[45]

2K 104 4
                                    

Setelah kembali keruang makan Arka diserobot pertanyaan dari sahabatnya dengan ketus.

"Enak ya, kamar berduaan sedangkan kita disini kering tungguin kalian."

Arka tidak membalas. Dengan wajah seperti biasa ia mengambil tempat duduk. Saat mengangkat wajah, muka Tiara pertama kali didepannya terlihat sedang memalingkan muka. Arka duduk berhadapan dengan gadis itu tanpa sadar.

"Maaf bikin kalian menunggu," sesal Jihan. Tangannya merapihkan poninya yang sedikit tersibak.

Penampilan gadis itu lebih baik dari sebelumnya yang nampak pucat.

"Gak papa, santai aja. Rumah lo juga," ucap Legar. Melirik Arka yang sinis padanya.

"Duduk disebelah gue aja," katanya.

Awalnya Jihan tidak masalah tetapi, saat dihadapan Arka seorang Tiara yang tengah terus memperhatikan Arka dan dirinya, Jihan jadi ragu. Tak urung Jihan tetap duduk disamping tunangannya dengan nyaman.

Kenapa juga dia merasa tak nyaman dirumahnya sendiri. Diingatan terakhirnya Tiara dan Arka mempunyai sebuah hubungan entah dalam status apa tapi pikirannya sebelum mati Tiara akan menjadi selingkuhan Arka.

Jihan pastikan itu tidak akan terjadi karena sebentar lagi dia akan menjauh sejauh mungkin.

"Oh ya, mama mana?" tanya Jihan.

"Tante lagi diluar. Katanya tadi ada yang dateng," balas Tiara. Jihan mengangguk tanpa menatapnya.

Membuat Tiara tersenyum kecil. Jihan benar-benar tidak menyukainya. Apa karena kecelakaan waktu itu? Tiara pikir semua itu sudah selesai, mengapa harus menaruh dendam padanya? Tiara mengangkat bahunya acuh.

"Tamu, sejak kapan?"

Setelah Arka mengeluarkan suara, seseorang hadir. Ikut bergabung. Mereka adalah sahabat Jihan bersama saudaranya.

Legar menaikan satu alisnya. Sedangkan Arka sudah berdiri tegap. Menatap nyalang Raega.

Legar berbisik. "Sabar, Ar. Ini dirumah Jihan. Kasihan mamanya buat acara harus berantakan karena masalah internal lo sama Raega."

Arka duduk kembali sambil merapihkan kerah jaketnya. Memalingkan muka tapi sekali lagi Cowok itu mendapatkan Tiara tengah memperhatikan dengan nyaman. Satu tangan gadis itu menyangga dagunya seraya menyeringai.

Arka tahu arti tatapan itu.

Antara jadi musuh atau sekutu. Tersenyum miring. Dia pikir Arka semurahan itu, tentu tidak.

"Jihan, mama gak tahu kalau Agatha ikut datang juga kesini. Ini hanya makan malam biasa aja cuman, selagi menunggu pulangnya papa Jihan kita bisa makan bersama."

"Iya, tante. Agatha awalnya sempat nolak Jihan cuman tetep usahakan datang kesini," ujar Agatha.

Apa katanya? Padahal Jihan tidak mengundang siapapun. Itu pun, mamanya hanya ingin Tiara datang karena masih merasa bersalah pada anak sebaik Tiara.

Hati mama Jihan sedih. Sedih karena sebelumnya hanya memikirkan Tiara saja. Dan tersadar jika lebih banyak orang akan lebih terasa hangatnya.

"Ya, sudah, silahkan duduk, nak." Mama Jihan mempersilahkan.

Wanita itu melenggang pergi sebentar untuk menyiapkan beberapa minumannya tetapi ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan senyuman khas wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, dia akhirnya melenggang pergi menuju pada ponselnya yang tergeletak dimeja sampingnya.

Ia pikir, itu pasti suaminya.

Sedangkan lain arah, Agatha tengah duduk disamping Jihan lalu diikuti Raega yang senantiasa masih berdiam diri dengan tampang innocent cowok itu.

 [END] AKHIR YANG TAK SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang