Haechan berjalan menghampiri sang suami yang tengah duduk di atas kursi sembari membaca koran, pemuda manis itu sedikit menggeram kesal karena sang suami sama sekali tak menyadari kehadirannya.
"Ustadz!!" Renjun terlonjak kaget begitu mendengar suara teriakan sang istri barusan.
"Nih kopinya" kata si manis sembari meletakkan secangkir kopi hitam di atas meja, kemudian pemuda manis itu mendudukkan tubuh berisi nya di samping sang suami.
"Loh? Mas nya kemana?" tanya Renjun sembari membawa tubuh berisi sang istri untuk duduk di atas atas pangkuannya.
"Di ilangin dulu mas nya, sekarang ini aku lagi pengen panggil ustadz biar kayak dulu lagi" kata si manis sembari menyadarkan kepalanya si dada bidang sang suami.
"Ya sudah kalau itu mau kamu sayang" kata Renjun sembari mencium kening si manis dengan penuh kasih sayang.
"Mau ke pasar" kata Haechan sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permohonan.
"Ke pasar? Mau ngapain manis? Persediaan kita masih banyak loh, atau kamu mau jajan hmm?" tanya Renjun sembari sembari menyeruput kopi hitam buatan sang istri.
"Hmm, aku mau ke pasar yang waktu itu. Waktu mas jajanin aku-nya gak ikhlas" Renjun mengeryit bingung begitu mendengar ucapan sang istri barusan.
"Kapan sih mau engga ikhlas jajanin kamu manis?" tanya Renjun sembari mencium pipi bulat sang istri secara bergantian.
"Ada!, aku inget banget waktu itu muka mas masem banget kayak yang gak ikhlas karena udah traktir aku" kata Haechan sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permusuhan.
"Mas lupa sayang" kata Renjun sembari menggigit pipi dalamnya, sungguh wajah marah sang istri malah terlihat sangat menggemaskan di matanya.
"Hiks.. Mas emang gak sayang sama aku buktinya kenangan kita ada mas lupain kayak begitu" mata Haechan sembari berniat turun dari pangkuan sang suami, namun niatnya itu harus tak terlaksana karena sang suami kini sudah memeluk pinggangnya dengan erat.
"Coba buat mas ingat lagi sayang" kata Renjun sembari mencium bibir berbentuk hati si manis sekilas.
"Ck, gak mau ah aku males jelasin nya" kata si manis sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Pasar pertama yang kita kunjungi saat bulan ramadhan itu kan?, waktu itu mas bilang sudah ada es buah tak perlu beli minum lagi tapi kamu malah merajuk. Dan tetap kekeh ingin membeli es campur" Pipi bulat si manis sukses memerah begitu mendengar ucapan sang suami barusan.
"Hmm" jawab Haechan sembari menyembunyikan wajahnya si ceruk leher sang suami.
"Mas inget?" cicit si manis sembari menggambar pola abstrak di dada bidang sang suami.
"Tentu saja sayang" kata Renjun sembari memeluk tubuh berisi sang istri dengan penuh kasih.
"Sayang mas Renjun banyak-banyak"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun terkekeh kecil ketika melihat sang istri yang tampak sangat bersemangat berjalan kesana kemari.
"Suka hmm?" Haechan mengangguk kecil sembari memakan rujak yang baru saja mereka beli dengan lahap.
"Habis dari sini mau kemana lagi?" tanya Renjun sembari mengusap wajah sang istri yang penuh dengan peluh menggunakan sapu tangannya.
"Ke sawah yang waktu itu mas ngatain aku bocah gendeng" jawab si manis sembari melirik sinis ke arah sang suami.
"Hahahah.. Kamu masih ingat ternyata bear" kata Renjun sembari mencubit pipi bulat sang istri dengan gemas.
"Jelas!, aku gak akan pernah melupakan penghinaan itu ya mas" kata Haechan sembari menatap sang suami dengan penuh permusuhan.
"Kamu juga kan ngatain mas waktu itu sayang" Haechan menggeleng pelan sembari kembali memfokuskan diri dengan rujak super pedas itu.
"Kalau yang itu aku baru gak inget" Renjun hanya terkekeh pelan begitu begitu mendengar ucapan sang istri barusan.
"Gembul, gembul"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kini kedua insan itu kini tengah menikmati angin sepoi-sepoi di pinggir sawah sembari menyantap satu mangkuk mie ayam yang baru saja Renjun beli, bukan Haechan namanya jika tak hobi menyusahkan sang suami apapun keadaannya si manis suka sekali melihat suami tampan nya itu menderita.
"Kenapa waktu di pasar kamu engga bilang mau mie ayam? Jadikan mas engga perlu repot bolak-balik seperti ini" Haechan hanya terkekeh pelan begitu mendengar ucapan sang suami.
"Kenapa? Mas gak ikhlas beliin aku mie ayam ini ya?" Renjun menggeleng pelan sembari membawa tubuh berisi sang istri ke atas pangkuannya.
"Tentu saja ikhlas manis" kata Renjun sembari mencium hidungnya sang istri.
"Ngomong-ngomong habis dari sini mau kemana lagi?" si manis tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang sang suami ajukan.
"Ke sawah mas aja deh, yang tempo hari kita makan nasi liwet disana" Renjun hanya mampu menghela nafas lelah begitu mendengar ucapan sang istri barusan, ternyata istri manisnya itu bersungguh-sungguh ingin mendatangi tempat yang dulu pernah mereka datangi.
"Siap manis ku"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan mendudukkan tubuh berisi nya di atas saung sembari memeluk kantong plastik kresek putih yang penuh dengan jajan yang mereka beli sebelum kesini.
"Kamu engga cape sayang" Haechan menggeleng pelan sembari merebahkan tubuhnya di atas saung.
"Dulu aku pikir kita berdua gak akan bisa bersama dulu aku takut banget mas akan berpaling dari aku dan mencari wanita lain untuk di nikahi, tapi nyatanya mas sebulol itu ya sampai-sampai lebih milih cinta daripada prinsip sendiri" Renjun hanya terkekeh pelan begitu mendengar ucapan sang istri barusan.
"Mas memang sebulol itu sama kamu sayang, buktinya kita akan segera memiliki dua anak"
"Mas Renjun bangsat!!"
TBC
Makin aneh kan cerita?.