Jihan menaikan satu alisnya saat menatap kamera cctv sialan itu—yang berada di bagian pojok kelas. Sedangkan Geng Anis sudah mengambil ancang-ancang untuk menarik Jihan paksa dan membawanya pergi. Karena ternyata jam kosong membuat beberapa murid mulai menampakkan taringnya.
“Ngapain Lo hah? Jari tengah lo gak bikin gue patah tulang dan yang pasti gue bisa bikin tulang-tulang lo remuk saat ini juga tanpa gue sentuh sekalipun!”
“Oh, ya?” Lain di hati, Jihan gemetar juga melihat mereka berempat terlihat kompak seperti akan mengarak nya keluar kelas dan yang pasti, akan berakhir seperti terakhir kali atau kemungkin terburuknya dia benar-benar akan patah tulang.
“Gue denger gosip.. lo pacaran sama Kak Arka ya?” Sang ketua menarik satu sudut bibirnya skeptis. “atau lo nya aja yang ke-pedean buat ngarang cerita!? IYA?! ASAL LO TAU KAK ARKA ITU INCARAN GUE DARI DULU!”
Jihan mengangguk-anggukkan kepala. Peduli setan!
“Ya, ya, ya dan gue gak peduli. Gue tanya baik-baik sama lo, menghadap gue ada urusan apa? Bawa dayang-dayangmu pula.” Jihan menatap mereka satu persatu dengan baik. Benar, mereka gadis-gadis yang saat itu membully Tiara. Mengingat satu nama itu, membuat Jihan malah naik darah padahal dihadapannya saat ini adalah para gadis yang cukup menakutkan. Mereka anak-anak cewek yang cukup liar juga ternyata.
“Enak aja dayang-dayangmu!” Ujar Sita kemudian disenggol Nana karena Anis melirik sangar padanya. “Awh! apa sih, Lo?!”
“Udah diem aja,” bisik Celi menyuruh Sita untuk tutup mulut saja dan cukup tunggu perintah Anis.
“Ternyata benar. Dayang-dayang.”
“Lo-”
“Sitaaaa!” Celi mencubit pinggangnya membuat gadis itu terdiam kesal. “Nyebelin tuh, anak baru.”
“Setelah Tiara kalian jadi pindah target? Ke gue?” Jihan menunjuk dirinya dengan jari. Tak sengaja tatapannya bertubrukan dengan Agatha terus memperhatikannya.
Jihan beralih pada Anis kembali. Bibir menyala gadis sangar itu nampak mengerikan. Terlalu merona seperti akan melahapnya hidup-hidup.
“Gara-gara lo, rambut gue hampir mengalami kebotakan. Untung gue punya duit buat perawatan. Eh, dilihat-lihat lo kayak ada sesuatu sama si Tiara.” Begitu intonasi suaranya berubah rendah dan terdengar mengerikan Anis juga mendekat seraya menyeringai.
Jihan menyingkirkan tangan Anis yang sedang merapikan dasinya.
“Jangan sok tau! Gue peringatkan jangan main-main sama gue karena gue bisa balas Lo lebih dari apa yang lo perbuat sama Tiara, paham?”
“Uhh~ takutnya, tapi boong. Gini ya, dilihat dari ekspresi lo tadi gue tau lo ada feeling something sama si Tiara gimana kalo lo masuk geng gue abis itu kita nongki sambil rencana sesuatu ya, anggaplah gue terima permintaan maaf Lo karena udah bikin rambut gue rusak waktu itu oh, sempat viral juga videonya si kunyuk emang kurang aja tapi gak apa-apa, gara-gara video itu semakin banyak anak-anak takut sama gue jadinya. Gimana, kita temenan?”
Jihan melihat sekeliling kelasnya. Melihat berbagai ekspresi dari teman-teman sekelas. Ada yang menatap tidak setuju, menilai secara terang-terangan; akan ketidaksukaannya pada Jihan ada pula yang hanya penasaran pada jawabannya.
Jihan menatap Agatha dari jauh namun, kali ini lebih intens. Temanya itu juga nampak melihat dirinya dengan sedih. Tapi kenapa?
“Tiara ya?” Jihan merapihkan kerah seragam ketat Anis sejenak kemudian tersenyum menyebalkan—jika mereka lihat.
“Kita temenan tuh. Gue dan dia bes-tie,” balasnya dengan kedua alis terangkat bahkan senyum di bibirnya sudah luntur kembali.
Wajah Anis yang tadinya santai berubah menjadi marah. Sayang sekali umpannya tidak berjalan dengan baik. Sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] AKHIR YANG TAK SAMA
RandomSetelah perceraiannya terjadi, Jihanara Cilyn merasa jika hal yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Menandatangani surat cerai dengan impulsif. Saat semuanya benar-benar berakhir, perempuan itu tersadar, harusnya ia mencari tahu segalanya terle...