Haechan menggeram kesal ketika melihat wajah tampan Renjun yang tampak sangat menyebalkan sekali sekarang ini.
"Ngapain lu kesini?" tanya Haechan sinis sembari menatap wajah tampan Renjun dengan penuh permusuhan.
"Menjemput calon istri ku" Jawab Renjun santai sembari berjalan menghampiri si manis yang masih terdiam di depan pintu kamar mandi.
"Calon istri?, mohon maaf tapi disini gak ada anak gadis mungkin situ salah alamat deh kayaknya" Renjun hanya terkekeh pelan ketika mendengar ucapan si manis barusan.
"Ada kok" kata Renjun seraya mengungkung tubuh mungil si manis di antara tembok dan tubuh besarnya.
"Dih sinting, jelas-jelas di rumah ini isinya cuma ada dua anak cowok sama satu orang ibu. Gila aja lu kalau sampai nyebut ada anak gadis disini" Renjun hanya tersenyum tampan seraya menatap wajah marah si manis dengan penuh kekaguman.
"Ini anak gadis yang saya maksud" kata Renjun seraya mencium bibir pucat si manis sekilas.
"Ibu!!" teriak Haechan heboh seraya memukul-mukul dada bidang Renjun dengan penuh kekesalan.
"Hey, tenang bear" kata Renjun seraya membawa tubuh si manis yang sekarang ini terlihat sangat kurus kedalam pelukannya.
"Lepas!" sekuat tenaga Haechan mendorong tubuh pemuda tampan itu agar menjauh darinya, namun sekuat apapun Haechan berusaha tampaknya semua usaha yang dilakukan nya itu akan sangat percuma.
Renjun bahkan tak bergerak sejengkal pun dari tempatnya berdiri sekarang ini, Haechan tentu saja tau jikalau dirinya tak akan pernah menang melawan Renjun. Tapi pemuda manis itu tak akan pernah mau tunduk begitu saja kepada ustadz muda yang sekarang ini tengah mencium bibir pucat nya dengan sedikit kasar.
"Emhhh" Haechan melenguh pelan ketika merasakan tangan nakal Renjun sudah mulai masuk kedalam kaus hitam yang tengah dirinya kenakan.
Plak
Baru saja Renjun akan merobek kaus hitam itu menjadi dua bagian namun niatnya itu harus segera terhenti tak kala kepala nya di pukul dengan amat kuat entah oleh siapa.
"Bagus!, baru juga di kasih hati udah minta jantung lagi aja" kata Jaemin kesal sembari mendorong tubuh kurus Renjun agar menjauh dari sang adik.
"Saya hanya mencoba nya sedikit saja,
hitung-hitung untuk latihan juga jika saya dan Haechan sudah menikah nantinya" kata Renjun seraya tersenyum tanpa dosa, kedua saudara itu menatap Renjun dengan amat tajam begitu mendengar ucapannya barusan."Pulang gak lo!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan menatap hidangan yang tersaji di hadapannya dengan tatapan tak percaya nya.
"Kita cuman berdua loh, kenapa situ mesen makanan sebanyak ini?" tanya Haechan sembari menatap wajah tampan Renjun dengan penuh tanda tanya.
"Saya ingin ini kembali, jadi karena itu kamu harus makan yang banyak biar cepet gembul lagi" kata Renjun seraya mengecup pipi si manis secara bergantian.
"Ya tapi ngotak dikit kek, gue gak mungkin ngabisin makanan sebanyak ini dalam satu waktu. Bisa-bisa gue muntah karena kekenyangan nanti" kata Haechan kesal sembari menatap wajah tampan Renjun dengan penuh permusuhan.
"Makan dulu aja sayang, kalau nanti gak habis tinggal di bungkus aja" Haechan hanya mampu menghela nafas pasrah begitu melihat tingkah laku Renjun yang terlalu berlebihan menurutnya.
"Lu tuh anak orang kaya atau gimana sih Tad?, atau jangan-jangan situ darah biru lagi" tanya Haechan sembari memasukkan satu bakso berukuran kecil kedalam mulutnya.
"Bukan kok, orang tua saya tak sekaya itu. Dan saya juga bukan keturunan kerajaan atau semacamnya" Jawab Renjun seraya tersenyum puas ketika melihat si manis yang sudah makan dengan lahap.
"Habisnya situ kaya gak kekurangan uang banget, setiap gue pengen ini itu pasti langsung lu beliin tanpa liat harganya dulu" Renjun mengangguk paham dengan apa yang si manis ucapkan barusan.
"hmm, nanti juga kamu paham sendiri. Kalau kita Berdua sudah menikah kamu pasti akan mengerti sendiri sayang" kata Renjun sembari mengedipkan matanya genit ke arah si manis.
"Najis anying" kata Haechan seraya membuat gestur seolah ingin muntah begitu melihat wajah tampan Renjun yang tampak sangat menyebalkan sekali di matanya sekarang ini.
"Habis dari sini kamu pulang ke rumah saya ya" kata Renjun sembari menatap wajah manis Haechan dengan penuh permohonan.
"Gak" kata Haechan ketus.
"Ayolah bear, kita berdua sudah tak bertemu selama satu bulan. Apa kamu tak merindukan ustadz tampan mu ini sayang?" Haechan hanya mampu tersenyum paksa begitu melihat Renjun yang sekarang ini tengah merengek di hadapannya.
"Ck, iya. Tapi cuma malam ini aja besok anterin gue pulang" kata Haechan seraya menghela nafas pelan.
"Tak bisa begitu dong bear, masa hanya satu hari. Itu tak akan cukup sayang" kata Renjun sembari berjalan menghampiri si manis yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam.
"Banyak mau!, kalo udah nikah juga kan gue tinggal sama situ. Jadi untuk sekarang ini biarin gue ngehabisin waktu sama ibu" kata Haechan seraya menundukkan kepalanya, pemuda manis itu tak ingin Renjun melihat rona merah yang sudah menjalar memenuhi pipinya sekarang ini.
"Coba panggil saya mas" Haechan mendongak, menatap ke arah Renjun yang sekarang ini tengah tersenyum tampan kearahnya.
"Ogah!" kata Haechan seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, asalkan jangan ke arah Renjun yang sekarang ini tengah tersenyum menggoda ke arahnya.
"Calon istrinya ustadz Renjun memang selalu terlihat menggemaskan" kata Renjun sembari mencium pipi Haechan sekilas.
"Mati kek lu anying!, mati. Dasar ustadz gadungan!"
TBC
Gue pengen banget bikin cerita anak bengal vs gus dingin, tapi masalahnya tuh gue paling gak bisa bikin karakter Renjun jadi cowok cool kaya gitu. Nanti jatohnya malah bucin akut sama Haechan.
Jadi mikir dua kali buatnya.
Kalian juga pasti bosen kan sama genre kaya gini?.
Kalian juga pasti pengen baca genre yang lain, yang gak kaya gini-gini mulu 🐻