[62]

1.5K 62 0
                                    

“Lo yakin dengan ini Jihan benar-benar gak akan pergi dari lo, Ar?”

Yang ditanya meraih lembaran yang baru saja Gama letakan dimeja lantas meliriknya dengan senyuman miring.

“Takdir rasanya mendorong gue terus mendekat pada Jihan, apapun caranya.” Arka terkekeh.

Kakaknya itu tengah menatapnya dengan tatapan bodoh. Ia melempar kulit kacang padanya dan langsung membuat sang empunya melotot, siap dengan kepalan tangannya.

“Apa? Mau pukul gue, gue bilangin sama nenek.”

“Cih, tukang ngadu.”

Arka melihat kepergian Gama dengan kesal. Dia melunturkan ekspresinya. Dengan wajah datar melirik berkas tersebut.

Didalam markas Gama beserta para anggota motornya itu tengah berkumpul untuk membahas strategis yang sudah direncanakan sebelumnya.

Besok malam Gama beserta dua ratus anggota ditambah empat anggota intinya akan datang ke sekolah tetangga yang akan mengadakan acara perayaan hari jadi sekolahnya yang ke 62 tahun gedung sekolah itu berdiri hingga sekarang dan sering mendapatkan berbagai macam pujian serta penghargaan sekolah terbaik setiap tahunnya namun semenjak aib para muridnya tersebar semua pencapaian baik itu tumpah begitu saja membuat satu negara heboh hingga bocor, masuk berita negara tetangga dan mulai jadi momok yang memalukan.

Di ruangan yang nampak luas, markas berbentuk apartemen studio itu sudah penuh para anggota Zartguar, ialah geng motor yang terkenal dikalangan para anak sekolah khususnya pelajar SMA.

Gama selaku ketua menatap mereka satu persatu, didepan mereka ada meja hitam yang sangat luas beberapa rencana yang sudah dirancang oleh otak jeniusnya menjadi pusat perhatian anak-anak lainnya tak terkecuali ketiga inti kini sudah menatap wajah sang ketua dengan tatapan kagum.

“Ini rencana besar, gue merasa berguna sebagai bagian dari Zartguar,” ujar Idris. Salah satu anggota Zartguar.

“Emang lo gak guna, baru sadar lo tong!”

Idris melirik Aleo disampingnya dengan kesal. Ia menarik kepala cowok berwajah cantik itu kemudian mengapitnya pada ketiaknya. “Eh, bocah laknat awas aja ntar lo ditembak sama anak buah tuh, mafia gue gak akan bantu lo,” katanya.

Aleo dan Idris saling meledek lewat ekspresi usai berhasil meloloskan dirinya dari ketiak Idris yang aromanya sungguh memabukkan itu.

Ia meringis saat aroma asamnya menempel di pundaknya. Ia mengumpat kesal kemudian memberikan tatapan tajam pada Idris, sedang cowok itu cengengesan merasa berhasil membuat sahabatnya itu kalah hanya dengan ketiaknya saja.

“Kita hanya pancingan untuk mereka keluar. Jangan sampai ada yang terluka, gue gak izinin,” ujar Gama dengan ekspresi tegas dengan dagunya diangkat menyorot wajah disekelilingnya dengan tajam. Membuat mereka semua segan dan mengangguk serempak.

Selama ini Zartguar tidak pernah gagal jika sudah membuat rencana matang. Kali ini bukan tawuran antar pelajar atau demo, tetapi demi mencing keluar sosok berbahaya yang digadang-gadang mantan napi serta mafia itu, yang jelas statusnya masih mafia secara fakta dari lapangan langsung.

“Kenapa kita gak habisi aja, Gam. Kita sanggup kok, Minggu kemarin aja kita menang lawan geng mobil-mobilan itu,” seru salah satu anggota dengan lantang membuat teman-teman disampingnya terbahak. Menepuk bahunya bangga ditambang mengingat kejadian belum lama ini.

Gama mendekat membuat nafas semua orang tercekat.

“Lo siap, punya luka tembak?”

Semua melongo. “Kita bukan lawan mereka, ingat itu baik-baik.”

 [END] AKHIR YANG TAK SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang