Bukan Salah Jodoh

1.7K 223 23
                                    

Plak

Renjun meringis pelan ketika pipinya di tampar dengan begitu keras oleh sang ayah, sampai-sampai peci hitam yang tengah di pakainya jatuh ke atas lantai.

"Maksud kamu apa?!!" tanya sang ayah sembari menatap wajah tampan nya dengan begitu tajam.

"Saya menyukai Haechan, seorang pemuda manis yang mampu membuat dunia saya jungkir balik seketika. Dan cepat atau lambat pemuda manis itu akan segera menjadi milik saya sepenuhnya" Jawab Renjun dengan lantang sembari menatap wajah terkejut kedua orang tuanya dengan begitu dingin.

"Kamu pasti bercanda kan nak?" tanya sang ibu sembari menatap wajah tampan nya dengan penuh kekecewaan.

"Maaf, tapi itu kenyataannya" kata Renjun sembari memaki kembali peci nya yang terjatuh tadi.

"Ayah dan ibu tak merestui, sampai kapanpun kami berdua tak akan pernah menyetujui hubungan kalian yang menyimpang itu" Renjun hanya terkekeh kecil begitu mendengar ucapan sang ayah sembari mengusap air matanya yang keluar tanpa permisi dengan kasar.

"Hmm, baiklah jika keputusan kalian demikian. Tapi kalian berdua harus tau, dengan atau tanpa restu dari kalian berdua saya akan tetap menikahi Haechan bagaimana pun caranya" kata Renjun sembari berlalu pergi meninggalkan sang ibu yang sudah menangis dengan histeris serta sang ayah yang tengah menatap punggung tegap nya itu dengan kilat kebencian.

"Renjun!!, dasar anak durhaka!!. Ayah malu sekali punya anak sakit seperti kamu, ingat ini baik-baik jangan pernah kamu menginjakkan kaki kotor mu lagi di rumah ayah. Mulai sekarang kamu bukan anak kami lagi kami tak akan pernah sudi mengakui orang yang sudah melakukan dosa besar seperti kamu sebagai anak" Renjun hanya mampu tersenyum getir begitu mendengar ucapan sang ayah.

"Sepertinya saya benar-benar sudah di buta-kan oleh yang namanya 'cinta' sampai-sampai saya memilih jalan yang seperti ini" kata Renjun seraya terkekeh pelan.

"Bear saya bahkan rela tak di aku anak lagi oleh kedua orang tua saya daripada harus hidup tanpa kamu, jadi saya mohon jangan pernah pergi dari saya lagi. Jika kamu ikut pergi juga lalu saya bersama siapa?" kata Renjun seraya terisak pelan, walaupun dirinya sudah mempersiapkan mental sebelum datang kesini. Tapi tetap saja rasanya sakit sekali begitu mendengar perkataan ayah tadi.

"Cih lebay" Renjun mendelik sinis begitu mendengar perkataan Jeno yang sangat tak tahu situasi itu.

"Dasar sipit!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jaemin melirik ke arah Haechan yang tengah melamun, pemuda manis itu terlalu banyak melamun akhir-akhir ini. Bahkan makan pun Haechan enggan kalau tak di paksa olehnya mungkin si manis tak akan pernah mau mengisi perutnya.

"Pipi tembem yang suka kakak gigit kemana hmm?" tanya Jaemin sembari mengusap pipi sang adik yang kini mulai menirus.

Haechan hanya diam, pemuda manis itu tampaknya enggan sekali untuk menjawab pertanyaan yang dirinya lontarkan barusan.

"Makan dulu ya" kata Jaemin sembari mengusap rambut hitam sang adik dengan penuh kasih sayang.

"Gak laper" Jaemin hanya mampu menghela nafas begitu mendengar ucapan Haechan.

"Chan" kata Jaemin lirih sembari menatap wajah si manis dengan penuh kekhawatiran.

"Mau ketemu Renjun?" tubuh Haechan tersentak kaget begitu mendengar ucapan Jaemin.

"Ibu" Jaemin hanya mampu tersenyum getir begitu mendengar suara serak sang adik.

"Biar kakak yang urus" kata Jaemin sembari membawa tubuh Haechan kedalam pelukannya.

kakak ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang