Pasar Malam

594 130 25
                                    

Haechan melirik sinis ke arah sang suami yang tengah terlelap di sampingnya, ingin rasanya pemuda manis itu menendang wajah tampan sang suami sekarang juga. Bisa-bisanya suami tampan nya itu malah langsung terlelap begitu saja setelah menggempur nya selama dua jam.

"Iya, iya sayang setelah kita main satu ronde mas janji kita akan langsung pergi ke pasar malam, halah ndas mu habis ngecas malah langsung teler begini" kata Haechan kesal sembari turun dari atas ranjang, kemudian pemuda manis itu memunguti pakaiannya yang berserakan di atas lantai.

"Dasar suami gak punya akhlak! Nyebelin! Mati kek lu anying!, mati! Hih sebel banget gue" gerutu si manis kesal sembari kembali memakai pakaiannya.

"Gue ajak Jeno aja deh, males banget kalau nungguin rubah jadian-jadian itu bangun. Biarin aja gue tinggalin dia sendirian di rumah" kata Haechan sembari melirik sekilas ke arah sang suami yang masih terlelap di atas ranjang, kemudian pemuda manis itu berjalan ke luar dari kamar.

"Le mau ikut mama gak?" Chenle langsung menoleh ke arah sang ibu yang baru saja memanggil namanya.

"Kemana ma?" tanya Chenle sembari turun dari atas sofa.

"Pasar malem, Lele mau ikut?" mata bocah berumur lima tahun itu langsung berbinar begitu mendengar ucapan sang ibu.

"Mau! Mau! Lele mau ikut" kata Chenle sembari mematikan televisi, kemudian dengan riang bocah itu berlari ke arah sang ibu.

"Baba mana? Apa baba tak akan ikut kita ke pasar malam?" tanya Chenle bingung.

"Baba mu tinggalin aja di rumah, di bawa juga gak akan berguna" kata Haechan sembari menggendong tubuh mungil sang anak.

Kemudian pemuda manis itu berjalan menuju rumah sang kakak, dengan sang anak yang berada di atas gendongan-nya.

"Kita mau ajak paman Jaemin dan ai Jeno juga?" tanya Chenle sembari melirik ke arah sang ibu.

"Hmm, karena baba mu lagi mati jadi kita ajak paman Jaemin dan ai Jeno aja" kata si manis santai sembari menurunkan tubuh Chenle dari atas gendongan-nya.

"Assalamualaikum paman Jaemin! Ai Jeno Chenle sama mama datang berkunjung!!" teriak Chenle sembari mengetuk pintu rumah Jaemin dan Jeno dengan brutal.

Cklek

"Ada apa? Kenapa malam-malam seperti ini kalian datang berkunjung?" tanya Jaemin sembari membenarkan pakaiannya yang terlihat berantakan.

"Jeno nya ada kak?" tanya Haechan sembari mengintip kedalam rumah yang didominasi oleh cat biru itu.

"Jeno? Ada kok memangnya kenapa?, kamu ada urusan sama dia?" tanya Jaemin bingung.

"Hmm, aku mau ajak Jeno ke pasar malem" mimik wajah Jaemin tampak panik begitu mendengar ucapan sang adik barusan.

"Sekarang?" Haechan mengangguk sembari menatap wajah sang kakak dengan tatapan super polos-nya.

"Besok aja ya Chan, kalau sekarang Jeno nya udah tidur" mata si manis langsung berkaca-kaca begitu mendengar ucapan sang kakak barusan.

"Hiks.. Gak mau!! Aku maunya sekarang!!" Jaemin hanya mampu menghela nafas begitu melihat sang adik yang sudah menangis di hadapannya, mau tak mau Jaemin harus mengalah malam ini.

"Ya sudah kamu tunggu sebentar biar kakak bangunin Jeno nya dulu" si manis mengangguk semangat sembari mengusap air matanya dengan pelan.

"Padahal saya belum keluar" kata Jaemin sedih sembari menatap selangkangan-nya dengan prihatin.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Renjun panik bukan main saat dirinya bangun sudah tak menemukan keberadaan sang istri dan juga sang anak.

Dirinya sudah mencari keseluruh penjuru rumah tapi tak menemukan keberadaan mereka berdua.

"Sayang kamu dimana?" kata Renjun frustasi sembari mengacak rambutnya dengan kasar.

"Apa jangan-jangan si gembul benar-benar pergi ke pasar malam? Tapi tak mungkin jika hanya berdua dengan Chenle" kata Renjun sembari berjalan ke luar dari rumahnya.

"Sudah saya duga si gembul pasti mengajak mereka" kata Renjun sembari memperhatikan rumah Jaemin yang tampak sangat sepi.

"Gembul, gembul
Awas saja kalau nanti ketemu mas gigit pipi bulat kamu itu"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jaemin benar-benar di buat pusing dengan tingkah laku sang istri dan sang adik yang benar-benar tak bisa diam, mereka berdua terus berjalan kesana kemari mencari stand makanan membuat isi dompetnya benar-benar terkuras malam ini.

Sedangkan untuk Chenle dan Jisung kedua bocah itu malah sibuk pacaran di stand es krim, semenjak tiba keduanya bahkan tak pernah beranjak dari sana.

"Ustadz tolong saya, ustadz" kata Jaemin sembari berjalan mengikuti kedua pemuda manis itu yang tengah berjalan ke arah stand sosis bakar.

"Pak! Aku mau sosis bakar yang ukurannya besar, empat ya" Jaemin hanya mampu meringis pelan begitu mendengar ucapan sang adik barusan, sembari merogoh dompetnya dari saku celana.

"Hanya tersisa lima-ratus ribu lagi" gumam Jaemin sembari menatap sedih dompetnya yang hampir habis isinya itu.

"Gembul!!" atensi ketiganya teralih ke arah Renjun yang tengah berjalan dengan Chenle dan Jisung ke arah mereka bertiga.

"Mas!!" mata si manis langsung berbinar begitu melihat penampilan sang suami yang benar-benar terlihat sangat tampan malam ini.

"Kenapa engga bangunin mas aja hmm? Nakal banget istrinya mas ini" kata Renjun sembari membawa tubuh berisi sang istri ke dalam pelukannya.

"Karena aku lagi sebel sama kamu mas makanya aku lebih milih pergi sama Jeno aja" Renjun hanya mengangguk begitu mendengar ucapan sang istri, kemudian sesuai janjinya tadi di rumah pemuda tampan itu benar-benar menggigit pipi bulat sang istri tak keras tapi cukup untuk membuat pemuda manis itu menangis dengan histeris.

"Huwaaa.. Mas Renjun Bangsat!!"

TBC

Tetep maksa update walaupun ceritanya makin gak karuan.

kakak ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang