[48]

1.8K 87 2
                                    

Masih di rooftop rumah sakit. Hembusan angin malam mulai terasa menusuk kulit. Sejuknya mulai terasa tidak menyehatkan jika terlalu lama di sana.

Setelah Jihan menceritakan segalanya dari awal bertemu Arka dan akhirnya bertungan dengannya sampai mamanya juga menyuruh Jihan berteman dengan Tiara, Jihan jelaskan pada Agatha kecuali soal dirinya yang mengulang waktu.

Rasanya tidak akan ada yang percaya mengenai waktu hidupnya berputar kembali. Jihan yakin, dan cukup dirinya saja merasakan hal ini tidak boleh ada yang tahu.

“Seingat ku.., aku lihat kamu di UKS lagi ekhem! Maaf,” Jihan bergumam. “itu.. sama pacar baru kamu ya?”

Agatha tersenyum miring dengan kedua pipi bersemu. Sosok tampan kakak tiri terbayang dibenaknya.

Jika saja mereka tidak bertemu sebagai keluarga, Raega adalah sosok tipe ideal seorang Agatha. Dibalik sosoknya yang ramah dan pintar membuat orang tersenyum ada lapisan topeng diwajahnya. Dalam dirinya sangat berbahaya.

“Ah.. iya cuman sekarang udah putus.”

Jihan tergelak. “Lah, Tha? Yang benar aja, baru juga..” air muka Jihan keruh. Merasa kasihan.

Tangan Agatha mengibas udara. “Ah, udahlah. Gue juga biasa aja kok.”

“Dia kakak kelas, kan? Tapi rasanya gak asing dilihat dari postur tub-”

“Ternyata disini.”

Tiba-tiba terdengar suara berat yang Jihan kenali terdengar menginterupsi. Kedua gadis itu menoleh kebelakang.

“Kak Arka?” Jihan langsung berdiri. Raut wajah Agatha menjadi cemas seketika pamit pada Jihan.

“Ji, aku pulang duluan ya, besok kita ketemu lagi. Sekali lagi, aku turut berduka cita. Om Dito udah kayak papa aku sendiri dan jangan sedih terus!” Agatha tersenyum lebar. “Karena aku mulai saat ini bakalan disamping kamu terus. Jangan khawatir.”

Jihan mengangguk.

“Em. Makasih agatha.”

“Dadah!”

“Dah.”

Agatha sudah menghilang dibalik pintu rooftop kemudian gadis itu duduk kembali.

Arka sebelumnya melirik kepergian Agatha saat melewatinya. Sungguh, Arka merasakan ada  sesuatu yang tidak beres pada gadis itu. Ia hanya tahu jika Raega dan Agatha bukan hanya sekedar adik kakak pada umumnya. Jika ia beritahu Jihan, Arka takut gadis rapuh itu semakin drop dan belum lagi mengira Arka mengada-ngada saja. Lagipula saat ini Jihan lagi berduka atas kematian papanya dan kesehatannya juga menurunkan jarang makan dengan teratur.

Arka tahu semua tentang Jihan. Apa yang gadis itu makan, jam berapa dia tidur dan apa saja kegiatannya. Tentu saja, semua itu Jihan memberi tahunya jika tidak, Arka akan memaksa ingin tahu juga. Demi kebaikannya.

Namun anehnya, ia merasa asing. Jihan dihadapannya belum sepenuhnya ia kenali. Wajar saja sih, pertemuan mereka cukup singkat juga.

Lantas Arka tersenyum lembut.

Memeluk Jihan dari belakang.

Mendaratkan dagunya pada pucuk kepala Jihan. Keduanya melihat langit pekat ditemani dua titik cahaya bintang nan jauh disana.

Bae, aku gak suka kamu deket-deket sama Agatha lagi.”

“Kenapa?” tanya Jihan menoleh ke samping sambil mendongak.

Leher Arka terlihat menjulang ditambah jakunnya yang menonjol nampak naik turun. Jihan tiba-tiba dibuat salting saat Arka menurunkan pandangan pada Jihan yang masih duduk di kursi. Sedangkan cowok itu berdiri dibelakangnya.

 [END] AKHIR YANG TAK SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang