Pagi ini istrinya Ustadz Renjun yang paling cantik terus merengek ingin makan nasi liwet di pinggir sawah bersama dengan sang suami dan juga sang anak, pada awalnya Renjun menolak karena hari ini dirinya harus bekerja dia sudah terlalu banyak absen walaupun Renjun sendiri adalah bos tapi dia juga tak bisa meninggalkan kewajibannya begitu saja.
Tapi ancaman yang di berikan oleh istri manisnya itu terdengar lebih mengerikan daripada mendengar kabar jikalau perusahaannya bangkrut, maka dari itu Renjun lebih memilih menuruti permintaan sang istri daripada tak mendapatkan jatah selama satu tahun penuh. Renjun paling tak bisa dengan itu rasanya sehari saja tak menggenjot lubang sang istri Renjun tak bisa setidaknya satu minggu sekali miliknya harus mendapatkan kehangatan kalau tidak rasanya separuh nyawanya seperti tak ada.
Setelah mendengar ancaman sang istri Renjun langsung saja menyiapkan segala keperluan untuk membuat nasi liwet mulai dari mencuci beras, membeli daging di pasar dan dirinya sendiri pula yang mencuci daging ayam yang di belinya itu.
Dari nol sampai benar-benar beres Renjun sendiri Yang mengerjakan semuanya sedangkan Haechan, pemuda manis itu hanya duduk manis di atas kursi sembari sesekali berteriak untuk menyemangati suami tampan nya itu.
"Cape mas?" Renjun menggeleng sembari mendudukkan tubuhnya di samping tubuh berisi sang istri, kemudian pemuda tampan itu membawa tubuh berisi itu ke atas pangkuannya.
"Mau sekarang ke sawah nya?" tanya Renjun sembari mencium kening si manis dengan penuh kasih sayang.
"Nanti aja deh, mas juga pasti cape kan? Kita bisa istirahat sebentar aja" kata Haechan sembari mencium bibir sang suami sekilas.
"Kalau main dulu bisa engga?" tanya Renjun sembari mulai menyentuh tubuh berisi sang istri dengan sensual.
"Ih mas!!, pikirannya tuh ngewe terus bisa gak sih kalau ngasih istri sesuatu tuh gak usah suka minta bayaran" kata Haechan sembari mencubit lengan atas sang suami dengan penuh kekesalan.
"Ahk!, sakit sayang. Mas kan sudah berkerja keras manis apa salahnya kalau ngasih mas hadiah" kata Renjun sembari menatap sang istri dengan tatapan laparnya, membuat Haechan yang di tatap begitu ingin lari menjauh dari sang suami yang sekarang ini sudah memasuki mode mesum.
Tok tok tok
Tepat saat tangan pemuda tampan itu sudah akan menanggalkan pakaian sang istri suara ketukan terdengar dari arah pintu rumah mereka.
"Mas buka-in gih" suruh Haechan sembari buru-buru turun dari atas pangkuan sang suami.
"Sayang~" Haechan memilih tak ambil pusing dengan rengek kan sang suami, pemuda manis itu lebih memilih berjalan ke belakang rumah ingin memastikan jikalau Chenle dan Jisung sudah di beri makan atau belum.
Dengan penuh kekesalan pemuda tampan itu berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke arah pintu rumah mereka yang masih di ketuk.
"Assalamualaikum ustadz" Renjun menatap sengit ke arah Jaemin yang sekarang ini tengah berdiri di depan pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam, ada keperluan apa kalian ke mari?" Jaemin meringis pelan ketika mendengar suara Renjun yang terdengar tak ramah di telinganya.
"Pak ustadz kok ngomongnya begitu?, pak ustadz gak suka kita kesini ya?" kata Jeno sembari menatap Renjun dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Sekarang ini saya sedang sibuk, lebih baik kalian datang lagi nanti saja" kata Renjun sembari berniat menutup pintu rumah.
"Jeno!!" atensi mereka bertiga teralih ke arah Haechan yang baru saja memanggil nama Jeno.
"Echan!" dengan kasar Jeno mendorong tubuh Renjun dari depan pintu, kemudian dengan penuh antusias pemuda sipit itu beralih ke arah Haechan tanpa mempedulikan Renjun yang sekarang ini sudah mencium lantai.
"Ustadz tak apa?" tanya Jaemin sembari membantu Renjun untuk bangun dari atas lantai.
"Lain kali jika ingin bertamu ke rumah orang itu lebih baik menelpon dulu ya jangan langsung kemarin seperti ini"
"Maaf ustadz"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sekarang ini kedua keluarga itu sudah duduk di atas saung yang dulu si manis gunakan untuk tidur saat menunggu sang suami berkerja di sawah.
"Makan yang banyak ya manis" kata Jeno sembari mencium pipi bulat Haechan membuat Renjun yang melihat itu ingin mengamuk seketika.
"Bear ayo sini duduk di samping mas" suruh Renjun yang sama sekali tak dituruti oleh pemuda manis itu, bukannya duduk di samping sang suami pemuda manis itu lebih memilih untuk duduk di atas pangkuan Jeno membuat Renjun yang melihat itu semakin di bakar oleh api cemburu.
"Ayo aaa.. Lagi" dengan lahap pemuda manis itu memakan makanan yang di sodorkan Jeno ke arahnya, kedua pemuda manis itu lebih memilih asik dengan dunianya sendiri tanpa mau pusing memikirkan suami mereka masing-masing yang sekarang ini tengah mencoba untuk menahan diri.
"Apa baba merasa cemburu dengan ai Jeno?" tanya Chenle sembari melirik ke arah sang ayah.
"Yayah cemburu dengan bibi Haechan?" kini giliran Jisung yang bertanya sembari melirik ke arah sang ayah.
"Bagaimana baba tak cemburu jika melihat bibi dan mama kamu seperti itu" kata Renjun ketus sembari menatap kedua pemuda manis itu dengan perasaan kesal nya.
"Yayah tak cemburu kok Cung" jawab Jaemin sembari tersenyum terpaksa membuat sang anak yang melihat itu jelas tak percaya.
"Hah!, benar-benar drama keluarga" kata kedua bocah itu secara bersamaan.
TBC
Mau bahas apa lagi nih kira-kira?.
Kalau aku bikin chap nc di book ini kira-kira gimana? Kalian bakal nyaman atau gak?.
Tapi bingung juga sih soalnya aku juga gak bisa bikin yang begituan.