Semenjak bekerja menjadi Ladies Companion, Karenina perlahan mulai bangkit dari keterpurukan. Dia seperti kembali menemukan kehidupannya yang pernah lepas dari genggaman. Kemewahan yang sempat hilang kini dia bisa rasakan.Dia telah membuktikan apa yang diucapkan Sheila, jika setelah dia kembali memiliki uang, maka teman-teman yang tadinya sempat menjauh, akan kembali mendekat.
Dengan uang yang didapat tanpa harus susah payah dia bisa dengan mudah menghambur-hamburkan uang. Semua itu sangat dinikmati oleh Karenina.
Karenina tertawa mendengar penuturan Sheila saat mereka berbincang di telepon. Dari kisah Sheila dia tau jika rekannya itu tengah berbahagia dengan hidupnya sekarang. Bergelimang harta meski hanya sebatas simpanan.
"Kamu nggak khawatir kalau sewaktu-waktu istrinya tahu?"
Tawa Sheila terdengar.
"Biar saja istrinya tahu, toh semua yang diberikan Om Bram sudah jadi gak milikku! Oh iya, kamu harus atur jadwal! Kita ketemu di Bali, Nin!
Karenina menarik bibirnya singkat. Mungkin itu ide bagus mengingat sekarang Vano akan melangsungkan pernikahan di pulau Dewata itu.
Meskipun waktu sudah berlalu, tetap saja ada amarah yang masih belum selesai pada mantan kekasihnya. Karenina sedang mencari cara yang tepat untuk membalas rasa sakit hatinya pada pria yang dulu begitu dia cintai.
Beberapa waktu lalu dia bertemu Silvi teman kampusnya, yang sebentar lagi akan wisuda. Dari keterangan Silvi, Karenina tahu kabar soal Vano. Menurut temannya itu Vano akan menikah dengan anak dari salah satu pejabat di kantor pajak.
"Nina! Kamu masih dengerin aku, kan?"
"Eh iya, Sheil. Masih, kok."
"Eh terus ... kamu kemarin cerita sekarang lagi dekat sama Jonas, bener?"
Bibirnya melebar mendengar pertanyaan Sheila. Jonas adalah teman Sheila. Pria itu bekerja di sebuah bar. Selain itu dia kerap mengisi posisi drummer untuk acara live music di tempat itu. Kedekatan Sheila dan Karenina menjadi perhatian Jonas, hingga akhirnya mereka saling kenal dan memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan.
"Karenina!"
"Eh iya, iya, Sheil! Sori."
"Widiih, aku mencium bau-bau orang jadian nih! Kok kamu nggak cerita kalau udah jadian? Kamu udah jadian, kan?"
Karenina tertawa kecil. Sejak satu bulan yang lalu dia memang sudah resmi pacaran dengan Jonas. Baginya selain tampan dan memiliki postur tubuh atletis, Jonas adalah pelindung dan bisa membuatnya nyaman. Kedewasaan yang dimiliki pria bertato di lengan itu sangat mengerti semua masalah yang ada pada dirinya.
"Selamat ya, Nin! Eum ... aku harap kalian saling berkomitmen satu sama lain."
"Thank you, Sheil," tuturnya sembari mengulum senyum. Andai Sheila ada di hadapannya, pasti temannya itu tahu bagaimana rona merah di wajah Karenina.
"Eh tunggu! Kamu nggak sedang sama dia, kan ini?" selidik Sheila.
Ditanya seperti itu, dia tak menjawab. Perempuan bermata cokelat itu mengatupkan mulutnya mencoba menahan desir bahagia agar tidak terdengar norak di telinga Sheila.
Karenina menatap pria yang tengah terlelap di ranjang. Dini hari tadi setelah memberi servis pada pelanggan, dia dijemput Jonas. Pria itu terlihat sedikit mabuk hingga Karenina membiarkan pria itu tertidur di apartemennya. Meskipun begitu, Karenina menghindari untuk tidur seranjang dengan kekasihnya itu.
"Dia ada di sana, Nin?" Kembali Sheila menyelidik.
"Iya, Sheil. Dia semalam tidur di sini."
"Wow wow woww! Kalian ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Luka (Sudah Tersedia Terbit E-booknya)
General FictionDiusir dari rumah oleh ibu tiri saat papanya baru meninggal tepat empat puluh hari adalah awal dari derita Karenina. Kehidupan yang serba berkecukupan harus dia lepaskan begitu saja. Kehilangan limpahan kasih sayang sang papa dan harus keluar lepas...