Terhitung hanya satu minggu lagi kehamilan kedua pemuda manis itu akan memasuki bulan ke sembilan, dan selama satu minggu ini pula baik Haechan maupun Jeno kedua pemuda manis itu sudah tak bisa bernafas bebas lagi seperti yang keduanya inginkan.
Tak boleh melakukan ini tak boleh melakukan itu, keduanya benar-benar di buat sebal oleh suami masing-masing yang hanya memperbolehkan mereka untuk duduk di atas ranjang.
Bahkan semua pekerjaan rumah kini para suami yang mengambil alih dan memilih menelantarkan pekerjaan mereka sendiri, menurut kedua pemuda tampan itu tak ada yang lebih penting daripada keselamatan istri mereka masing-masing. Maka dari itu kedua pemuda tampan itu lebih memilih mengambil cuti untuk sebulan kedepan dan tak memusingkan pekerjaan mereka yang akan menumpuk nantinya, untuk sekarang ini mereka akan lebih memilih opsi mengandalkan para karyawan mereka dan mengatakan untuk apa kalian bekerja jika kalian semua tak berguna.
"Mau kemana?" tanya Renjun menyelidik seraya menatap sang istri yang akan turun dari ranjang dengan tajam.
"Kamar mandi" jawab si manis acuh seraya mendaratkan kaki mungilnya di atas lantai yang cukup dingin itu.
"Mas anter" kata Renjun sembari berjalan menghampiri sang istri yang sekarang ini tengah menatapnya dengan penuh permusuhan.
"Gak perlu!, aku bisa sendiri mas!" pemuda tampan itu memilih tak ambil pusing dengan protesan si manis, malah dengan seenak jidat nya Renjun langsung merangkul pinggang sang istri dengan penuh kasih sayang kemudian menuntun pemuda manis itu untuk berjalan ke arah kamar mandi.
"Ih mas!!" teriak si manis sebal seraya menatap wajah tampan sang suami dengan tajam.
"Apa sayang?" kata Renjun santai seraya mencium bibir berbentuk hati si manis sekilas.
"Mati kek lu anying, mati. Dasar suami asu!!" kata si manis kesal seraya berlalu masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan sang suami yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam.
"Heh!!"
Sekitar sepuluh menit setelahnya sepasang suami istri itu baru keluar dari kamar mandi dengan wajah si manis yang terlihat sangat masam
"Mas aku tuh bukan anak kecil lagi ya!, jadi mas gak perlu bersikap berlebih kaya begini" kata si manis sebal sembari mendudukkan tubuh berisi nya di pinggir ranjang.
"Mas kan hanya khawatir sayang, kalau nanti kamu kenapa-kenapa gimana?" kata Renjun sembari mendudukkan tubuh nya di samping si manis.
"Mas emangnya gak bisa ya lahirnya di tunda dulu?, lahirnya jangan sekarang gitu tapi nanti kapan-kapan aja" Renjun hanya mampu terkekeh pelan begitu mendengar ucapan istri manisnya itu.
"Mana bisa begitu sayang, memangnya kamu enggak mau cepet-cepet lihat anak kita hmm?" kata Renjun sembari mengusap perut buncit si manis dengan penuh kasih sayang.
"Mau sih, tapi aku masih belum siap buat jadi orang tua aku takut kalau nanti aku malah salah mendidik dia" kata si manis sembari memperhatikan perutnya yang benar-benar sudah sangat membuncit itu.
"Kamu tak perlu takut sayang, mas kan ada disini juga sama kamu. Kamu enggak sendirian manis mas akan selalu ada disamping kamu jadi karena itu mari kita berdua sama-sama belajar untuk mendidik anak kita kedepannya nanti" kata Renjun sembari mencium kening sang istri dengan penuh kasih sayang sayang.
"Mas" cicit Haechan pelan seraya menatap wajah tampan sang suami dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Kenapa hmm?" tanya Renjun sembari membawa tubuh berisi sang istri untuk duduk di atas pangkuannya.
"Mau ketemu Jeno" kata si manis pelan seraya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang suami.
"Loh tumben?" kata Renjun sembari menoel-noel pipi bulat sang istri dengan gemas.
"Mas ih!!" teriak Haechan sembari memukul-mukul dada sang suami dengan penuh kekesalan.
"Hahahah.. Iya sayang, iya"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun dan Jaemin hanya mampu terkekeh pelan ketika melihat istri mereka masing-masing yang tengah menempelkan perut buncit mereka satu sama lain.
"Besaran punya Nono" kata Jeno bangga sembari menepuk-nepuk perutnya yang sudah membuncit dengan pelan.
"Gak!, besaran punya Echan tau!" kata si manis tak mau kalah sembari menatap pemuda sipit itu dengan tajam.
"Ya udah tanya mas aja kalau Echan gak percaya" kata Jeno sembari menunjuk ke arah sang suami yang sekarang ini tengah menyeruput secangkir kopi hitam.
"No!, kak Jaemin kan suaminya Nono pasti nanti kak Jaemin nilainya gak adil. Mending tanya sama mas Renjun aja" kini giliran Jeno yang menggeleng tak setuju mendengar usulan yang si manis ajuka barusan.
"Gak bisa begitu lah, Renjun kan suaminya Echan nanti dia nilainya pasti gak adil" baik Haechan ataupun Jeno tampaknya kedua pemuda manis itu tengah bingung sekarang ini mencari juri untuk mereka yang benar-benar sangat adil.
"Alisha aja gimana?" teriak kedua pemuda manis itu dengan penuh antusias.
"Setuju!" Renjun dan Jaemin hanya mampu menggigit pipi dalam mereka begitu melihat kelakuan menggemaskan kedua pemuda manis itu.
"Mas telpon Alisha!!, suruh dia kesini!!" teriak Haechan sembari berjalan menghampiri sang suami diikuti oleh Jeno yang berjalan menghampiri suaminya juga.
Setelah menunggu sekitar setengah jam akhirnya orang yang kedua pemuda manis itu tunggu-tunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya juga.
"Assalamualaikum!!" teriak Alisha memberi salam seraya berjalan menghampiri Haechan dan Jeno yang sekarang ini tengah menatapnya dengan mata yang sangat berbinar.
"Alisha di antara kita perut siapa yang paling besar?" tanya keduanya langsung saja begitu Alisha sudah mendudukkan tubuhnya di atas karpet berbulu itu.
"Dua-duanya" kedua pemuda manis itu mencebikkan bibirnya dengan kesal begitu mendengar ucapan Alisha barusan.
"Yang benar dong sha, jangan jawabannya yang kurang memuaskan begitu jujur aja siapa yang paling besar" Alisha hanya mampu menghela nafas pelan sebelum kembali menjawab pertanyaan kedua pemuda manis itu.
"Jeno"
"Huwaaa... Mas Renjun!!!"
TBC
Udab siap belum nyambut anak-anak mereka nanti?.
Tapi aku masih bingung, soalnya kan disini yang jadi anaknya Renhyuck aku kasih peran itu ke Chenle.
Tapi kalau anaknya Jaemjen siapa?, Jisung kah atau siapa gitu?.
Atau kalian semua punya saran lain?.