Pukul setengah delapan pagi sesudah sholat ied selesai dilaksanakan Renjun langsung mengendarai motornya secepat kilat menuju rumah si manis yang terbilang cukup jauh dari rumahnya.
Renjun akui dirinya sekarang ini memang sudah tak memperdulikan hal lain selain Haechan, bahkan dirinya peduli setan dengan kedua orang tuanya serta calon mertuanya dan calon istrinya yang nanti akan datang kerumah nya.
Dirinya tak peduli jika harus membuat mereka menunggu lama kehadirannya, yang terpenting untuk sekarang ini dirinya harus memastikan keberadaan dan keadaan si manis terlebih dahulu.
"Bear, saya harap kamu baik-baik saja" gumam Renjun seraya membelah jalanan yang tampak sangat ramai sekarang ini menggunakan motor hitam kesayangannya.
Sekarang ini dirinya benar-benar tengah merasa sangat frustasi karena tak dapat menemukan keberadaan si manis dimanapun.
Padahal sudah semalaman dirinya berkendara membelah jalanan yang tampak legang malam itu menggunakan motor hitam kesayangannya.
Tapi tiga jam lamanya pemuda tampan itu berkendara di atas motor tapi dirinya masih belum bisa menemukan keberadaan manisnya, hingga empat jam pun berlalu tapi hasilnya masih tetap sama.
Hingga lima jam lamanya sampai pajar menjemput dirinya masih belum bisa menemukan keberadaan Haechan, Renjun yang mulai merasa lelah pun pada akhirnya memilih pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.
Walaupun bisa di bilang pemuda tampan itu tak beristirahat dengan benar karena setelah mengistirahatkan tubuhnya sekitar setengah jam, pemuda tampan itu langsung pergi ke mesjid untuk melaksanakan sholat ied lalu setelahnya pemuda tampan itu kembali mengendarai motor hitam kesayangannya untuk mencari keberadaan manisnya yang masih belum ada kabar.
Sekitar satu jam Renjun berkendara membelah jalanan yang terasa mulai legang pagi ini akhirnya pemuda tampan itu sampai di depan rumah si manis yang terlihat sangat sepi.
"Semoga saja Haechan sudah pulang ke rumah" gumam Renjun seraya me-markirkan motornya di halaman rumah si manis.
Dengan keringat yang sudah membanjiri tubuh putihnya serta dengan sepenuh keberanian yang dirinya miliki, Renjun mulai berjalan mendekati rumah Haechan yang benar-benar terlihat sangat sepi itu.
Tok tok tok
"Assalamualaikum!" sekitar dua puluh menit Renjun mengetuk pintu rumah si manis dan selama itu pula tak ada satu orang pun yang menanggapi salamnya itu.
"Apa tak ada orang di rumah?" gumam Renjun seraya menghela nafas lelah.
Tok
Tok
Tok
"Haechan!!, kamu di dalam sayang?!!"
Masih enggan untuk menyerah, Renjun kembali mengetuk pintu rumah si manis dengan harapan akan ada seseorang yang akan membukakan dirinya pintu kali ini.
Sepuluh menit berlalu pemuda tampan itu masih mengetuk pintu rumah si manis tanpa rasa lelah, Renjun benar-benar ingin menemui manisnya sekarang ini dirinya benar-benar merindukan sosok manis itu.
"Bear" gumam Renjun lirih seraya mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang terletak di teras rumah si manis.
"Saya rindu kamu" gumam nya seraya mengusap keringat yang ada di wajahnya dengan kasar.
"Ustadz?" Renjun sedikit tersentak kala tiba-tiba saja mendengar suara ibu si manis yang tampak baru pulang entah darimana.
"Assalamualaikum bu" salam Renjun seraya beranjak dari duduknya dan mencium tangan 'calon ibu mertuanya itu'.
"Waalaikumsalam ustadz" balas ibu si manis seraya tersenyum melihat sikap Renjun yang tampak sangat sopan itu.
"Mohon maaf sebelumnya bu, apa Haechan sudah pulang ke rumah?" tanya Renjun tiba-tiba seraya menatap wanita paruh baya itu dengan serius.
"Haechan pulang?" tanya ibu si manis seraya menatap wajah Renjun dengan bingung.
"Iya ibu, soalnya di rumah saya dia sudah tak ada jadi saya pikir dia sudah pulang kesini" raut wajah ibu si manis tampak sangat khawatir begitu mendengar ucapan pemuda tampan itu.
"Belum ustadz, Haechan sama sekali belum pulang kerumah sejak ustadz membawa nya pergi saat itu" jantung Renjun seakan jatuh dari tempatnya begitu mendengar ucapan ibu Haechan barusan.
"Bear" gumam Renjun seraya mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Ustadz anak saya mana?!" teriak ibu Haechan seraya mengguncang bahu Renjun dengan keras.
"Ustadz tolong jangan bercanda!, ini sama sekali tak lucu!" ibu Haechan menangis sejadi-jadinya begitu mendengar kabar tak enak tentang anaknya yang entah dimana keberadaannya itu.
"Ibu tenang dulu mungkin dia sebentar lagi akan pulang" kata Renjun mencoba menenangkan wanita paruh baya itu.
"Dia tak hilang kan ustadz?, dia baik-baik saja kan ustadz?" tanya ibu Haechan beruntun seraya memandang wajah tampan itu dengan penuh harap.
"Pasti saya akan menemukan dia, untuk sekarang ini ibu tak usah khawatir. Saya akan pulang terlebih dahulu dan memastikan jika Haechan masih ada di rumah saya atau tidak" kata Renjun seraya mengusap bahu ibu Haechan mencoba menenangkan wanita paruh baya itu untuk tak terlalu khawatir.
"Baiklah jika begitu tapi kalau Haechan sudah ketemu tolong segera bawa dia pulang ya ustadz" Renjun hanya tersenyum manis menanggapi ucapan wanita paruh baya itu.
"Saya berjanji" ujarnya seraya berlalu pergi dari rumah Haechan dengan perasaan kalut yang semakin menjadi.
TBC
Mau nanya serius nih.
Pendapat kalian tentang cara gue nulis tuh gimana sih, tulisan gue bagus gak atau ancur banget?.
Buat sebagian orang pasti tau kalau gue itu Author baru, walaupun dah join dari lama tapi baru-baru ini gue belajar nulis lagi setelah dulu sempet nulis cerita walaupun dengan cara nulis gue yang terkesan acak-acakan.
Gue masih belum pd sama cerita yang gue buat sendiri, takut ancur banget di mata orang-orang tuh.