Haechan hanya mampu menghela nafas lelah ketika terus mendengar rengek kan sang suami sendari tadi, padahal entah sudah berapa kali pemuda manis itu mengatakan tidak tapi Renjun tetap saja kekeh dengan keinginannya.
"Mbul, Ayolah" kata Renjun sembari menatap wajah manis sang istri dengan penuh permohonan.
"No!, aku harus bilang berapa kali sih mas? Aku bilang engga ya engga" kata Haechan kesal sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permusuhan.
"Hanya satu ronde saja bear, mas janji" kata Renjun sembari menduselkan kepalanya di bahu sempit sang istri.
"Ini malem takbiran loh mas, kamu itu harusnya pergi ke masjid sama Chenle bukannya malah minta ngewe sama aku" kata Haechan kesal sembari berdiri dari duduknya, kemudian pemuda manis itu berlalu pergi dari ruang tamu meninggal sang suami yang sekarang ini tengah menatap kepergiannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Huwaaa.. Kamu jahat mbul" pada akhirnya tangisan pemuda tampan itu pecah, sembari memeluk boneka kudanil berwarna putih kesayangannya Renjun menangis dengan histeris seraya memanggil-manggil nama sang istri.
Walaupun kehamilan kedua pemuda manis sudah memasuki bulan kedua tapi sifat waras Renjun dan Jaemin masih belum kembali sepenuhnya, terkadang keduanya akan merasa sangat sensitif ketika berada di kantor dan berakhir menangis histeris karena tak di per-boleh-kan pulang oleh sekretaris masing-masing.
Dan ada pula ketika kedua pemuda tampan itu menginginkan sesuatu dan harus di turuti detik itu juga, membuat semua karyawan yang berada di kantor kewalahan karena menuruti keinginan tak masuk akal keduanya.
"Hiks.. Mbul" Haechan menoleh ke arah sang suami yang sekarang ini tengah berjalan ke arahnya.
"Apa?" tanya si manis ketus.
"Satu ronde aja ya" pinta Renjun sembari mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang.
"Mas-" Haechan menghela nafas kasar seraya menaruh buku yang tengah di bacanya ke atas nakas.
"Pergi ke masjid sekarang, kalau udah jam satu malem kamu baru boleh pulang. Saat itu baru aku siap gangkang buat kamu" mata Renjun sukses berbinar begitu mendengar ucapan sang istri barusan.
"Beneran ya mbul?" tanya Renjun sembari merangkak menghampiri sang istri yang sekarang ini tengah menatapnya dengan datar.
"Hmm" jawab si manis sembari mengangguk kecil, Renjun yang melihat itu langsung tersenyum lebar seraya membawa tubuh berisi sang istri kedalam pelukannya.
"Mas sayang kamu mbul" kata Renjun sembari mencium kening si manis dengan penuh kasih sayang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Chenle langsung menyisir rambutnya ke belakang menggunakan tangannya sendiri begitu melihat sang pujaan hati yang tengah bermain petasan bersama dengan teman-temannya.
"Ba, Lele pergi main sama Jisung ya" pamit Chenle sembari berlari kecil menghampiri sang pujaan hati yang tampak sangat menawan di matanya malam ini.
"Icung" Jisung langsung menoleh ke arah Chenle yang sekarang ini tengah berjalan ke arah nya.
"Telat banget kamu Le, kamu habis ngapain aja sih dari tadi Icung tungguin lama banget?" tanya Jisung sebal sembari berdiri dari acara berjongkok nya di atas tanah.
"Maaf Cung, baba aku tuh tadi yang lama. Sekarang Lele kan udah ada disini jadi jangan ngambek ya mending sekarang kita pergi ke masjid, pegang tangan Lele ya Cung biar kamu gak jatuh" kata Chenle sembari menggandeng tangan Jisung, kemudian kedua bocah itu berlalu meninggalkan Renjun dan Jaemin yang sekarang ini tengah berusaha mengambil mangga yang berada tepat di atas mereka.
"Yang bener tad, mangga nya engga akan jatuh kalau cuman di lempar sama kerikil kaya begitu" kata Jaemin sembari mencari-cari batu yang kiranya akan pas untuk bisa menjatuhkan mangga muda yang tengah keduanya incar.
"Susah Min, tinggi saya engga nyampe" kata Renjun kesal sembari masih berusaha melempar mangga muda itu menggunakan kerikil.
"Ck, ke masjid aja Ayolah cape saya kalau kaya begitu terus" kata Jaemin kesal sembari berlalu pergi, diikuti oleh Renjun setelahnya.
"Tad malu engga sih?" tanya Jaemin tiba-tiba.
"Malu kenapa?" tanya Renjun bingung.
"Karena ngidam kaya begini, saya malu banget waktu inget pernah nangis di depan rumahnya pak lurah" kata Jaemin sembari terkekeh pelan. Renjun yang berjalan di samping nya pun ikut terkekeh.
"Saya juga, apalagi waktu pulang saya langsung di marahin sama si gembul
karena ninggalin Chenle sendirian waktu itu" keduanya sama-sama terkekeh pelan begitu mengingat sikap konyol mereka, mau merasa malu pun tapi sudah terlanjur karena semuanya sudah berlalu dengan ingatan yang akan membekas."Mungkin kita berdua terlalu bucin sampai-sampai ikutan ngidam seperti ini" Renjun mengangguk setuju dengan ucapan sang kakak barusan.
"Bahkan seluruh warga desa ikut kena imbas nya, saya yakin mereka semua tak akan pernah melupakan kejadian ini. Saya yakin mereka tak akan pernah absen mengungkit cerita ini jika tengah berpapasan dengan saya" kini Jaemin yang mengangguk setuju dengan ucapan Renjun barusan.
"Hmm, kedua pria dewasa menangis di pasar hanya karena berebut sebuah boneka beruang. Rasanya saya benar-benar ingin menghilang begitu mengingat itu" setelahnya kedua tampan itu tertawa terbahak-bahak itu adalah kenangan yang begitu memalukan di sepanjang umur mereka sepertinya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan hanya mampu menggeram kesal ketika tidur nyenyak nya terganggu karena sang suami yang terus menyentuh tubuhnya dengan sensual.
"Ayo main sampai pagi bear"
TBC
Aneh ya?, biarin lah soalnya aku lagi gak ada ide sekarang ini.
Ngomong-ngomong kangen gak sama ini book?, maaf ya baru bisa update soalnya gue lumayan sibuk akhir-akhir ini.