Renjun berjalan keluar dari kantor polisi seraya menggeram marah, pemuda tampan itu benar-benar merasa kesal dengan cara kinerja para polisi yang sangat lamban menurutnya.
Bagaimana tidak, ini sudah bulan ke enam sejak menghilang nya si manis dan selama itu pula tak ada satupun kabar baik yang para polisi itu berikan padanya. Renjun menjadi geram sendiri pada akhirnya.
"Sialan!, mereka benar-benar tak dapat di andalkan" gumam Renjun kesal seraya berjalan ke arah mobil hitam miliknya yang dirinya beli dua bulan yang lalu.
"A!." Renjun menoleh ke arah 'mantan' calon istrinya yang tengah berlari kecil kearahnya.
"Kenapa?" tanya Renjun seraya menatap wajah cantik mantan calon istrinya itu dengan datar.
"Aa' Haechan sudah ketemu, a'." Jawab Alisha seraya melompat-lompat kecil, menandakan betapa bahagianya wanita itu karena berhasil membawa kabar yang baik untuk sang ustadz muda.
"Serius kamu?" tanya Renjun seraya
menatap wajah cantik Alisha dengan tatapan tak percaya nya."Serius a', Jeno barusan kasih tau Alisha lewat telpon. Si sipit bilang kalau aa' Haechan ada di desa pelosok yang lumayan agak jauh dari sini, perkiraan sih kalau kita pakai mobil kesana mungkin waktu perjalanan sekitar satu hari" air mata Renjun keluar tanpa permisi begitu mendengar kabar bahagia yang sudah dirinya tunggu-tunggu sejak enam bulan terakhir, akhirnya setelah sekian lama dirinya bisa melihat lagi manisnya yang benar-benar sudah sangat dirinya rindukan.
Setelah mendengar kabar bahagia yang Alisha bawa Renjun langsung saja meluncur menuju alamat yang Jeno berikan kepada Alisha tadi lewat telpon, dengan di temani Alisha beserta suami wanita cantik itu Renjun langsung menjalankan mobil hitamnya secepat kilat menuju desa yang si manis tinggali selama enam bulan terakhir ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haikal menatap jalanan yang agaknya tampak lumayan ramai pagi ini, entah ada orang penting atau bagaimana yang pasti dapat dirinya hitung ada sekitar dua puluh iring-iringan mobil yang melaju menuju desanya.
"Haikal!" si manis sedikit terlonjak kala tiba-tiba saja suara teriakan sang kakak terdengar, dengan kesal pemuda manis itu menoleh ke arah sang kakak yang tengah berjalan dengan santai ke arahnya.
"Apa?" tanya Haikal seraya menatap wajah menyebalkan sang kakak dengan tatapan jengkel nya.
"Ibu nyuruh kamu pulang, katanya ada tamu penting buat kamu" si manis memiringkan kepalanya dengan bingung ketika mendengar ucapan Jaemin.
"Tamu penting?, buat gue?" tanya Haikal seraya menunjuk dirinya sendiri dengan tak yakin.
"Iya bawel, mending kamu cepetan pulang deh daripada nanti di pukul bapak lagi" mendengar nama bapak di sebut mendadak tubuhnya menegang seketika.
"Gak mau!, yang kemarin saja masih sakit" kata Haikal seraya menggeleng ribut.
"Ya maka dari itu, ayo cepetan pulang daripada nanti bapak marah-marah lagi" detik itu juga Haikal langsung berlari secepat kilat menuju rumahnya yang lumayan jauh dari ladang, meninggalkan Jaemin yang hanya terkekeh melihat tingkah nya itu.
Sekitar dua puluh menit pemuda manis itu baru sampai di rumah nya, Haikal buru-buru masuk ke dalam rumah mengabaikan tatapan orang-orang asing yang dirinya lewati.
"Haikal!, yang sopan kamu! Disini ada banyak orang kalau mau lewat setidaknya kamu permisi dulu. Jangan mentang-mentang sedang di rumah sendiri kamu jadi bertindak seenaknya begini" tubuh Haikal langsung jatuh ke atas lantai begitu tiba-tiba bapak menampar pipi gemil nya dengan cukup keras.
"Haechan!" Renjun yang melihat manisnya di perlakukan kasar begitu langsung menghampiri Haikal yang masih terbaring di atas lantai, tanpa memperdulikan perintah Jeno yang menyuruhnya untuk tenang sebentar.
"Kamu tak apa-apa?" tanya Renjun seraya membantu si manis untuk berdiri, kemudian pemuda tampan itu menangkup pipi bulat si manis sembari mengusap kulit halus itu dengan kedua ibu jarinya.
"Siapa ya?" tanya Haikal seraya menatap wajah tampan Renjun dengan penuh tanda tanya.
"Bear?" gumam Renjun lirih seraya menatap wajah manis itu dengan tatapan terluka.
"Haikal!, itu nama gue" kata Haikal dingin seraya berlalu pergi dari rumahnya, meninggalkan Renjun yang masih mematung akibat perkataan pemuda manis itu barusan.
"Haikal!" teriak bapak seraya berjalan dengan langkah lebar ke arah Haikal yang hanya diam seraya menatap bapak tanpa ekspresi.
"Cukup mas!" Haikal tertegun kala melihat tangan bapak yang di cekal oleh seseorang, Haikal tak tau tepatnya. Tapi yang pasti perasaan nya menghangat kala melihat sosok wanita cantik yang sudah berumur itu.
"K-kamu?" ujar bapak terbata kala melihat sang mantan istri, atau lebih tepatnya sang istri pertama yang dulu dirinya tinggalkan begitu saja.
"Kamu sudah ambil Jaemin dari aku mas, egois kamu kalau masih mau ambil Haechan dari aku" semuanya mematung kala mendengar fakta yang baru saja mereka ketahui.
Termasuk Jaemin sendiri, pemuda tampan itu tak akan pernah menyangka jika pemuda manis yang dirinya tabrak sampai hilang ingatan di malam takbiran kala itu adalah adik kandungannya sendiri.
"Nur" kata bapak lirih seraya memandang wajah cantik istri pertamanya yang sudah berlinang air mata.
"Tolong jangan pernah ambil Haechan dari aku mas, dia satu-satunya keluarga yang aku punya saat ini. Tolong jangan egois lagi mas aku gak akan sanggup hidup jika kamu memilih keras kepala untuk saat ini juga" kata ibu Haechan seraya mengusap air matanya yang keluar tanpa permisi dengan kasar.
"Aku tak tau kenapa sampai bisa Haechan berada disini, tapi walaupun demikian aku ucapkan terimakasih kasih untuk kalian semua yang sudah mau mengurus putra ku selama enam bulan terakhir ini" kata ibu Haechan seraya berlalu pergi bersama sang putra yang masih mencerna keadaan yang masih membingungkan untuknya.
"Haechan mengalami hilang ingatan, saya tak sengaja menabrak nya sampai masuk ke dalam jurang. Ini salah saya sepenuhnya karena mengendarai mobil tanpa penerangan, saya tak pernah mengira akan ada orang di jalan saat malam itu mengingat jalanan yang tampak sangat sepi jadi saya putuskan untuk mengebut tanpa melihat kanan kiri terlebih dahulu. Alhasil Haechan yang malam itu sedang berdiri di tengah jalan tanpa sengaja saya tabrak" jelas Jaemin panjang lebar seraya menundukkan kepalanya.
"saya sengaja tak melapor kepada pihak berwajib karena saya takut, bahkan saat saya menemukan selembaran tentang hilang nya Haechan saya lebih memilih diam. Saya memilih untuk egois kala itu dengan menyembunyikan Haechan tanpa berniat memberi tahu siapapun, saya takut kehilangan Haechan karena saat itu saya merasa pantas untuk melindunginya" lanjut Jaemin seraya tersenyum getir.
"Terima kasih atas derita yang sudah anda berikan selama enam bulan ini kepada saya karena sikap egois anda itu" kata Renjun dingin seraya menatap Jaemin tanpa ekspresi.
Kenapa semuanya jadi begini?, kenapa cobaan atas cinta mereka berat sekali.
Apakah semua ini pertanda jikalau mereka berdua benar-benar tak bisa bersama.
TBC
Gimana konflik nya?, drama banget gak sih?
Tadinya sih mau gue bikin sad end, tapi gak jadi karena gue takut di gaplok sama kalian semua.