“Turun.”
Jihan turun dari motor Arka setelah cowok itu tiba-tiba menurunkannya tepat dibelakang gedung sekolah mereka.
Gadis itu menatap sekelilingnya yang penuh dengan pepohonan membuat lingkungan belakang sekolah yang cukup terjaga itu terasa nyaman. Tanpa sadar kemeja Arka yang ia gulung di lenganya, Jihan pegang erat-erat sambil menikmati oksigen di tempat ia berteduh.
Arka melirik Jihan. Ia melenggang pergi menuju sebuah gang kecil. Melihat kepergiannya Jihan segera berlari mengikuti langkah Arka.
Banyak penambahan adegan dalam masa lalunya yang kini Jihan jalani lagi. Dan ia tidak berpikir panjang dan memaklumi keadaannya yang kembali ke masa lalu.
Hampir Jihan lupa, misi pertama adalah ia harus membuat Arka jatuh cinta padanya lebih cepat. Jihan tersenyum miring dan mensejajarkan langkahnya dengan cowok berkaos hitam itu.
“Kak Arka, kita mau kemana?”
“Ikut aja gak usah banyak tanya.”
Jihan mendengus dengan sebal. Tidak mengikuti langkah Arka yang kini sudah tertinggal dibelakangnya.
Karena merasa janggal, cowok berhidung mancung yang memiliki mata tajam itu kini sudah membalik tubuh dan menatapnya.
Jihan terkejut.
“Sebenernya kita mau kemana sih? Kamu jangan aneh-aneh deh.” Gadis itu menatap sekitar dengan was-was diiringi tiap ujung rambut dikedua sisinya menari terhembus angin sepoi-sepoi. Terlihat sangat cantik.
“Kalo gak lanjutin jalannya.. lo bakal nyesel.”
Arka dengan air muka marah menunjuk Jihan yang masih bergeming ditempat karena gadis itu takut Arka membawa ketempat sepi ini untuk melakukan hal yang buruk padanya.
“Gak ah! Aku mau ke kelas aja bye!” Jihan membalik badan hendak melarikan diri dari apa yang Arka perintahkan. Sebelum kaki jenjang mulusnya hentakan tanah lebih dulu menangkap derap langkah berat seseorang dan ketika Jihan menoleh ternyata sosok Arka dengan wajah datarnya sudah menarik Jihan hingga gadis itu berakhir dalam gendongannya ala bridal stylenya.
“K-kak?”
“Lo ngelawan mulu sama gue. Sejauh ini gak ada satu pun orang atau bahkan cewek yang nolak permintaan gue.” Arka mengeratkan rengkuhan tangannya dipunggung Jihan.
Gadis itu menatapnya tak henti. Bola matanya seakan mau copot jika lama-lama dalam posisi seperti ini mungkin gadis itu akan mati.
“.. ada yang ingin gue kasih tahu sama lo soal perjodohan kita.”
“Turunin gue.”
Jihan membuang pandangannya dengan perasaan bingung dan Arka mengerutkan alis tebalnya hingga akhirnya terkekeh mengerikan membuat Jihan merinding seketika. Arka yang ia kenal dulu tidak se-mengerikan ini. Atau Jihan nya saja yang tidak mengenal sepenuhnya mantan suaminya itu?
“TURUNIN GUE SIALAN!” pekik Jihan.
Dengan kata-kata menekan, Arka membuka suara, “Itu aslinya keluar. Lo gak usah sok-sok jadi cewek baik dengan ucapan sopan. Gak pantes!”
Maksudnya apa?
Arka melepaskan gendongannya. Untung Jihan dengan sigap menahan dirinya hingga akhirnya tidak terjatuh, gadis itu mendesis kesal dan tak mau menatap Arka lama-lama. Rasanya wajah Jihan memanas. Apa maksudnya cowok itu berkata kasar seperti itu pada Jihan padahal Jihan belum melakukan apapun.
Apalagi jika sudah melakukan apa yang Jihan rencanakan, mungkin entah bagaimana nasibnya.
“Ikut gue ke warung Pak Slamet, kita ngobrol di sana.”
Bagaikan punya dua kepribadian yang gampang berubah-ubah cowok itu sudah bicara seperti biasa lagi. Nada bicaranya tidak semenekan tadi. Sebenarnya apa yang membuat dia marah?
“Ayok!” Arka menarik tangan Jihan. Terasa lembut dan lemah membuatnya menggenggam kuat tanpa sadar.
Dirasa tak ada pergerakan sama sekali cowok berkaos hitam itu memijat pangkal hidungnya berusaha menahan sabar. Walaupun itu bukan gayanya.
“Ji—” Arka menahan ucapannya setelah mengikuti arah pandang Jihan yang sedang menunduk. Wajah gadis itupun tertutup rambut Dora nya. Arka mendengar sebuah isakkan kecil dari bibirnya.
“Lo nangis?” Hingga akhirnya jemari tangan Arka yang bagai pahatan itu meraih dagu Jihan perlahan. Wajah sembab itu terlihat membuat Arka meneguk saliva merasa bersalah.
“Apa? Hiks..”
“Lo sih, bikin gue kesel. Sini!” Lagi-lagi wajah cantik itu murung dan membuang pandangannya.
“Gue mau hapus air mata lo.” Nada rendah Arka terdengar seperti benar-benar merasa bersalah namun setelahnya Jihan tiba-tiba tertawa kencang membuat Arka terdiam.
“Hahahha.. muka Kak Arka. Haha..”
Arka mengetatkan rahang seketika.
“Lo-”
“Makanya jadi cowok jangan nyebelin. Asal Kak Arka tahu aja Jihan gak suka diperintah seenaknya, apalagi sama orang asing jadi .. ngerti 'kan?”
Jihan menatap wajah Arka dengan senyuman.
Gadis itu mengangguk seolah mengerti Arka yang sedang kesal ia pun menepuk bahu cowok itu dua kali sebelum akhirnya berkata kembali. “Soal perjodohan, kita bicarakan diluar sekolah aja. Lagi pula Jihan masih ingat kok, 'Jangan sampai orang-orang sekolah tahu tentang perjodohan kita' karena Kak Arka udah punya .. pacar kan.”
Manik cokelat itu berkaca. Senyuman dari ranum pink-nya semakin membuat Arka tak bisa berkutik.
Tidak! Bukan ini yang dia mau. Yang sepenuhnya mengendalikan situasi harusnya dirinya. Jihan tidak perlu.
“Gue terlalu ngeremehin lo,” gumam Arka terbawa angin.
Arka menatap kepergian Jihan dengan raut tak terbaca.
***
Jihan sudah meninggalkan area belakang sekolah. Gadis itu berjalan gontai sampai saat ini berhenti dipinggir jalan dengan kedua tangan menutupi wajahnya.
Ia terisak begitu menyakitkan. Perasaanya yang dimasa depan seakan merenggut jiwanya terus-menerus. Jihan ingat saat itu.
Mengapa Jihan tak mau mengikuti Arka menunju warung Pak Slamet karena dulu dimasa lalu, setelah Arka memperkenalkan Jihan pada gengnya tiba-tiba datang seorang gadis mengecup Arka dan menyambutnya dengan bahagia.
Disitulah awal mula Jihan yang akan menjadi sasaran bully Kakak kelas perempuannya.
Yang tak lain, Pacar Arka itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] AKHIR YANG TAK SAMA
RandomSetelah perceraiannya terjadi, Jihanara Cilyn merasa jika hal yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Menandatangani surat cerai dengan impulsif. Saat semuanya benar-benar berakhir, perempuan itu tersadar, harusnya ia mencari tahu segalanya terle...