Apa kalian semua masih ingat dengan wanita ular yang dulu pernah menggoda Renjun saat tengah menjemput Chenle di sekolah?, setelah pertemuan singkat itu Renjun kira tak akan pernah bertemu lagi dengannya.
Namun siapa sangka wanita ular itu malah datang ke rumahnya pagi ini, entah mendapatkan alamat rumahnya dari mana wanita itu datang dan mengaku tengah mengandung anaknya.
"Hiks.. Aku mau minta pertanggung jawaban kamu mas aku mohon tolong nikahin aku, aku gak mau kalau anak kita lahir tanpa ada sosok ayah di sampingnya" wanita ular itu menangis tersedu-sedu sembari mengusap perutnya yang buncit.
"Sayang mas mohon percaya sama mas ya sayang, mas bersumpah tak memiliki hubungan dengan dia" kata Renjun sembari berjongkok di kaki sang istri, bahkan pemuda tampan itu sudah menangis takut jika manisnya itu lebih percaya dengan omongan wanita gila itu.
"Hiks.. Sayang mas bersumpah tak pernah berselingkuh bahkan pemikiran seperti itu tak pernah terbesit di otak mas sayang" Haechan hanya diam, pemuda manis itu sepertinya tak berniat menanggapi ucapan sang suami sama sekali.
"Dasar tukang selingkuh!! Bisa-bisanya baba menyelingkuhi mama" dari ambang pintu rumah terlihat Chenle yang tengah menatap Renjun dengan penuh amarah.
"Pergi dari mama!! Baba jangan sentuh-sentuh mama Lele lagi" teriak Chenle sembari mendorong tubuh sang ayah untuk menjauh dari sang ibu.
"Le, baba tak selingkuh! Bahkan kamu tua sendiri kan waktu itu baba bahkan tak menanggapi wanita gila itu dengan baik" Chenle langsung terdiam begitu mendengar ucapan sang ayah barusan, ada benar nya juga apa yang ayahnya itu katakan.
"Lalu apa yang baba tunggu? Kenapa baba tak langsung mengusir wanita itu pergi dari rumah kita?" tanya Chenle sembari menunjuk-nunjuk wanita ular itu.
"Le kamu keluar dulu ya sayang" Chenle menggeleng ribut begitu mendengar ucapan sang ibu barusan.
"Gak mau! Lele mau sama mama aja" kata Chenle sembari memeluk tubuh sang ibu dengan erat.
"Ini uang untuk belanja keperluan pesta ulang tahun Lele, Lele minta paman Jaemin dan ai Jeno untuk menemani Lele ya. Sekalian Lele ajak Jisung juga" kata Haechan sembari menyodorkan black card ke arah sang anak.
"Mama tak apa memang nya?" tanya Chenle sembari menatap sang mama dengan khawatir.
"Mama tak apa sayang" dengan terpaksa bocah yang akan menginjak umur lima tahun itu pergi dari rumahnya, meninggalkan kedua orang tuanya yang tengah bersitegang.
"Sayang" Renjun hendak memeluk tubuh sang istri namun segera di tepis oleh pemuda manis itu.
"Nama lu?" tanya si manis sembari menatap wajah sok cantik wanita ular itu dengan tajam.
"Dia istri kamu sayang? Istri kamu kok laki-laki sih? Kamu di guna-guna sama dia atau gimana?" Renjun menggeram kesal begitu mendengar ucapan wanita ular itu barusan.
"Jawab gue bangsat!!" wanita itu melirik sinis ke arah si manis yang tengah menatapnya dengan penuh permusuhan.
"Kenapa lu pengen banget tau nama gue sih? Apa jangan-jangan lu udah siap nambahin nama gue di kartu kk?" kata wanita ular itu sembari tersenyum mengejek ke arah si manis.
"Mas" Renjun buru-buru menoleh ke arah sang istri yang baru saja memanggil namanya.
"Mas suka sama dia?" Renjun menggeleng ribut sembari membawa tubuh berisi sang istri ke atas pangkuannya.
"Engga sayang, mas cuman sayang sama kamu Mbul engga ada yang lain mas bersumpah" wanita ular itu menggeram kesal ketika melihat Renjun yang lebih peduli dengan laki-laki menjijikkan itu, daripada dirinya yang jelas-jelas tengah mengandung anaknya.
"Mas kenapa sih lebih peduli sama dia? Daripada aku yang jelas-jelas lagi ngandung anak kamu" kata wanita ular itu kesal sembari berdiri dari duduknya, kemudian wanita gila itu berjalan ke arah Renjun dan juga Haechan.
"Dasar jalang!" desis wanita ular itu kesal sembari berniat menampar pipi si manis, beruntung saja Renjun dengan sigap menahan tangan kotor wanita itu sebelum menyentuh kulit manisnya.
"Sekali lagi kamu bersikap urang ajar seperti ini akan saya pasti hidup kamu tak akan pernah damai" kata Renjun sembari memelintir lengan wanita itu sehingga wanita gila itu menjerit kesakitan karenanya.
Cklek
"Oh ini dia pelakor yang di bilang Chenle?!" mereka bertiga kompak menoleh ke arah ibu Renjun yang tengah berjalan beriringan dengan ibu Haechan dan Jaemin.
"Ibu!!" dengan penuh antusias pemuda manis itu berlari kecil ke arah sang ibu dan juga ibu mertuanya.
"Apa kabar menantu kesayangan ibu" kata ibu Renjun sembari memeluk tubuh si manis dengan penuh kasih sayang.
"Harusnya sih baik bu, tapi karena kedatangan hama entah dari mana keadaan ku jadi memburuk kayak begini" kata Haechan sembari mencebikkan bibirnya dengan kesal.
"Jun kamu ajak Haechan keluar gih, biar ibu yang ngurus itu ulet keked" kata sang ibu mertua sembari menepuk pundaknya dengan pelan.
"Makasih bu"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun hanya mampu menghela nafas ketika sang istri tak menanggapi ucapannya sama sekali, sepertinya istri manisnya itu masih merajuk padanya.
"Sayang" panggil Renjun sembari menoel-noel pipi bulat sang istri dengan gemas.
"Kamu masih marah sama mas hmm?" Haechan hanya melirik sekilas ke arah sang suami sebelum kembali sibuk dengan kegiatannya sendiri.
"Ganti sofa yang tadi ulet keked itu pake duduk, aku gak mau make sofa yang udah penuh kuman kayak begitu"
"Siap sayang ku apa yang engga sih buat gembul nya mas ini"
TBC
Makin ngelantur kan ceritanya?.
Kalau udah 50 chap aku end-in ya ceritanya soalnya aku juga udah bingung banget mau bahas apalagi, ide ku juga udah bener-bener mentok.