Haechan mendelik sinis ke arah Renjun yang sekarang sekarang ini tengah tersenyum tanpa dosa, ingin rasanya pemuda manis itu menendang wajah tampan Renjun sekarang juga.
"Nanti jika kita berdua sudah menikah kamu panggil saya mas Renjun ya, sayang" kata Renjun sembari mengedipkan matanya genit ke arah si manis.
"Dih sinting" kata Haechan kesal seraya melempar wajah tampan Renjun dengan segenggam kacang bandung yang Renjun belikan kemarin untuknya.
"Aduh sayang!, kamu galak banget sih" kata Renjun sembari menatap wajah manis Haechan dengan tatapan sok sedihnya.
"Najis anying" kata Haechan sebal seraya menatap wajah pemuda tampan itu dengan penuh permusuhan.
"Bear kamu mau ikut?" tanya Renjun tiba-tiba sembari berjalan menghampiri si manis yang sekarang ini tengah menikmati semangkuk mie instan buatan nya.
"Kemana?" tanya Haechan sembari menatap wajah tampan itu dengan penuh tanda tanya.
"Pulang ke rumah kamu" Jawab Renjun sembari mendudukkan tubuhnya di samping si manis.
"Ngapain?" tanya Haechan bingung.
"Saya ingin meminta restu ibu kamu" mata bulat itu sukses melotot begitu mendengar ucapan Renjun yang kelewat santai itu.
"Renjun bangsat!!" teriak Haechan kesal sembari memukuli tubuh kurus Renjun dengan penuh kasih sayang.
"Mati aja kek lu anying!, mati!. Dasar ustadz gadungan!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sepertinya pemuda tampan itu memang benar-benar serius dengan ucapannya yang mengatakan ingin meminta restu ibu Haechan, buktinya sekarang ini mereka sudah berdiri di depan rumah Haechan dengan perasaan yang berbeda.
"Tad lu bercanda kan?" tanya Haechan sembari menatap wajah tampan Renjun dengan tatapan memohon nya.
"Serius sayang" Jawab Renjun tanpa beban sembari mengecup bibir si manis sekilas.
"Bangsat!" desis Haechan pelan sembari menatap wajah tampan Renjun dengan penuh permusuhan.
"Jam segini ibu kamu ada di rumah kan?" Haechan hanya diam, pemuda manis itu tampaknya sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan yang Renjun ajukan.
Tok tok tok
"Assalamualaikum!" Renjun mengetuk pintu rumah Haechan sembari melirik ke arah si manis yang sekarang ini hanya diam, tampaknya manisnya ini tengah merajuk kepadanya.
Cklek
"Waalaikumsalam--, eh ustadz" Renjun hanya tersenyum tampan begitu melihat raut wajah ibu si manis yang tampak terkejut.
"Ibu!" teriak Haechan sembari memeluk tubuh sang ibu dengan begitu erat.
"Kenapa hmm?" tanya sang ibu lembut sembari mengusap rambut hitam si manis dengan penuh kasih sayang.
"Haechan gak mau tinggal sama ustadz Renjun lagi" kata Haechan sembari menatap wajah sang ibu yang tampak masih sangat cantik itu dengan tatapan memohon nya.
"Loh kenapa?, bukannya kamu sendiri yang bilang pengen tinggal di sana aja daripada sama ibu?" Haechan langsung terdiam begitu mendengar ucapan sang ibu.
"Pokoknya aku mau tinggal di sini!" teriak Haechan kesal sembari berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkannya sang ibu dan Renjun yang hanya mampu mengelus dada begitu melihat tingkah labil nya itu.
"Maafkan anak saya ya ustadz" Renjun hanya tersenyum tampan, pemuda tampan itu sekarang ini sudah sangat biasa dengan sikap bar-bar si manis.
"Tak apa"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ustadz bercanda?!" teriak ibu Haechan sembari menatap ustadz muda yang tengah duduk di hadapan nya itu dengan tajam.
"Saya serius" Jawab Renjun dengan ekspresi yang amat sangat tenang.
"Ustadz-" Ibu si manis menghela nafas sembari menatap wajah tampan ustadz muda itu dengan tajam.
"Ustadz tau konsekuensinya bukan?" Renjun mengangguk mantap sembari melirik sekilas ke arah kamar si manis.
"Tau, saya tau dengan amat pasti. Tapi saya juga lebih tau jikalau saya tak akan pernah bisa hidup tanpa Haechan" Jawab Renjun serius tanpa ada keraguan sama sekali.
"Saya tak bisa ustadz, saya tak mau jikalau anak saya sampai melakukan dosa sebesar ini" Renjun hanya mampu menghela nafas begitu mendengar jawaban ibu si manis.
Sebenarnya kejadian seperti ini sudah dapat Renjun duga, namun tetap saja pemuda tampan itu memilih nekat dengan mengatakan semuanya tanpa kecuali.
"Saya mohon bu, jangan bersikap kejam begitu, kami berdua hanya saling mencinta bukan melakukan kejahatan" kata Renjun sembari menatap wajah ibu Haechan dengan penuh permohonan.
"Saling mencintai?" tanya ibu Haechan sembari terkekeh pelan.
"Ustadz itu orang yang beriman bukan?, lantas mengapa ustadz malah mau membenarkan hal seperti ini?" tanya ibu Haechan sembari menatap Renjun dengan serius.
"Jangan menjadikan anak saya sebagai korban hanya atas dasar cinta yang ustadz sebutkan itu, saya mohon ustadz cari saja orang lain atau akan lebih bagus jikalau ustadz bisa kembali ke jalan yang benar. Jadi saya mohon dengan sangat ustadz tolong jangan bawa anak saya ke jalan yang menyimpang seperti itu" Renjun hanya mampu diam begitu mendengar ucapan ibu Haechan, pemuda tampan itu benar-benar bingung harus menjawab seperti apa lagi ucapan ibu Haechan yang semuanya sangat benar itu.
"Bu" dengan cepat Renjun menoleh ke arah belakang, di lihat nya si manis yang sekarang ini tengah terisak pelan.
"Haechan" gumam Renjun sembari berdiri dari duduknya, kemudian pemuda tampan itu berjalan menghampiri manisnya.
"Berhenti disana!" teriak ibu Haechan sembari berjalan dengan cepat menghampiri sang anak yang sudah menangis dengan keras.
"Ustadz lebih baik pulang saja, biar saya yang mengurus Haechan" Renjun melirik ke arah si manis yang juga tengah menatapnya dengan dingin.
"hiks... Lebih baik lu pulang aja" Renjun hanya mampu tersenyum getir begitu mendengar ucapan si manis.
"Saya akan kembali" kata Renjun dingin sembari mengusap air matanya yang keluar tanpa permisi dengan kasar.
"Akan saya pastikan jikalau setelah ini Haechan akan menjadi istri saya cepat atau lambat" kata Renjun sembari berlalu pergi meninggalkan si manis yang sekarang ini tengah menatap punggung tegap nya dengan nanar.
TBC
Ini namatin nya gimana woy🐻