mas boleh ikut nenen juga?" kata Renjun sembari menatap wajah sang istri dengan penuh permohonan.
"Keluar gih, mas ganggu aja tau gak?" Renjun hanya mampu mencebikkan bibirnya dengan sedih begitu mendengar ucapan sang istri barusan.
"Mbul ayolah, mas haus juga tau" kata Renjun sembari mendudukkan tubuhnya di samping tubuh berisi si manis.
"Mbul, ya. Ya" si manis hanya mampu menghela nafas lelah begitu mendengar rengekan suami tampan nya itu.
"Ck, ok. Tapi mas harus beliin aku motor keluaran terbaru mungkin nanti permintaan mas itu bisa aku pertimbangin" kata si manis main-main, mungkin untuk sekarang ini dirinya sudah tak memerlukan hal seperti itu lagi. Hanya saja di manis ingin melihat apa suami tampan nya itu bisa memenuhi permintaan nya hanya untuk bisa menyesap puting pink nya itu.
"Ok laksanakan sayang" kata Renjun sembari mencium pipi bulat si manis sekilas, kemudian pemuda tampan itu berlalu keluar dari kamar mereka meninggalkan si manis yang sekarang ini tengah menatap punggung tegap nya dengan tatapan tak percaya.
"Gue yakin habis ini puting pasti lecet" kata si manis sembari menangis meratapi nasibnya itu yang sebentar lagi akan sangat mengenaskan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan menatap Jeno dengan sangat tajam begitu melihat pemuda sipit itu tertawa dengan keras sembari mengenjek nya habis-habisan.
"Hahahah.. Chan, udah tau suami lu itu tajir melintir masih aja lu tantangin kaya begitu" kata Jeno sembari tersenyum mengejek ke arah si manis yang sekarang ini tengah menatapnya dengan kesal.
"Bacot setan!" kata si manis kesal sembari melempar sandal seharga tiga juta yang di belikan oleh suami tampan nya itu ke arah Jeno.
"Weh santai bro" kata Jeno sembari menghindari lemparan maut dari si manis.
"Lu mau selamet kan?" tanya Jeno sembari menatap wajah si manis dengan serius.
"Mau lah!!, gila aja kalau gue gak mau selamet dari hormon berjalan kaya dia" kata si manis sembari membayangkan akan seberapa ganas suami tampan nya itu ketika menyesap puting nya nanti.
"Lu mending pulang ke rumah ibu aja, terus lu bilang kalau Renjun selingkuh gue yakin ibu pasti gak bakal ngizinin Renjun buat ketemu sama lu" kata Jeno santai sembari tersenyum dengan begitu lebar, pemuda sipit itu merasa jikalau dirinya sudah memberikan saran yang begitu luar biasa.
"Lain kali jangan lahir, hidup lu cuman nyusahin orang" kata si manis kesal sembari menatap wajah pemuda sipit itu dengan penuh permusuhan.
"Lah gu--"
Tin tin tin
Si manis menengguk ludahnya dengan kasar ketika melihat dua truk sekaligus yang sekarang ini sudah terparkir di depan rumah sang suami.
"Assalamualaikum sayang mas pulang!!" baik Haechan maupun Jeno kedua pemuda manis itu hanya mampu meringis pelan begitu melihat senyuman Renjun yang terkesan sangat menakutkan di mata mereka berdua.
"Waalaikumsalam mas" balas si manis sembari tersenyum kikuk.
"Lu beli dua sekaligus Jun?" tanya Jeno tak percaya sembari berdiri dari duduknya.
"Jika membahagiakan istri itu tak boleh setengah-setengah" kata Renjun sembari mencium kening si manis dengan penuh kasih sayang.
"Ayo masuk ke kamar sayang" kata Renjun sembari menarik tangan si manis tak sabaran.
"Jen bantuin" kata si manis sembari menatap wajah pemuda sipit itu dengan penuh permohonan.
"Gue cuman bisa bantuin do'a kalau udah begini Chan"
"Bangsat!"
TBC
Makin aneh kan ceritanya?.
Soalnya gue udah gak punya ide lagi jadi ya gini.