Renjun menatap tak suka ke arah sang istri yang sekarang ini tengah duduk di atas pangkuan Jeno, walaupun dirinya tahu jikalau Jeno tengah mengandung juga dan tak akan mungkin jikalau kedua pemuda manis itu akan bersama. Tapi tetap saja dirinya merasa sangat tak rela begitu melihat Haechan dan Jeno yang tengah saling menyuapi begitu membuat dirinya di bakar oleh api cemburu karenanya.
"Min istri kamu bawa pulang gih" suruh Renjun sembari mendudukkan tubuhnya di samping Jaemin.
"Maaf tad, tapi kali ini saya benar-benar merasa tak berdaya saya tak ingin Jeno menangis karena saya bawa pulang dan berakhir saya yang akan kena marah oleh ibu" Renjun hanya mampu menghela nafas kasar begitu mendengar ucapan sang kakak ipar barusan.
"Tapi saya tak suka melihat mereka seperti itu Min!" kata Renjun sembari mengusak rambutnya dengan kasar, karena sungguh sekarang ini dirinya benar-benar merasa sangat frustasi karena sudah hampir satu minggu sang istri terus mengabaikannya.
"Sabar tad, saya paham betul dengan apa yang ustadz rasakan sekarang ini karena saya sendiri pun merasakan hal yang sama" kata Jaemin sembari menepuk-nepuk pundak Renjun berusaha untuk menenangkan adik iparnya, sebenarnya dirinya sama frustasi nya dengan Renjun sang istri yang sama sekali tak mau melihat ataupun berbicara dengannya selama satu minggu ini benar-benar mampu membuatnya hilang akal.
"Enak Chan?" Haechan mengangguk pelan sembari menyandarkan kepalanya di bahu Jeno, membuat suami mereka masing-masing yang tengah memperhatikan semakin di bakar oleh api cemburu.
"Saya sudah tak tahan lagi Min" kata Renjun sembari berdiri dari duduknya, kemudian pemuda tampan itu berjalan dengan cepat ke arah Haechan dan Jeno yang masih asik dengan dunia mereka berdua.
"Mbul" si manis menoleh ke arah sang suami yang sekarang ini tengah menatapnya dengan datar.
"Apasi lu?, sok kenal banget jadi orang" kata Haechan sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permusuhan.
"Haechan!!" Renjun mendesis pelan seraya mengatur emosinya agar tak meledak sekarang juga, dirinya tak mau jikalau harus membentak istri tersayang nya itu.
"Biarkan saja Jun, Haechan sekarang ini lagi mode gak mau di ganggu sama kamu jadi biarkan saja mereka berdua. Kalau kamu tetap memaksa bisa-bisa Haechan semakin tak mau melihat kamu" kata sang ibu mertua seraya meletakkan satu piring cookies di hadapan kedua pemuda manis itu, membuat mata Haechan dan Jeno yang melihat itu langsung berbinar seketika.
"Yeay cookies buatan ibu!" teriak si manis senang sembari mengambil satu cookies dari atas piring.
"Sini biar aku suapin" kata Jeno sembari mengambil cookies itu dari tangan Haechan, kemudian pemuda sipit itu kembali menyodorkan cookies itu ke arah mulut si manis.
"Bu" kata Renjun kesal sembari menatap wajah sang ibu mertua dengan penuh permohonan.
"Biarkan saja Jun jarang-jarang loh Haechan dan Jeno akur seperti ini, biasanya mereka berdua akan berkelahi jika bertemu" kata sang ibu mertua sembari mengusap pundaknya dengan pelan, benar juga yang ibu mertuanya itu katakan tapi tetap saja dirinya tak akan pernah rela jika ada yang mencium pipi bulat sang istri selain dirinya.
"Hmm, baiklah Renjun akan mencoba untuk bersabar" kata Renjun sembari merilik ke arah sang istri yang sama sekali tak melihat ke arahnya.
"Kehamilan si gembul kali ini benar-benar membuat saya gila bukan main, saya lebih memilih si gembul yang mode manja dan tak mau di tinggal oleh saya daripada seperti ini" Jaemin menengguk setuju begitu mendengar ucapan Renjun barusan.
"Saya setuju, saya lebih memilih Jeno yang mode galak saja daripada mode tak mau di sentuh seperti ini" kedua pemuda tampan itu sekarang ini benar-benar terlihat sangat menyedihkan, istri mereka masing-masing tak ingin di sentuh ataupun melihat wajah mereka selama satu minggu ini baik Haechan dan Jeno memilih menjauhi suami mereka masing-masing.
Entah alasan apa yang kedua pemuda manis itu miliki sampai-sampai menjauhi mereka seperti ini, ataupun pada dasarnya itu semua hanyalah karena hormon dari kehamilan semata. Yang pasti Renjun dan Jaemin tak suka dengan itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Mbul" si manis menatap tak suka ke arah sang suami yang sekarang ini tengah berjalan ke arah nya.
"Apa?!" kata Haechan ketus sembari kembali memfokuskan diri dengan acara televisi yang tengah di tonton olehnya.
"Mau peluk" kata Renjun sembari mendudukkan tubuhnya di samping tubuh berisi sang istri.
"No!, badan situ bau azab gue gak mau di peluk sama orang modelan situ" kata si manis sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permusuhan.
"Ayolah sayang, mas sudah tak tahan ingin memeluk tubuh gembrot kamu ini" kata Renjun sembari menggeser tubuhnya mendekati si manis.
"Di bilangin engga ya engga, situ ngerti bahasa manusia gak sih?" Renjun tak bergeming, pemuda tampan itu malah semakin memojokkan tubuh berisi sang istri di atas sofa.
"Mas kangen sayang" kata Renjun sembari menciumi pipi bulat sang istri beberapa kali.
"Ck, minggir gue mau nonton tv!" kata si manis kesal sembari berusaha menjauhkan tubuh sang suami darinya.
"Tak bisa bear, malam ini kamu engga akan bisa lolos dari mas" kata Renjun sembari mencium leher si manis dengan sensual.
"Mas Renjun bangsat!!"
TBC
Kalau udah nyampe 50 chap kalian bakal bosen gak?.