Renjun ingat betul saat dirinya pertama kali melihat Haechan, wajah tan si manis yang basah kala itu begitu terlihat sangat menggoda di matanya. Apalagi saat mata bulat si manis yang menatapnya tanpa berkedip mampu membuat perasaan aneh menghantarkan dadanya seketika.
Lucu memang dirinya yang seorang ustadz ini malah tergoda oleh bocah berusia sembilan-belas tahun, seharusnya dia memiliki iman yang kuat kala itu namun ketika dirinya melihat wajah si manis dari dekat malah semakin membuat Renjun tak ingin melepaskan pemuda manis itu.
Banyak rintangan yang harus dirinya lalui demi bisa bersama dengan Haechan yang sekarang ini sudah menjadi istri sah nya, momen yang paling sulit bagi dirinya adalah ketika meminta restu kepada orang tuanya dan juga ibu si manis. Bahkan ayah dan ibu tirinya pun harus Renjun mintai restu dan itu adalah hal paling sulit untuknya. Karena mendapatkan hati ayah Haechan sangatlah sulit bahkan Renjun sampai di buat trauma karenanya.
Namun untung saja pria paruh baya itu pada akhirnya mau merestui walaupun tak rela anak bungsunya di buat menyimpang seperti ini, dan yang paling tak habis pikir adalah anak pertamanya malah ikut-ikutan.
Dan kedua adalah saat membuat pemuda manis itu kembali ingat dengannya, memang tak mudah tapi Renjun juga pantang menyerah dirinya harus menerima makian, Tamparan dan juga pukulan saat berniat memeluk ataupun mencium pemuda manis itu.
Mari kita flashback sebentar ke hari dimana si manis masih kehilangan ingatannya.
"Mau pulang!! Bawa gue pulang dasar ustadz gadungan!!" teriak Haechan kesal sembari menatap wajah ustadz muda itu dengan penuh permusuhan.
"Tak bisa Chan, kamu tak boleh pergi kemanapun lagi" kata Renjun sembari berjalan menghampiri si manis.
"Ustadz asu!!" sungguh ingin sekali rasanya pemuda manis itu menendang wajah sok tampan Renjun sekarang juga.
"Saya tak mau kehilangan kamu lagi" kata Renjun sembari berniat memeluk tubuh berisi si manis, namun niatnya itu harus tak terlaksana karena sebelum dirinya benar-benar menyentuh tubuh Haechan pipinya terlebih dahulu yang di tampar oleh pemuda manis itu.
"Dasar ustadz cabul!!" teriak Haechan sembari berlari ke arah kamarnya, meninggalkan Renjun yang tengah meringis kesakitan.
"Hah.. Dia bahkan lebih galak dari sebelumnya" kata Renjun sembari mendudukkan tubuhnya di atas sofa.
"Haechan kamu benar-benar membuat saya gila!" kata Renjun sembari mengusak rambutnya dengan kasar.
"Saya harus melakukan apalagi agar kamu ingat sepenuhnya dengan saya" Renjun benar-benar frustasi sekarang ini, sikap si manis yang semakin tak mau di sentuh olehnya benar-benar membuat Renjun tersiksa bukan main.
Brak
Renjun menoleh ke arah si manis yang baru saja membuka pintu kamarnya dengan kasar, mata Renjun melotot ketika melihat si manis yang tengah menentang sebuah tas besar.
Tanpa babibu pemuda tampan itu langsung saja berdiri dari duduknya kemudian dengan tergesa berjalan menghampiri si manis.
"Haechan kamu mau kemana?" Haechan tak menjawab, pemuda manis itu malah menatap Renjun dengan penuh permusuhan.
"Bear!" Renjun menatap sedih si manis yang sama sekali tak melirik ke arahnya, bahkan tanpa permisi pemuda manis itu langsung saja berjalan ke arah pintu rumah Renjun.
Renjun sendiri tak berniat menghentikan, pemuda tampan itu malah menatap punggung si manis dengan tatapan yang terluka tanpa berniat mengucap sepatah kata pun.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun menatap tanpa minat seorang gadis manis yang orang tuanya perkenalkan pagi ini, mungkin dulu Renjun akan langsung mematuhi permintaan kedua orang tuanya untuk menikah gadis itu. Namun untuk sekarang ini Renjun jelas menolak dengan keras.
"Bagaimana kalau kalian menikah bulan depan saja?" Renjun hanya mampu menghela nafas pelan begitu mendengar ucapan sang ibu barusan.
"Maaf tapi untuk sekarang ini saya ingin sendiri dulu" kata Renjun sembari berlalu pergi dari ruang tamu meninggalkan sang ibu dan juga sang ayah yang sekarang ini tengah meneriaki namanya untuk kembali.
"Udah nyerah?" Renjun menoleh ke arah Jeno yang baru saja bertanya.
"Saya tak tahu" kata Renjun sembari berjalan ke arah motor kesayangannya.
"Baru tau gue kalau lu bisa nyerah juga" Renjun memilih tak ambil pusing dengan ucapan Jeno barusan.
"Gue bakal jadi tim yang mampusin lu kalau nanti Haechan di gaet sama orang lain"
"Jeno!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan meremat pakaiannya sendiri
Ketika mengingat jikalau sikapnya tempo hari kepada Renjun itu terlalu kasar, pemuda manis itu takut jikalau Renjun akan membencinya setelah ini.Cklek
Haechan menoleh ke sang kakak yang baru saja membuka pintu kamarnya, sembari membawa nampan pemuda tampan itu berjalan ke arah sang adik yang tengah duduk di pinggir ranjang.
"Makan dulu" kata Jaemin sembari meletakkan nampan itu di atas ranjang.
"Aku gak laper" kata Haechan sembari menggeleng pelan.
"Bohong banget" kata Jaemin sembari menyentil dahi sang adik dengan pelan.
"Ish sakit tau kak!" kata Haechan kesal sembari menatap sang kakak dengan penuh permusuhan.
"Ustadz Renjun ada di luar" tubuh si manis tiba-tiba menegang begitu mendengar ucapan sang kakak barusan.
"Suruh dia pulang!! Aku gak mau ketemu sama dia!" Jaemin hanya menggeleng sembari mengusap rambut sang adik dengan penuh kasih sayang.
"Temui dia Chan, jangan terus menghindar seperti ini kalian harus menyelesaikan masalah kalian dengan cara baik-baik" Haechan menatap sang kakak yang sekarang ini tengah tersenyum manis ke arahnya.
Sekarang ini si manis sudah berdiri si hadapan Renjun yang sama sekali tak melirik ke arahnya, pemuda tampan itu malah sibuk memainkan tasbih yang di bawa olehnya.
"Ada apa?" Renjun hanya diam, seolah tak berniat menanggapi ucapannya sama sekali.
"Mari menikah" mata bulat si manis sukses melotot begitu mendengar ucapan Renjun barusan.
"Situ gila?!!"
"Ayo menikah, setelah itu mari kita membuat anak sebanyak mungkin kalau bisa seratus pun saya pasti akan sanggup"
"Mati kek lu anying!, mati. Dasar ustadz gadungan!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Mas Renjun bangsat!!" Haechan tak habis pikir bisa-bisanya suami tampan nya itu malah mengungkit cerita masa lalu mereka seperti ini,
Haechan tak masalah kalau dalam situasi yang berbeda, namun dalam situasi yang seperti ini Haechan mana mungkin mendengarkan dengan baik.
"Shh.. Mas kan hanya mengingatkan seberapa galak nya kamu dulu" kata Renjun sembari terkekeh pelan.
"Mas Renjun bangsat!!"
TBC
Maaf kalau ceritanya agak aneh soalnya ide aku bener-bener udah mentok banget ini.
Aku mau ngucapin terimakasih sebanyak-banyaknya buat yang udah mau mampir dan ngedukung aku selama ini, aku ❤️❤️❤️❤️❤️ banget deh sama kalian.
Tapi mohon maaf buat yang gak mau book ini tamat, soalnya aku udah gak sanggup ngelanjutin lagi ide ku juga udah gak ada buat book ini kalau di lanjut palingan bakal makin aneh ceritanya.
Tapi aku ada niatan buat bikin book ke dua, di book itu kita bakal bahas kisah nya Chenle sama Jisung mungkin Renhyuck sama Jaemjen juga bakal ada momen.
Tapi aku masih bingung antara bikin atau enggak.