Haechan berjalan menghampiri Renjun yang tengah memberi makan sapi yang mereka beli tadi pagi.
"Lebaran masih lama loh tapi kenapa lu malah beli sapinya sekarang?, bikin cape ngurus nya aja" tanya Haechan sembari memperhatikan kedua sapi berwarna coklat itu yang tengah makan rumput yang Renjun bawa dengan lahap.
"Mereka gembul kan?" Haechan hanya diam tak berniat menjawab pertanyaan yang Renjun lontarkan.
"Kaya kamu" detik itu juga pundak Renjun langsung di pukul oleh Haechan dengan penuh kekesalan.
"Lu tuh bisa gak sih sehari aja gak usah bikin gue emosi?" Renjun hanya terkekeh pelan ketika melihat wajah si manis yang memerah karena amarah.
"Maaf saya hanya bercanda" Haechan langsung menatap Renjun sengit begitu mendengar ucapan pemuda tampan itu yang kelewat basi menurutnya.
"Terserah" Haechan benar-benar sudah muak menanggapi tingkah laku Renjun yang sangat aneh menurut nya.
"Sapi-sapi itu saya beli buat kamu" mata si manis langsung melotot begitu mendengar ucapan Renjun.
"Lu bercanda?" tanya Haechan tak percaya.
"Serius, saya beli kedua sapi itu untuk kamu agar kamu tak marah lagi" kedua kalinya, ini kedua kalinya Renjun membeli kan nya sesuatu yang mahal hanya agar dirinya tak marah lagi.
Kaki Haechan benar-benar lemas, Haechan pikir Renjun sudah gila karena membeli kan nya dua sapi yang begitu besar. Di lihat dari berat badannya saja Haechan tau harga kedua sapi itu tidaklah murah.
"Lu gabut atau gimana sih?, gak usah pake acara beli sapi begini. Lu beliin gue makanan yang banyak aja pasti gue maafin kok, gak usah buang-buang uang begini" Renjun hanya tersenyum manis kala melihat raut wajah Haechan yang teramat sangat menggemaskan di matanya.
"Kan kamu sendiri yang bilang suka sama mereka berdua waktu kita datang ke peternakan tadi pagi, berhubung kamu suka dan keliatan senang waktu main sama mereka jadi tanpa pikir panjang langsung aja saya beli" ok ingatkan Haechan untuk tak membicarakan sesuatu yang disukai nya di hadapan Renjun lagi.
"Gue emang suka waktu pertama kali ngeliat mereka berdua, tapi gak usah begini juga lah" Haechan menatap kedua sapi berwarna coklat itu penuh kekaguman, mereka berdua benar-benar sangat lucu di matanya.
"Mereka berdua gak akan di kurbanin kan nanti?" celetuk Haechan tiba-tiba
"Mereka berdua kan punya kamu, kalau memang kamu tak mau mengurbankan mereka berdua maka tak usah. Lagipula saya bisa beli lagi untuk kurban nanti jadi kamu tak usah khawatir mereka akan di sembelih" Haechan sedikit meringis begitu mendengar ucapan Renjun, apakah semudah itu untuk Renjun membeli sesuatu yang diinginkan nya?.
"Mereka lucu banget" kata Haechan riang sembari mengusap kepala kedua sapi milik nya itu dengan penuh kasih sayang.
"Kamu lebih lucu" kata Renjun tiba-tiba.
"Hayang utah anying" Renjun tertawa pelan begitu mendengar logat sunda milik Haechan sudah keluar.
"Sebentar lagi kamu akan segera pulang kerumah ibu mu, ingat ya jika sudah di sana jangan lupakan semua hal yang sudah saya ajarkan. Jangan lupa amalkan juga shalat dan mengaji jangan sampai tak di pakai nanti kamu bisa lupa lagi" Haechan langsung terdiam begitu mendengar ucapan Renjun.
"Apa gak bisa di perpanjang?" tanya Haechan sembari menatap Renjun penuh harap.
"Ibu kamu kemarin bilang jika kamu sudah boleh pulang kerumah, beliau juga tampak sangat senang begitu mendengar perkembangan kamu yang sangat pesat di sini oleh karena itu waktu lebaran nanti kamu sudah boleh pergi dari sini" Haechan meremat pakaiannya begitu merasa tak suka dengan obrolan mereka sekarang ini.
"Oh bagus lah" Haechan berjalan menjauhi Renjun yang sekarang ini tengah menatapnya tak rela.
"Ini satu-satunya cara agar kita tak semakin terjebak, maafkan saya jika terkesan egois tapi ini semua juga untuk kebaikan kita berdua kedepannya" Renjun akui ada rasa yang aneh di dada nya begitu melihat Haechan untuk pertama kalinya.
Wajah basah Haechan waktu itu mampu membuat nya hilang akal untuk sejenak, kata kan saja waktu itu Renjun berbohong karena mengatakan tak bisa mampir setiap hari ke rumah Haechan.
Padahal waktunya tak begitu padat-padat sangat, tapi dirinya entah dapat ide dari mana begitu mengatakan dirinya akan membawa Haechan ke rumah nya supaya pemuda manis itu bisa di ajari oleh nya secara leluasa.
"Saya pada awalnya hanya tertarik kepada kamu tapi entah sejak kapan rasa tertarik itu kini sudah menjadi rasa suka, atau mungkin saja tak lama lagi kata suka itu akan segera berubah menjadi kata cinta. Jadi oleh karena itu kita akhiri saja semuanya di sini sebelum kita berdua semakin jauh" andai saja waktu itu iman Renjun sedikit kuat mungkin semua ini tak akan pernah terjadi.
"Saya tak rela melepas kamu Chan, benar-benar tak rela tapi saya juga tak mau egois. Saya tak mau jika harus mengajak kamu terjatuh dalam dosa yang sama" kata Renjun sembari berjalan ke arah saung yang berada di luar kebun miliknya.
Kini Haechan tengah menatap penampilannya di cermin, air matanya yang turun tanpa permisi langsung saja pemuda manis itu usap dengan kasar.
"Bagus lah kalau gue bakal cepet-cepet pergi dari sini, ini kan yang gue mau? Tapi kenapa gue malah nangis begini harusnya gue seneng dong" Haechan meremat dada nya begitu merasa sesak.
"Lu yang buat gue jatuh hati, dan sekarang lu dengan seenak jidatnya malah nyuruh gue pergi dari sini. Bodoh, Renjun bodoh! Dasar ustadz gadungan!"
TBC
Bagusnya happy end atau sad end nih?