Setelah rencana jalan-jalan kemarin yang gagal total tampaknya kedua pemuda tampan itu masih belum menyerah juga untuk bisa membuat istri mereka akur satu sama lain.
Dengan segala bujukan yang keduanya lakukan kepada istri masing-masing, akhirnya kedua pemuda manis itu setuju juga untuk melakukan piknik bersama.
"Mas!, aku mau duduk di pangkuan mas boleh kan?" kata si manis sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permohonan.
"Gak bisa sayang mas kan mau nyetir, mending kamu duduk di belakang aja sama Jeno ya?" kata Renjun sembari mengusap rambut hitam sang istri dengan penuh kasih sayang.
"Duduk sama Jeno?" wajah si manis yang tadinya tampak sangat cerah itu langsung mendung seketika.
"Iya mbul" kata Renjun sembari terkekeh pelan begitu melihat wajah sang istri yang tampak sangat menggemaskan di matanya sekarang ini.
"Gak mau!, aku gak mau duduk sama dia!. Aku maunya duduk sama mas aja titik gak pake koma" rengek si manis kesal seraya memukul-mukul dada bidang sang suami dengan brutal.
"Aduh-duh mbul, sakit sayang" kata Renjun seraya membawa tubuh berisi sang istri ke atas pangkuannya.
"Habis nya mas ngeselin!, suruh-suruh aku duduk sama manusia gak ada akhlak kaya Jeno" kata Haechan sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permusuhan.
"Loh kan mas mau nyetir sayang, kalau kamu duduknya bukan sama Jeno terus mau sama siapa hm?" tanya Renjun sembari mencium pipi bulat sang istri secara bergantian.
"Kan ada kak Jaemin" Kata Haechan seraya menunjuk ke arah sang kakak yang sekarang ini tengah menyuapi Jeno bubur ayam yang mereka beli tadi pagi.
"Kita berdua kan gantian sayang, nanti kalau mas cape Jaemin bisa langsung gantiin mas bawa mobil. Jadi dia harus duduk di depan sama mas biar gak ribet nantinya, manis" kata Renjun seraya terus memberikan sejuta alasan agar istri manisnya itu mau duduk bersama dengan Jeno.
"Kalau gak duduk di pangkuannya mas, aku mau duduk di pangkuannya kak Jaemin aja biarin aja Jeno sendirian di belakang" mata Renjun sukses melotot begitu mendengar ucapan istri manisnya itu barusan.
"Huuu... Echan mau jadi pelakor ya?!" Haechan mendelik tak suka ke arah Jeno yang barusan berbicara.
"Nono diem aja!, kamu tuh gak di ajak tau gak!" kata Haechan sembari menatap pemuda sipit dengan penuh permusuhan.
"Huuu... Echan suka rebut-rebut suami orang!!"
"Mas Renjun!!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan berjalan dengan penuh antusias menjelajahi taman yang lumayan luas itu, mengabaikan peringatan Renjun yang terus mengatakan agar dirinya tidak berlari.
"Mbul!!" dengan sigap pemuda tampan itu langsung menahan tubuh sang istri yang hampir saja terjatuh.
"Mas tadi bilang apa?, jangan lari. Jangan lari kamu tuh ya ngeyel banget sih di bilangin nya kalau aja barusan mas gak langsung nahan tubuh kamu mungkin sekarang ini kamu udah dalam bahaya tau gak!!" mata bulat itu sukses berkaca-kaca begitu mendengar nada bicara sang suami yang meninggi, dengan penuh kekesalan pemuda manis itu mendorong tubuh Renjun agar menjauh darinya.
Kemudian pemuda manis itu berlalu pergi meninggalkan sang suami yang sekarang ini hanya mampu menghela nafas begitu melihat tingkah nya itu.
"Sayang" panggil Renjun seraya berjalan menghampiri sang istri yang sepertinya tengah marah kepadanya itu.
"Hey mbul" kata Renjun sembari merangkul pinggang sang istri dengan penuh kasih sayang.
"Maafin mas sayang, mas gak bermaksud marahin kamu tadi" kata Renjun sembari mengusap pipi bulat si manis dengan penuh kasih sayang.
"Hmm" Jawab Haechan tanpa minat seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kamu duduk sama Jeno dulu ya, mas mau ambil pelengkap piknik kita dulu di mobil" Haechan hanya megangguk tanpa berniat menanggapi ucapan sang suami.
Kemudian dengan malas pemuda manis itu berjalan menghampiri Jeno yang tengah duduk di atas rumput sembari bermain ponsel.
"Ngapain kesini?" tanya Jeno sembari menatap si manis yang tengah berjalan ke arahnya dengan tajam.
"Ngepet!!" kata si manis sebal sembari mendudukkan tubuh berisi nya di atas rumput yang tak jauh dari tempat Jeno duduk sekarang ini.
"Oh, cocok sih sama badan lu yang udah mirip sama babi itu" kata Jeno tanpa beban seraya kembali fokus dengan ponsel milik sang suami.
"Ngaca lah setan badan lu aja gak beda jauh dari gue" kata si manis kesal sembari menatap pemuda sipit itu dengan penuh permusuhan.
"Kalau gue sih masih ok gak kayak lu yang udah kaya buntelan kentut, nanti kalau suami lu sampai selingkuh gue udah gak heran lagi" mata bulat itu sukses berkaca-kaca begitu mendengar ucapan Jeno barusan.
"Huwaaa... Mas!!" teriak si manis sembari menoleh kesana kemari mencari keberadaan sang suami yang masih belum menampakkan batang hidungnya juga.
"Dih cengeng" setelah mendengar ucapan Jeno barusan tangisan pemuda manis itu makin keras bahkan sekarang ini mereka sudah menjadi pusat perhatian.
"Udah wey jangan nangis, malu di liatin orang tau" kata Jeno sembari berdiri dari duduknya kemudian pemuda sipit itu berjalan menghampiri si manis yang masih sentiasa menangis itu.
"Hiks.. Hiks... Mas Renjun" Jeno yang melihat itu menjadi tak tega sendiri jadi dengan terpaksa pemuda sipit itu berusaha membujuk Haechan untuk tak menangis lagi.
"Mau pulang hiks...." mata Jeno malah ikut berkaca-kaca begitu melihat Haechan yang tampak sangat menyedihkan sekali sekarang ini.
"Hiks.. Chan jangan nangis dong" kata Jeno sembari mendudukkan tubuh di samping si manis.
"Huwaaa... Mas!!" bukannya diam tapi tangisan pemuda manis itu malah semakin menjadi.
"Huwaaa... Chan jangan nangis dong hiks...." kata Jeno seraya memeluk tubuh Haechan, setelahnya yang terdengar hanyalah suara tangisan mereka yang saling bersahutan.
Baik Renjun ataupun Jaemin kedua pemuda tampan yang baru sampai itu dia buat gemas dengan tingkah istri mereka masing-masing.
"Duo mbulmil sedang berpelukan" kata Renjun seraya terkekeh pelan kemudian setelahnya Jaemin ikut menimpali.
TBC
Aneh gak sih ceritanya?.